Mohon tunggu...
Ajeng Arainikasih
Ajeng Arainikasih Mohon Tunggu... Sejarawan - Scholar | Museum Expert | World Traveller

Blogger - Writer - Podcaster www.museumtravelogue.com www.ajengarainikasih.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Museum, Korea Selatan dan Dai Nippon

5 Desember 2020   10:52 Diperbarui: 5 Desember 2020   11:01 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana kehidupan yang dilalui saat itu, dan bagaimana proses pembebasan dan pemulangan mereka juga dibahas di museum. Museum sengaja didirikan untuk mengedukasi masyarakat masa kini mengenai hak asasi manusia dan perdamaian dunia. 

Seodaemun Prison History Hall, Seoul

Perasaan anti-Jepang di masyarakat Korea juga dapat terlihat dari tata pamer di Seodaemun Prison History Hall, Seoul. Seodaemun prison adalah penjara modern yang dibuat oleh Jepang tahun 1908. Penjara ini berfungsi sampai dengan tahun 1987 dan dijadikan museum tahun 1998. 

Tata pamer museum berada di beberapa bangunan penjara, juga di lokasi outdoor sebagai bagian dari fitur penjara. Misalnya, menara penjaga, tempat hukuman mati dan terowongan ke pemakaman di luar komplek penjara. Tata pamernya sendiri bercerita mengenai sistem manajemen penjara, sistem pengawasan, dan rutinitas sehari-hari para tahanan. 

Juga tentang peristiwa dan orang-orang yang terlibat dalam anti-Japanese independent movement. Adapula testimoni dari para penyintas yang disiksa oleh Jepang ketika mereka di interogasi di penjara tersebut. Ngeri ya! 

Selain museum yang "bertema khusus", museum sejarah lokal di kota-kota lain di Korea Selatan juga banyak yang membahas mengenai zaman kolonial Jepang sebagai periode sejarah Korea yang kelam. Misalnya di Gunsan/Kunsan dan Busan. 

Gunsan Modern History Museum, Gunsan

Gunsan dulunya adalah desa nelayan yang menjadi kota pelabuhan kolonial di zaman pendudukan Jepang. Gunsan Modern History Museum didirikan tahun 2011 di gedung baru 4 lantai yang bergaya modern, yang mencerminkan kota Gusan Modern di era 1920-an. 

Di museum diceritakan mengenai kehidupan di era kolonial di Gusan melalui tata pamer yang interaktif dan partisipatoris. Tetapi, pameran nya juga menggambarkan bahwa rakyat Korea menderita di bawah penjajahan Jepang, sedangkan Jepang berjaya. Misalnya, diceritakan kalau para lelaki Korea banyak yang bekerja di pelabuhan, sedangkan para perempuannya bekerja menjadi pembantu bagi orang Jepang. 

Tata pamer interaktifnya antara lain:  pengunjung dapat naik rickshaw, mencium bau sake dan duduk di tatami sambil menonton film. Namun, filmnya menceritakan tentang para petani Korea yang menentang polisi Jepang yang terkenal kejam dan suka menindas. Juga tentang pelajar Korea yang memperjuangkan kemerdekaan. 

Sedangkan, tata pamer partisipatorisnya antara lain: pengunjung diminta untuk menuliskan opini atau perasaan mereka tentang perjuangan kemerdekaan Korea di masa kolonial. Tentunya jawaban pengunjung banyak yang  mengekspresikan perasaan benci terhadap Jepang! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun