Perempuan itu memilih diam.
Untuk segala rimbun kata yang mendekam, ia memilih senyap. Meski mulut tak sabar ingin mengucap.
Perempuan itu memilih diam.
Bersandi dengan lembaran yang ingin ia tuliskan. Tentang sajak yang tangar ia terjemahkan.
***
Malam itu; ribuan tahun yang lalu. Seorang lelaki berjejak pasti di depan pintu. Memegang kunci dari sebuah katarsis seorang belia yang terlihat sendu.
"Tok.. Tok.. Tok.."
Tak ada jawaban.
"Tok.. Tok.. Tok.."
Masih tak ada jawaban.
Lelaki itu tetap menunggu. Sang Belia yang bisa saja membukakan pintu kalau ia mau. Sayang, ia tak mampu.
Waktu membunuh perlahan. Â Mereka tanggal dalam genang, tinggal kenang di ingatan.
***
Perempuan itu masih diam.
Berjuta andai berlarian di kepalanya.Â
Sekala cinta datang lagi, ia hanya ingin damai. Dari bising retakan patah hati. Dari Sang Alozon yang melukai diri.
2018.
Rasa yang (mungkin) sama.
Kenapa masih ada "Jika" yang tersisa?
Ah, kalau saja..........
- Jakarta, 3 Desember 2018 -