Mohon tunggu...
Aqiilah Zulfa Rahmania
Aqiilah Zulfa Rahmania Mohon Tunggu... Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis sebagai ruang untuk menuangkan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Creatalk CBX 2025 Tekankan Adaptasi AI di Era Digital

6 Oktober 2025   21:08 Diperbarui: 6 Oktober 2025   22:03 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Opening Creatalk CBX 2025 (Sumber: Dokumen Pribadi)

Narasumber Creatalk 1: Andromeda Mercury

Andromeda Mercury selaku Jurnalis dan News Anchor TVOne yang membagikan pengalamannya serta memberikan pemaparan dalam menghadapi tantangan disinformasi di tengah kemajuan AI.

"Era AI tidak bisa dihindari, tapi tetap perlu disikapi dengan tanggung jawab. Hoax dan deepfake bisa menyesatkan publik, maka kita perlu jadi generasi yang kritis dan rajin crosscheck sumber informasi," pesannya.

Ia juga mengungkapkan bagaimana teknologi kini menjadi bagian dari rutinitas media massa. Dan sebagai mahasiswa Jurnalistik, kami dituntut untuk mampu menjadi seseorang yang multiskill dan multitasking karena di era saat ini perlu bekerja secara multiplatform.

"Teman-teman yang kuliah jurnalistik yang ingin jadi broadcaster kita harus kerja multitasking, multiplatform. Bayangkan kami sehari targetnya di TVOne ngeupload 100-200 konten ke banyak platform karena sekarang sudah bukan era konvergensi tapi sudah cross media," paparnya.

"Jadi kalau teman-teman berniat bergabung di Industri TV kalian harus betul-betul orang yang multiskill, bukan hanya pandai menulis, pandai ngedit, tapi juga keberanian untuk tampil. Kita juga yang buat berita, yang ngisi suara, yang on air, sepaket diborong oleh insan jurnalistik yang ingin bertahan di bidang ini," tambahnya.

Andromeda Mercury juga menyoroti mengenai kasus belakangan ini, dimana masyarakat dihebohkan dengan beredarnya video mantan Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani, yang mengatakan "Guru adalah beban negara."

Video tersebut ternyata hanyalah hasil manipulasi dengan teknologi deepfake, tetapi sempat membuat banyak orang percaya bahwa ucapan itu benar adanya. Ia menghimbau kami selaku mahasiswa untuk membiasakan diri ketika menerima informasi apapun harus membaca dan menyimak narasinya secara utuh.

"Kita perlu menjaga dan me-maintain rasa curiosity agar kita tidak mudah percaya. Ketika keraguan itu sudah muncul, artinya kita harus crosscheck. Sekalipun yang menyiarkan, yang me-reupload adalah orang-orang yang punya follower jutaan, kita jangan mudah percaya dan harus silang cek informasi yang beredar," tegasnya.

Menanggapi Materi yang Disampaikan oleh Andromeda Mercury:

Saya setuju dengan pemaparan materi yang diberikan oleh Kak Andromeda Mercury, dimana saat ini perkembangan AI sangatlah pesat dan algoritma media sosial membuat informasi bergerak dengan sangat cepat sehingga dalam hitungan menit dan jam saja bisa viral tanpa tahu kebenaran dari informasi tersebut. teknologi AI, deepfake, manipulasi suara, berita palsu hasil algoritma, semua itu berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap informasi yang baik dan benar. Oleh karena itu, jurnalis harus mampu menyuarakan kebenaran dengan menyebarkan berita yang sudah terverifikasi. Untuk mencapai hal tersebut, kita sebagai calon jurnalis dituntut untuk melek terhadap isu apa saja yang viral di berbagai media sosial, seperti TikTok, Instagram, Facebook, serta mencari tahu kebenaran maupun kepalsuan dari informasi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun