Bagian Dua
"Saat itu dibawah paksaan suamiku aku dipaksa untuk memaki-maki mantan pacarku yang telah menemuiku di Sekolah tempatku mengajar saat itu.
Aku sangat ketakutan dan secara mental begitu terpuruk, karena tindakan suamiku yang  diluar akal sehatku. Rasa cemburu buta yang berlebihan itulah yang pada akhirnya pelan-pelan telah membuatku menjadi begitu membeci lelaki yang telah memberikanku dua orang buah hati itu.
Setiap hari, secara psikis dia terus berusaha melukai perasaanku, hingga aku merasa begitu tertekan dan ketakutan setiap kali melihatnya.Â
Gawai-ku selalu dipantau olehnya dan kehidupanku saat itu telah dia kuasai sepenuhnya. Bahkan Ibunya pun sampai tidak bisa berbuat apa-apa lagi melihat tingkah lakunya kepadaku.
Dan yang paling parah adalah saat dia sengaja mempermalukanku. Ketika itu aku dibawa paksa untuk mendatangi rumah orangtua mantan pacarku.
Saat itu orangtua mantan pacarku kaget melihat kedatanganku bersama suami, mertua dan juga anak-anakku. Dan di depan mereka semua aku dipermalukan dengan cara di suruh mengatakan bahwa aku telah berselingkuh dengan mantan pacarku dan pertemuan itu dia tutup dengan kata-kata yang begitu melukai perasaanku."
Sambil kembali mengusap air matanya. Fani kembali menceritakan dan berusaha untuk menggambarkan rasa kecewa dan sakit hatinya saat dia betul-betul merasa di permalukan oleh suaminya itu.
Dengan mengatakan kepada istri mantan pacarku dan juga orang-orang yang ada disitu bahwa jika mantan pacarnya itu masih menginginkan istrinya maka silahkan ambil saja, sebab dia sudah tidak membutuhkan wanita murahan yang diam-diam masih dia temui.
"Sekian tahun aku mencoba untuk 'terlihat bahagia' di depan semua orang dan itu semua aku lakukan semata-mata demi anak-anak dan keluarga besarku. Dan perasaan itu aku pendam selama  bertahun-tahun lamanya hingga pada puncak kesabaranku. Aku sudah tidak sanggup lagi untuk hidup bersamanya.