Di tengah situasi ekonomi yang fluktuatif dan terbatasnya lapangan pekerjaan formal, banyak masyarakat mulai melirik usaha rumahan sebagai alternatif sumber penghasilan. Salah satu yang paling banyak diminati adalah budidaya lele, terutama karena modalnya relatif kecil, perawatannya mudah, dan hasilnya menjanjikan.
Di berbagai daerah, tak sedikit anak muda, ibu rumah tangga, hingga pensiunan, mulai mencoba peruntungan dari kolam lele terpal yang dibangun di halaman rumah. Sistem bioflok menjadi pilihan banyak orang karena ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan pakan serta air. Dengan teknik yang tepat, hasil panen bisa mencapai puluhan kilogram dalam waktu 2--3 bulan.
Namun, peluang ini tak selalu mudah. Permasalahan seperti fluktuasi harga pakan, akses pasar yang terbatas, hingga kurangnya pelatihan teknis masih menjadi kendala utama. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah dan dinas terkait sangat dibutuhkan untuk memberikan pembinaan, akses permodalan, dan fasilitas pemasaran digital kepada pelaku budidaya lele skala kecil.
Budidaya lele bukan sekadar usaha alternatif, tapi potensi ekonomi lokal yang bisa dikembangkan menjadi usaha mandiri yang berkelanjutan. Jika digarap dengan serius dan didukung oleh kebijakan yang tepat, bukan tidak mungkin sektor ini menjadi salah satu tulang punggung ketahanan pangan dan ekonomi kreatif di masyarakat.
Melihat semua potensi tersebut, kini saatnya kita tidak lagi memandang sebelah mata usaha ternak lele. Dari kolam kecil di halaman rumah, bisa lahir peluang besar yang memberi harapan bagi masa depan keluarga dan perekonomian lokal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI