Mohon tunggu...
Aprilia Safira
Aprilia Safira Mohon Tunggu... Lainnya - --

nn

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

#JanganSuriahkanIndonesia: Dari Aksi Bela Islam

3 Desember 2018   08:42 Diperbarui: 3 Desember 2018   08:56 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hati saya mendadak terenyuh melihat salah satu berita yang saya baca dari media sosial dari hari kemarin. Sekitar 8 juta umat muslim berkumpul di monas dalam rangka menggelar aksi bela Islam. Kali ini, tersentuhnya hati saya bukan karena melihat kekuatan umat muslim yang luar biasa di Indonesia. 

Jujur sebagai seorang muslim aksi bela Islam yang dilakukan oleh alumni 212 ini menjadi sebuah dilema yang saya rasakan selama ini. Ada rasa haru akan kekuatan Islam di Indonesia namun juga sedih karena aksi yang menujukan kekuatan umat Islam yang luar biasa ini berpeluang menimbulkan perpecahan dalam Negara kita.

Dengan dalih membela salah satu agama dan menolak adanya penistaan agama aksi yang merupakan lanjutan dari aksi serupa yang pernah dilakukan ditempat yang sama ini menjadi awal adanya benih-benih perpecahan di Indonesia. 

Berawal dari kekecewaan umat Islam atas pernyataan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama, atau yang lebih akrab kita kenal dengan ahok yang dituduh menistakan Al-Quran surah Al-Maidah ayat 55.

Dari pernyataan tersebut umat Islam yang menatasnamakan Font Pembela Islam (FPI) melakukan aksi bela Islam yang puncaknya terjadi pada 2 Desember 2016 tepat dua tahun yang lalu.

Konflik horizontal yang mengatasnamakan agama tersebut menyebabkan kekhawatiran di sejumlah pihak. Adanya kekhawatiran Indonesia dapat diadu domba hingga memicu perpecahaan dan menyebabkan krisis yang luar biasa, seperti yang terjadi di Suriah dan Negara -- Negara di Timur Tengah.

Sebagai Negara dengan berbagai keberagaman dengan mayoritas muslim Indonesia perlu sekiranya berkaca pada konflik Suriah. 

Suriah dulunya merupakan negara aman yang heterogen dengan masyarakat yang terdiri dari beragam etnik dan agama. Namun Negara yang aman itu kini mengalami krisis setelah masyarakatnya berhasil diadu domba oleh kepentingan politik berbalut agama. Dan konflik ini merupakan cerminan konflik global dimana kepentingan diperebutkan. 

Banyak sekali Negara yang terlibat dalam konflik ini, mereka saling memperebutkan kepentingan masing-masing. Salah satunya adalah mereka lakukan untuk menhancurkan Negara tersebut dan mengambil kekayaan alamnya, atau hanya memperebutkan pengaruh mereka di Negara Timur -- Tengah.

Sebelum konflik terjadi Suriah merupakan Negara yang aman dan masyarakatnya hidup berdampingan tanpa ada perselisihan. Sebelumnya, pemerintah menggratiskan biaya pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. 

Bahkan biaya kesehatan juga digratiskan. Segala sesuatu yang menjadi kebituhan pokok masyarakat dijamin oleh pemerintah. Sehingga sebenarnya hampir tidak ada lagi celah yang bisa dimainkan untuk memecah-belah Suriah kecuali dengan isu agama. 

Media social saat itu digunakan oleh masyarakat Suriah sebagai ajang mempropagandakan kekacauan dan konflik, dimana fitnah dan ujar kebencian bermunculan dari media sosial. Seiring perjalanan gerakan di media social tersebut, kelompok ekstrem seperti Al-Qaeda dan ISIS menyusup.  

Hingga akhirnya konflik mucul, pertumpahan darah terjadi di mana-mana. Semua orang mengharapkan memperebutkan kepentingannya dengan mengatasnamakan agama.

Lalu ada apa dibalik aksi bela Islam? Saat ini Indonesia sedang menghadapi tahun politik. Dimana pesta demokrasi akan dilaksanakan pada tahun 2019 mendatang. Pemilihan Presiden dan wakil presiden menjadi agenda besar Negara kita tahun depan. 

Aksi 212 ini mengatasnamakan agama demi kepentingan politik. Keutuhan umat muslim sudah selayaknya tidak dijadikan kambing hitam untuk merebut suatu kepentingan. 

Dari beberapa berita yang saya baca di media, acara ini justru dijadikan oleh salah satu pihak untuk menarik simpati umat muslim. Memang islam merupakan Negara mayoritas dan isu agama merupakan suatu hal yang sangat sensitif. Saya rasa para pembaca paham bagaimana maksud dari tulisan saya kali ini.

Melihat dari banyaknya masa yang datang dalam aksi kemarin dan adanya salah satu kepentingan politik dibalik suksesnya aksi tersebut, mungkin bisa menjadi salah satu alasan mengapa kali ini saya menyampaikan keresahan dalam tulisan ini. 

Dulunya sebelum konflik terjadi di Suriah masyarakat yang berhasil tersulut semangat dari revolusi di Turki dan Mesir ditambah adanya isu-isu negatif, fitnah dan ujar kebencian di media social melakukan aksi damai sebagai bentuk reaksi dari pihak oposisi Basar Al-asad. 

Aksi tersebut kemudian ditunggangi oleh banyak kepentingan dari Negara lain hingga tersulutlah konflik dan timbullah perang saudara yang seharusnya tidak terjadi. 

Bukan tidak mungkin hal serupa terjadi di Indonesia. Indonesia kaya akan sumber daya alam, masyarakat Indonesia yang majemuk dengan mayoritas Islam bukan tidak mungkin konflik serupa terjadi di Negara kita yang aman ini. Ketika semua pihak saling berebut kepentingan dengan mengatasnamakan agama.

Namun, kali ini saya tidak akan menyudutkan satu pihak. Mari kita buka pikiran kita, ke-Bhinekaan di Indonesia sudah seharusnya kita junjung tinggi. Sebagai Negara dengan dasar Pancasila sudah selayaknya kita bersatu dan menjunjung tinggi kepentingan negara di atas kepentingan lainnya. Mari kita mengambil pelajaran dari konflik yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah. 

Bagi orang yang berakal, mukmin sejati yang cinta kepada Allah, Rasulullah, tidak mungkin mereka memercikkan api konflik kepada negaranya. Dan mukmin sejati bisa mengorbankan dirinya demi kepentingan orang banyak. 

Mari kita teladani sikap Rasulullah bagaimana pengorbanan Rasulullah dalam peristiwa Perjanjian Hudaibiyah. Dimana Beliau rela mengikuti kemauan kaum Quraisy demi perdamaian umat. Saya harap seluruh komponen masyarakat Indonesia saling memahami dan bersama -- sama menghindari konflik di kemudian hari. Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun