Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Noormah (Bagian Empat)

24 Oktober 2020   13:52 Diperbarui: 24 Oktober 2020   13:56 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nggak, waktu itu dia nyusul Bapak ke Kandis,"

"Iya dan tinggal di Kandis sama Bapak?"

"Nggak, waktu itu Bapak masih terus membawa Mobil lintas antar Provinsi, tapi setelah menikah sama Noormah itu Bapak gak pernah lagi singgah di Warung remang-remang kayak waktu sebelum nikah sama Noormah,"

"Kenapa? Bapak merasa bersalah sama Noormah?"

"Bukan, udah beberapa kali Bapak coba sama perempuan-perempuan di Warung Remang-remang itu, tapi punya Bapak gak bisa bangun, tapi kalau sama Noormah bisa,"

"Hahahaha... pantas saja bu Noormah tenang-tenang aja Bapak gak pulang-pulang ke rumahnya. Terus?"

"Lima tahun setelah menikahi Noormah itu baru Bapak tinggal serumah sama Noormah,"

"Di Kampung?"

"Nggak, kami tinggal di Kandis, Bapak dulu lama tinggal disana, Bapak berhenti membawa Mobil angkutan barang dan kerja apa saja yang penting bisa menghidupi keluarga, anak Bapak banyak, ada 7 orang, 6 laki-laki 1 perempuan, tapi yang perempuan itu meninggal pas usia satu tahun,"

"Iya,"

"Ira itu anak angkat Bapak dan Noormah, tapi ternyata jodohnya gak jauh-jauh, dia menikah sama anak Bapak yang paling bungsu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun