Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Taplak yang Terabaikan (Curhatan ADSN)

21 November 2017   21:37 Diperbarui: 21 November 2017   22:00 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Taplak yang Terabaikan (Curhatan ADSN)

Siang hari sepuluh bulan lalu, itu juga kalau tidak salah ingat. Saya ditelepon oleh bendahara PGRI untuk membeli taplak meja, bu Warni minta tolong saya, karena saya merupakan pengurus PGRI Kota Cirebon, sebagai wakil bendahara.

Bukan taplak meja biasa, tapi taplak untuk meja panjang di aula pertemuan, karena taplak meja yang lamasudah tidak layak dipakai, jadi saya disarankan untuk membeli bahan motif batik.

Jujur, saya belum pernah membeli bahan untuk taplak, apalagi untuk umum takut tidak sesuai, jadi saya hanya diam,  mau menolak sepertinya tidak sopan. Untungnya ada teman saya yang memahami kegalauan saya, dia menawarkan diri untuk menemani saya.  Jadi kami berburu bahan batik untuk taplak meja.

Setelah seharian mencari, akhirnya kami menemukan bahan dan motif yang cocok. Kemudian kami mencari palstik meteran sebagai alas meja atas supaya mudah di bersihkan. Bahan batik, plastik meteran dan paku payung sudah terbeli dan dianggap cukup, kami langsung menuju gedung PGRI. Bahan-bahan tadi saya simpan dilemari kayu yang berisi spanduk, koran dan majalah bekas, serta taplak-taplak ukuran sedang. Dengan harapan besok bisa terpasang dan meja cantik kembali.

Keesokan harinya, saya ke gedung PGRI, teman tidak bisa datang karena rapat. Besoknya gantian saya yang tidak bisa datang, begitu terus, waktu terasa padat dan tidak ada kesempatan memasang taplak. Tak terasa sepuluh bulan taplak itu tak tersentuh.

Hari ini, temanku mengingatkan lagi. Ditengah kesibukan setelah urusan ke Bank dan rapat gugus, saya menyempatkan diri ke gedung, dengan diantar sahabat saya (karena saya tidak berani bawa kendaraan roda dua). Saya datang, teman pergi rapat di kantornya, saya minta tolong teman saya untuk menghubungi rekan yang lain, dia setuju dan mencoba menghubungi pak Wawan, yang kebetulan letak sekolahnya berdekatan dengan gedung PGRI. Tak lama pak Wawan datang.

Peralatan saya cek semua, bahan taplak ada, paku payung ada, gunting ada, hmmmm plastik tidak ada. Semua lemari yang ada di gedung saya perikasa sampai kolong mejapuntak luput dari pandangan saya, nihil tak ketemu. Saya telpon teman, tak diangkat karena sedang rapat. Saya dan pak Wawan bengong, tak ada yang bisa dikerjakan, karena unsur utama yang harus di pasang adalah plastik tidak ada. Deuh terasa sia-sia, menyesal juga menolak ajakan teman belanja ke Trusmi (sentra batik di Cirebon). Akhirnya karena sudah sore dan mendung, saya putuskan pulang, begitupun pak Wawan. Nasib taplak meja tak berubah hehehe.

Di jalan saya iseng nelpon penjaga gedung, karena dari siang dia tak kelihatan. Ternyata dia sedang keliling sekolah mengedarkan undangan untuk tanggal 25 November 2017, pemberitahuan upacara HUT PGRI di sekolah masing-masing, setelah upacara ada lomba senam PGRI tiap cabang yang akan dilaksanakan di di Gedung PGRI tepatnya di ruang aula. 

Nah karena sudak mendesak waktunya, baru deh teringat taplak meja belum diganti. Kembali laginke penjaga, dia bilang seminggu yang lalu palsyik sudah dipasang di atas meja, jadi tinggal masang taplak untuk pinggiran meja saja. Haaah kenapa tidak bilang, batin saya. Hari yang sia-sia karena tidak ada komunikasi, salah saya juga tidak mengecek langsung di ruang aula, karena letaknya di lantai dua jadi saya tidak berani mengecek sendiri, dan saya juga tidak bilang ke pak Wawan, untuk melihat ke lantai atas, kami hanya fokus di lantai bawah.

Sepanjang jalan saya menyesal, mengapa tidak menghubungi penjaga, kenapa tidak cek n ricek ke atas. Bal bla bla. Sampai akhirnya, ya sudahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun