SDG 9 biasanya dikenal juga sebagai “Industri, Inovasi, dan Infrastruktur,” memiliki tiga tema utama, yaitu untuk membangun industrialisasi yang inklusif, bersih, serta ramah lingkungan, dan membangun infrastruktur yang tangguh, berkualitas, dan berkelanjutan. Lalu yang terakhir, SDG 9 memiliki tujuan yaitu untuk mendorong dan mengembangkan inovasi ke arah yang lebih baik. Topik ini penting untuk negara-negara yang sedang berkembang ataupun terbelakang, karena ini menjadi kunci untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan serta meningkatkan efisiensi suatu negara.
Banyaknya permasalahan mengenai lingkungan masih menjadi sebuah persoalan di beberapa negara, seperti limbah industri, hilangnya hutan oleh industri pertambangan dan manufaktur, dan kurangnya infrastruktur yang memadai. Kerusakan dan kekurangan ini bukan hanya berdampak kepada ekosistem tetapi juga berpengaruh kepada kualitas hidup masyarakat di suatu negara secara signifikan. Oleh karena itu, isu SDG 9 penting dibahas dalam esai untuk mengurai bukti terbaru, mengkritisi hambatan implementasi (pendanaan, tata kelola, kapasitas inovasi), serta merumuskan strategi percepatan yang kontekstual bagi Indonesia dan negara berkembang lain.
Seperti yang kita tahu, Indonesia sendiri memiliki tantangan dalam hal infrastruktur, contohnya seperti adanya ketimpangan infrastruktur antara perkotaan dan perdesaan. Hal seperti ini dapat terjadi karena pemerintah Indonesia kurang melakukan pembangunan infrastruktur yang merata di perkotaan dan perdesaan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022 mencatat bahwa perekonomian Indonesia masih terlalu terpusat di Jawa dan Sumatra dengan masing-masing sebesar 56,48% dan 22,04% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Di lain sisi seperti Sulawesi, Kalimantan, Nusa tenggara, dan lain-lain hanya tercatat 10% dari PDB. Ini menunjukkan bahwa pemerintah sudah harus melakukan inovasi/pertumbuhan baru di luar Jawa dan Sumatra.
Lalu ada permasalahan lainnya di Indonesia seperti limbah industri dan kerusakan hutan akibat industri. Di Indonesia sendiri, produksi biomassa telah menyebabkan adanya penebangan hutan di seluruh wilayah Nusantara. Hutan di Gorontalo, Sulawesi telah ditebang dan pengiriman pohon-pohon tua untuk dijadikan pelet kayu. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia adalah dapat mengurangnya sumber pangan dan obat-obatan, lalu dapat mengganggu ekosistem yang ada di hutan. Lebih dari 3.000 hektare hutan telah ditebang di konsesi milik Banyan Tumbuh Lestari dari tahun 2021 hingga tahun 2024, dan ada tambahan 2.850 hektare telah dibuka untuk jalan penebangan menurut analisis satelit milik organisasi lingkungan internasional Mighty Earth.
SDG 9 yang menekankan pada pembangunan industri, inovasi, dan infrastruktur merupakan pilar penting untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, efisien, dan berkelanjutan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Namun, masih terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi, mulai dari ketimpangan pembangunan infrastruktur antar wilayah hingga dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas industri, seperti deforestasi akibat produksi biomassa untuk pelet kayu. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak boleh mengorbankan kelestarian lingkungan maupun kesejahteraan masyarakat lokal. Oleh karena itu, implementasi SDG 9 di Indonesia harus diarahkan pada strategi yang seimbang antara peningkatan produktivitas industri, pemerataan pembangunan infrastruktur, serta perlindungan ekosistem. Hanya dengan pendekatan yang berkelanjutan dan inovatif, SDG 9 dapat menjadi kunci bagi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang adil sekaligus menjaga kualitas hidup masyarakat pada masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI