Di saat banyak yang berenang di kolam besar, Ernest Prakasa justru hadir dari sudut minoritas yang punya stigma tinggi dan rendah sama kuatnya. Warnanya begitu menonjol, menjadi penjenamaan bagi dirinya sejak pertama kali muncul di panggung komedi. Sentuhan itu justru semakin kuat seiring waktu, hingga menahbiskan dirinya sebagai seorang komika sekaligus filmmaker Tionghoa paling berpengaruh seantero negeri.
***
Ada yang bilang kalau chindo (keturunan Tionghoa di Indonesia) selalu identik sebagai pemilik perusahaan, pebisnis sukses atau minimal punya toko kelontong. Bahkan sampai ada kelakar, bukan chindo namanya kalau nggak punya toko. Seolah memperkuat identitas mereka sebagai salah satu etnis termakmur di Indonesia.
Namun hal itu sepertinya bukan jadi jalan hidup yang dipilih oleh Ernest Prakasa.
Lelaki Tionghoa ini bahkan memilih jadi pengarah musik di radio Paramuda Bandung pada Januari 2001, di usia 19 tahun, sebagai profesi pertamanya. Empat tahun kemudian, tepatnya di Agustus 2005, Ernest menduduki posisi sebagai asisten manajer di Sony BMG Indonesia selama tiga tahun lamanya sebelum berpindah ke Dr. M menjadi manajer pemasaran.
Roda kehidupan Ernest berubah saat memutuskan ikut dalam kompetisi Stand Up Comedy Indonesia 2011 yang meletakkannya sebagai juara ketiga. Dunia stand up comedy sepertinya memang menjadi takdirnya, sampai membuatnya menggelar tur pertunjukan komedi tunggal di berbagai kota di dua tahun kemudian.
Apa yang membuat lawakan Ernest sangat disukai?
Kekuatan branding-nya sebagai seorang komika Tionghoa.
Menjadi chindo justru merupakan kelebihan yang akhirnya dimanfaatkan Ernest secara sangat positif. Dia mampu menangkap jejak kehidupan komunitas Tionghoa yang selama ini dianggap sebagai minoritas sunyi, dalam materi yang berkualitas. Ernest tidak membuat identitasnya sebagai chindo hanya karikatur belaka, tapi memiliki isi, keresahan dan insight yang mendalam. Sebuah keberanian di saat belum banyak yang berani mengangkat budaya Tionghoa di ranah hiburan Tanah Air secara terbuka.
Mungkin tanpa disadari, langkah awal Ernest saat itu bisa disebut sebagai memulai investasi untuk dirinya sendiri.