"Aduh bu Dinni itu potnya terlalu besar sampai pohonnya ga keliatan".
"Lewat sekolah bu Dinni gersang banget dan itu tanaman liar sampai tinggi".
"Tolong deh foto dekat musholla/aula jangan ditampilkan karena terkesan kumuh".
"Halaman sekolah panas banget tidak ada pohon tinggi".
"Itu pohonnya mana, yang keliatan potnya saja".
Bla...bla...bla...bla
Sudah tidak asing saya mendengar cibiran itu, baik dari guru sekolah lain bahkan tamu yang datang ke sekolah kami.
Harap dicatat kami bukan berdiam diri dan tidak memelihara halaman sekolah, penjaga sering membabat rumput-rumput liar dengan mesin pemotong rumput baik halaman depan maupun halaman samping.Â
Tapi rumput tumbuh seperti berkejaran dengan penjaga sekolah, bahkan kami sering melaksanakan kerjabakti. Tapi tetap kami sering kewalahan menghadapi rumput yang bersemangat untuk melawan kami.
Kemampuan orangtua di sekolah kami menengah kebawah, terasa sulit juga bagi kami untuk minta bantuan mereka, beberapa kali sudah kami coba seperti tiap anak diminta membawa satu tanaman dan sengaja tidak kami tentukan jenisnya karena khawatir menjadi beban buat mereka, (tidak seperti ketika anak saya SMP, pihak sekolah menentukan tanaman yang harus dibawa oleh peserta didik, akhirnya sore-sore kami para orangtua berburu tanaman karena harus dibawa ke sekolah keesokan harinya).
Bukan saya tidak mau melakukan hal yang  sama dengan sekolah anak saya, tapi saya melihat kemampuan dan situasi di sekolah saya, Saya biarkan sesuai kemampuan mereka. Mereka membawa tanaman ada yang dibawa dari rumah, ada yang sengaja beli bahkan ada yang minta ke tetangganya bahkan ada yang membawa tanaman liar hehehe.