Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bidadari Sang Pengetuk Hati

16 Mei 2019   13:44 Diperbarui: 16 Mei 2019   14:17 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bidadari  bersayap jingga setiap hari mengetuk pintu pujaan hati. Penuh tanya kenapa berubah? Kenapa dingin? Tak didapati  kehangatan dari pancaran mata sang pujaan. Ingin meraih hati kaku terasa beku.

Tak pernah lelah bidadari bersayap jingga mengetuk dan mengetuk pintu hati, kata pengharapan masih ia keluarkan berharap es hati pujaan mencair, ia rindu bercumbu seperti dulu disetiap penghujung malam.

Bila bidadari bersayap  jingga tak mengenakan baju malu, ia akan menari erotis agar pujaan kembali dalam dekapan, desahan ajakan tak dihirau pujaan hati. Pesan kerinduan di balas ala kadarnya. Pintu hati sang pujaan telah terkunci entah disimpan dimana.

Bidadari bersayap jingga masih penuh harap. Terduduk seorang diri menyesali apa yang telah dilakukannya, pujaan hati lepas dari genggaman. Perlahan menjauh. Samar terlihat sang pujaan menggenggam erat tangan  bidadari bersayap senja. Tersenyum penuh bahagia.

ADSN
Kesambi, 160519

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun