Mohon tunggu...
Ali Akbar Djaguna
Ali Akbar Djaguna Mohon Tunggu... Pasca sarjana ilmu komunikasi universitas muhammadiyah jakarta

satu kata perjuangan adalah nilai sebuah kepantasan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Konsep Meritokrasi dalam Masyarakat Kontemporer

30 Maret 2023   21:05 Diperbarui: 30 Maret 2023   21:10 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Meningkatkan efisiensi: Sistem meritokrasi dapat meningkatkan efisiensi dalam organisasi, karena pekerjaan diberikan kepada orang yang paling kompeten untuk menanganinya (Friedman & Friedman, 1980, hlm. 204).

Pengakuan atas prestasi: Dalam sistem meritokrasi, individu dihargai berdasarkan pencapaian dan kemampuan mereka, sehingga menciptakan insentif untuk bekerja keras dan mengembangkan keterampilan (Arrow, Bowles, & Durlauf, 2000, hlm. 1).

Pemerataan kesempatan: Meritokrasi membantu mengurangi diskriminasi berdasarkan faktor seperti gender, ras, atau kelas sosial, dengan fokus pada kualitas individu dan bukan faktor keturunan (Sandel, 2012, hlm. 19).

Kritik Terhadap Meritokrasi

Namun, meritokrasi juga menghadapi beberapa kritik, di antaranya:

Ketimpangan pendapatan: Meritokrasi dapat menciptakan ketimpangan pendapatan yang besar, karena orang yang sukses dalam sistem ini cenderung mengumpulkan lebih banyak kekayaan dan kekuasaan (Piketty, 2014, hlm. 329).

Kesulitan mengukur merit: Beberapa kritikus berpendapat bahwa mengukur "merit" secara obyektif sangat sulit, sehingga sistem meritokrasi mungkin tidak sepenuhnya adil atau efisien (Sandel, 2012, hlm. 24).

Memperkuat ketidaksetaraan: Meritokrasi dapat memperkuat ketidaksetaraan sosial, karena anak-anak dari keluarga kaya dan berpendidikan cenderung memiliki akses yang lebih baik ke pendidikan dan sumber daya yang diperlukan untuk berhasil dalam sistem meritokrasi (Reardon, 2011, hlm. 91).

Tekanan dan stres: Sistem meritokrasi seringkali menempatkan tekanan yang tinggi pada individu untuk mencapai prestasi, yang bisa menyebabkan stres dan bahkan masalah kesehatan mental (Schwartz, 2000, hlm. 65).

Alternatif Meritokrasi

Sebagai respons terhadap kritik terhadap meritokrasi, beberapa peneliti dan ilmuwan sosial telah mengusulkan alternatif yang lebih inklusif dan adil. Misalnya, konsep "demokrasi deliberatif" yang dikembangkan oleh Jrgen Habermas (1996) menekankan pentingnya dialog dan diskusi dalam proses pengambilan keputusan, daripada hanya mengandalkan merit individu. Dalam "The Tyranny of Merit" (2020), Michael J. Sandel berpendapat bahwa masyarakat harus bergerak menuju "ekonomi yang lebih inklusif dan peran yang lebih merata untuk pendidikan publik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun