Berbicara tentang menyelesaikan permasalahan masyarakat dan bangsa, maka tak lepas dari permasalahan struktural dan permasalahan kultural. Pertama, permasalahan struktural berkaitan dengan regulasi-regulasi yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh pemerintah, seperti Undang-undang, Permen, dan Perda. Regulasi tersebut bisa dalam hal politik, ekonomi, sosial, hukum, agama, dan pendidikan. Seberapa besar sebuah regulasi mendatangkan efek atau dampak bergantung pada seberapa kuat, sering, dan lamanya regulasi tersebut disosialisasikan, diujicobakan, dan diimplementasikan di tengah-tengah publik. Kedua, permasalahan kultural berkaitan dengan mindset dan perilaku dari masyarakat pada suatu daerah atau tempat. Dimana hal tersebut dipengaruhi oleh kedewasaan intelektual, emosional, dan spritual dari individu yang ada pada sebuah masyarakat. Kedewasaan tersebut bisa tercipta dari proses pendidikan, interaksi sosial dengan masyarakat, dan bisa juga dari pemahaman dan pengamalan religiusitas dari seseorang.
Akhir-akhir ini banyak dibicarakan dan didiskusikan tentang karut marut yang sedang melanda bangsa kita yang sudah sampai pada level mengkhawatirkan pada setiap dimensinya. Pada level atas pemandangan dan informasi tentang para pejabat yang korup adalah makanan sehari-hari dari daftar menu keseharian kita. Korupsi memang sudah menjadi sesuatu yang “lumrah” dan “wajar” di negeri ini, entah dengan dalih terang-terangan untuk memperkaya diri, keluarga, dan kelompok, mengganti ongkos politik ketika pemilu ataupun dengan dibungkus atas nama kemanusiaan seperti menyelamatkan atasan ataupun mengatasnamakan masyarakat yang miskin. Pada level akar rumput, kita juga sering menyaksikan betapa rapuhnya nilai-nilai toleransi dari masyarakat kita yang gampang sekali tersulut emosinya untuk melakukan perilaku anarkis ataupun intimidasi antar kelompok, etnis, ataupun antar agama dan keyakinan. Mereka seolah-olah merasa diri menjadi “polisi dan hakim Tuhan” yang begitu cepat mengklaim diri dan kelompoknyalah yang paling benar dan berhak untuk memvonis dan menghakimi suatu permasalahan. Padahal, hakikatnya manusia itu dijadikan berbeda, berkelompok, bersuku-suku adalah untuk saling kenal mengenal dan menghargai satu sama lain untuk membuat sebuah bangunan peradaban kemanusiaan yang luhur, bermartabat dan berkeadaban, bukan malah sebaliknya.
Permasalahan-permasalahan di atas kalau dikaji secara holistik bisa jadi disebabkan oleh sesuatu yang struktural atau kultural atau juga bisa jadi karena keduanya secara simultan. Mengapa korupsi di Indonesia lahir, berkembang, dan tumbuh subur....? bisa jadi disebabkan karena lemahnya dan kurangnya regulasi yang memutus mata rantai dari korupsi tersebut mulai dari hulu sampai hilirnya. Atau kalau misalkan regulasinya sudah bagus bisa juga disebabkan karena lemahnya moral dan spiritual dari pemangku amanah tersebut. Sehingga kedua-duanya harus dipadupadankan secara interkoneksi dan simultan. Kemudian, mengapa masyarakat kita demikian rapuh nilai-nilai toleransinya.....? bisa saja hal tersebut disebabkan oleh mulai lunturnya nilai-nilai luhur yang didapatkan dari tradisi, budaya, dan agama masing-masing. Hal itu terjadi karena sudah mulai bergesernya paradigma (cara pandang) dari masyarakat kita, yang semula bermuatan nilai-nilai humanistik berubah ke arah kapitalistik. Kalau pada awalnya sebuah relasi didasarkan atas sesuatu yang inner dan abadi lamat laun berubah menjadi sesuatu yang material dan temporal.
Kini, sudah saatnya kita segera berbenah dan kemudian kembali ke tujuan kita hadir di atas dunia ini. Dimana, Tuhan menciptakan manusia di atas dunia ini untuk menjadi wakil Tuhan untuk mewujudkan sebuah sistem dan tatanan masyarakat yang madani (civil society). Yang penuh dengan semangat kenabian/kerasulan (kredibel, akuntabel, kompetetif, transparan, kompeten) profan-transendental, dan toleransi. Maka InsyaAllah, permasalahan-permasalahan yang sedang mendera bangsa ini sedikit demi sedikit akan mulai teratasi dan terselesaikan. Sehingga harapan untuk mewujudkan bangsa dan negara yang kuat, bermutu, bermartabat, dan berdaya saing bukan sesuatu yang mustahil ataupun bukan hanya sekedar mimpi di atas mimpi. Semoga....
Wallahu A’lamu Bisshawab
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI