Mohon tunggu...
Aprilia Sari Yudha
Aprilia Sari Yudha Mohon Tunggu... Guru - Hasbunallah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kiat Ajarkan Si Kecil agar Tidak Manja dan Boros

6 Oktober 2019   11:51 Diperbarui: 6 Oktober 2019   17:22 4380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang berperilaku manja (www.bajajfinserv.in)

Sebagai orangtua, ilmu parenting atau gaya pengasuhan memang sangat penting untuk dipelajari. Sebab, penerapan parenting atau gaya pengasuhan merupakan pekerjaan atau tugas yang terbilang susah-susah gampang. 

Menurut istilah, parenting sendiri merupakan bentuk dari proses interaksi antara orangtua dan anak dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak, baik itu secara fisik, motorik maupun sosial emosional. 

Tahukah Anda, gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua dapat mempengaruhi perilaku anak? Sehingga tak jarang, gaya pengasuhan yang berbeda di kalangan orangtua, dapat menimbulkan persepsi di kalangan orangtua yang lain. Jika terlalu ketat, maka orang akan berpendapat bahwa orangtua dianggap mengekang anak. 

Begitupun sebaliknya, jika gaya pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua dengan banyak memberikan kebebasan kepada anak, maka orang-orang akan berpendapat bahwa orangtua tidak bisa merawat anak dengan baik bahkan anak bisa menjadi manja dan boros.

Nah, yang menarik untuk dibahas adalah apa jadinya jika anak berperilaku manja dan boros? Kedua permasalahan tersebut sepertinya merupakan hal yang mungkin sering terjadi. 

Sebenarnya anak manja dan boros itu salah siapa sih? Apa saja faktor yang menyebabkan anak menjadi manja dan boros? Apakah dari faktor gaya pengasuhan orangtua yang salah? Lalu bagaimana mengatasi itu semua?

Saya yakin ini pasti sulit, entah itu sulit mengakui bahwa anak kita memang manja dan boros, atau pun kita tidak menyadari bahwa itu terjadi pada anak kita.

Kata pepatah lama, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, tapi apa iya orangtua yang hemat pasti anak hebat juga? Apa iya orangtua yang ramah anak yang pasti ramah juga? 

Pernahkah Anda melihat, ada teman atau anggota keluarga yang selalu membelikan barang barang yang diminta sama anaknya? Padahal kondisi keuangannya memang lagi susah. Terus bagaimana mengajarkan konsep keuangan yang mudah untuk anak? Kayak mengajarkan konsep menabung atau hidup hemat ke anak? 

Bagi kebanyakan orangtua bicara mengenai isu keuangan adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Isu keuangan itu sendiri seringkali dianggap sebagai sesuatu hal yang tabu. Jangankan bicara keuangan kepada anak, bicara keuangan kepada pasangan atau teman itupun bukan hal yang mudah.

Menurut penelitian, hanya 18% orangtua yang mau terbuka dan meluangkan waktunya untuk membicarakan isu keuangan dengan anak. Dan hanya sebesar 16% orangtua, yang mau memberikan kesempatan kepada anaknya, untuk mengambil keputusan finansial. 

Apa saja yang kita butuhkan sebagai orangtua untuk memulai percakapan yang sehat tentang uang kepada anak khususnya anak usia dini? 

Ternyata 67% orangtua memilih membicarakan aktivitas-aktivitas anak di sekolah atau hobi sama anak, ketimbang membicarakan masalah uang dan cara mengelolanya. Tapi seberapa penting sih bicara masalah uang pada anak?

Nah ini dia yang sering salah kaprah, orangtua berpendapat bahwa anak yaa seharusnya belajar dan bermain saja, tanpa harus dipusingkan dengan uang.

"Biar ibu dan ayah saja yang bekerja menghasilkan uang dan mengatur keuangan supaya anak bisa hidup enak."

Padahal sebagai orangtua, kita tetap perlu memberikan pendidikan mengenai keuangan kepada anak sejak usia dini, agar anak dapat bijak menggunakan keuangannya di masa mendatang.

Membicarakan isu keuangan dengan anak sesuai dengan usianya adalah hal yang tidak kalah penting yang harus dilakukan oleh orangtua. Hal ini sama pentingnya dengan peran oran tua yang bekerja keras menghasilkan uang untuk kesejahteraan anak. Caranya adalah: 

Hal yang harus Anda lalukan ialah, sudah seharusnya Anda dan pasangan memiliki cara pandang sikap, pola pikir dan nilai finansial yang sama dalam keluarga. Tidak mungkin mengajarkan anak tentang uang, jika kita sebagai orangtua memiliki pandangan yang berbeda. 

Misalnya si ayah merasa memberikan uang jajan saat anak menginjak SD adalah keharusan. Sedangkan menurut sang ibu uang jajan belum boleh diberikan kepada anak. Jadi penting untuk memastikan bahwa anda dan pasangan sudah sepaham.

Selanjutnya, ada 4 kunci bicara uang antara orangtua dengan anak.

  1. Bimbing dan beri masukan pada anak, bukan menyuruh atau menggurui.
  2. Berikan semangat dan pujian kepada anak, bukan mengkritik apalagi memarahi.
  3. Terbuka dengan anak. Misalnya dengan bercerita bahwa tidak setiap hal harus dapat dimiliki sekarang juga. Dan bahwa setiap pembelian perlu dipertimbangkan.
  4.  Perlu mengetahui bagaimana anak-anak belajar bicara uang.

Ingat, anak-anak mengamati apa yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lainnya dalam menggunakan uang. Secara perlahan anak dapat memahami pola penggunaan uang yang akan mempengaruhi dan membentuk perilaku keuangan anak. 

Hmmm... iya sih yang namanya buah memang jatuh seharusnya tak jauh dari pohonnya, bicara uang dengan anak tidak hanya dalam bentuk percakapan dan perhatian saja, tetapi juga dalam bentuk contoh langsung. 

Terus kapan dong usia yang tepat untuk anak diberikan pendidikan soal keuangan?

Pertanyaan ini seringkali dilontarkan oleh orangtua. Sebetulnya orangtua sudah dapat memberikan pendidikan keuangan kepada anak sejak usia 3 tahun. 

Di usia ini anak-anak sudah mulai mampu memahami sebuah konsep yang diajarkan oleh orangtua. Sebagai orangtua, Anda dapat menjelaskan konsep menabung dan fungsi dari uang itu sendiri, namun yang perlu Anda ketahui adalah pendidikan keuangan pada anak tergantung juga pada tahapan perkembangan anak. 

Maka dari itu cara mengajarkan keuangan kepada anak usia 3 tahun, tentunya akan berbeda dengan anak yang berusia 8 tahun.

Prinsip dasarnya adalah menanamkan etika bekerja kepada anak dengan bekerja anak dapat diberikan tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, menyiram tanaman, membereskan mainan, atau kegiatan lain yang sesuai dengan usianya.

Anda juga perlu terbuka kepada anak mengenai keuangan keluarga. Hal ini memberikan kesempatan kepada anak untuk merefleksikan dan berpikir mengenai konsekuensi dari penggunaan keuangannya. 

Berikan dukungan kepada anak saat melakukan aktivitas keuangan, misalnya saat menabung. Selain itu, orangtua juga dapat melibatkan anak dalam kegiatan sehari-hari untuk mengajarkan langsung mengenai perilaku keuangan. 

Misalnya mengajak anak berbelanja ke pasar swalayan, memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan transaksi sederhana. Sekali lagi, perlu diingat ya bahwa semua aktivitas pembelajaran perlu disesuaikan dengan usia anak.

Jadi untuk para orangtua di luar sana, jangan surut semangat untuk mengajarkan anak bagaimana mengelolah uang dengan baik, ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun