Mohon tunggu...
Apriawan Repadjori
Apriawan Repadjori Mohon Tunggu... Jurnalis - Identitas, Nasionalisme, & Integritas

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Pertahanan (UNHAN).

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dakwah di Balik Kekuasaan: 5 Tugas Seorang Muslim

17 Oktober 2016   01:35 Diperbarui: 17 Oktober 2016   06:45 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dakwah sejatinya menjadi jalan penyampai kebenaran dan kebaikan. Karenanya bisa dilakuan oleh siapa saja, kapan saja, dan melalui media apa saja. Namun faktanya dakwah mengalami dinamika, bukan hanya faktor insani dan materi, namun harus berbeturan dengan sistem yang ada. Dakwah bisa saja menjadi penggerak sosial, bisa pula menjadi magnet penenang massa. Dakwah bisa menjadi katub stabilitas sosial dan juga bisa menjadikan motor penggerak transformasi sosial.

Islam sebagai agama yang hak dan sempurna  serta Rahmatanlil 'alamin menjadi semangat tersendiri bagi para pemeluknya.  Sehingga tak ada masalah dengan Islam ketika Bangsa Ini menganut Pancasila sebagai Idiologi Kehidupan berbangsah dan bernegara. Dimana Pancasila mengantarkan bangsah ini kedalam kehidupan harmonis dengan semboyan pemersatu Bhineka Tunggal Ika yang nilai-nilai didalamnya merupakan citacita bangsah dan hanya mungkin tercapai apabila para pemeluknya hidup rukun sesuai dengan harapan Idiologi tersebut. Namun Kisruh Pilgub DKI yang dimana calon Petahana basuki Cahya Purnomo telah Menodai keharmonisan kehidupan dengan statement yang mendiskreditkan Al-Quran sebagai pedoman hidup Muslim. Hal ini tentu saja menimbulkan Respon yang negatif begi atmosfir kehidupan masyarakat terkhusus DKI Jakarta. Semua itu dilakukan demi mendapatkan legitimasi untuk memimipin Ibu kota Republik Ini.

Legitimasi kekuasaan diperlukan untuk menjalankan peran suatu golongan dalam menerapkan peraturan serta Idiologi demi menciptakan Masyarakat yang Ideal menurut kebanyakan orang. Pada masa Orde Baru, Kemunculan kelompok Separatis Negara Islam Indonesia (NII), Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang tidak memiliki legitimasi menjadi momok yang menakutkan bagi pemerintahan yang ada dan menjadi penyebab mengapa pemeritah pada saat itu bersifat represif terhadap umat muslim. Rezim Soeharto banyak mengeluarkan kebijakan yang melumpuhkan potensi umat muslim bahkan dampaknya masi sangat nyata hiingga hari ini. Diera itu, pemerintah pernah mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan jilbab di sekolah negeri. Berdasarkan SK 052/C/Kep/D/1982. 

Begitu juga dengan penggunaan lambang Ka'bah pada Partai Persatua Pembangunan (PPP) yang merupakan hasil fusi dari beberapa partai Islam. Pemerintahan orde baru juga pernah mengeluarkan kebijakan pembatasan fungsi mesjid hanya sebagai tempat ritual sholat saja, yang nyatanya pada saat itu mesjid digunakan umat muslim sebagi pusat segala kegiatan, juga pernah pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai Pembatasan Jumlah anak atau yang saat ini lebih kita kenal dengan Keluarga Berencana dengan slogannya 2 anak cukup. Padahal dalam Islam sendiri tidak pernah membatasi jumlah anak, sebab anak merupakan anugrah Tuhan yang tidak semua keluarga bisa memilikinya dan memiliki garis Rezkinya masing-masing.

Kehidupan Suatu kelompok sangat berpengaruh pada siapa yang mendominasi kelompok itu, namun minoritas bisa saja lebih berpengaruh ketika legelitas mereka miliki. Maka dari itu sudah sepatutnya simbol-simbol kekuasaan harus direbut umat muslim untuk menjaga nilai-nilai yang ada dimasyarakat agar tidak minyimpang jauh dari kehidupan  adil makmur yang di ridohi Allah SWT.

Dengan menjaga simbol-simbol kekuasaan yang ada, umat  muslim bisa menjadikannya sebagai Penjaga agar para dai bisa berdakwah dengan baik, pula dengan sistem yang mendukung. Ibarat Sebuah Perumahan, legalitas kepemimpinan bisa menjadi satpam penjaga manakala orang asing mencoba mengusik perumahan tersebut.

Bigitupun kehidupan Kampus yang sejatinya adalah miniatur Pemerintahan  yang ada. Organisasi-organisasi yang ada perlu didominasi dengan nilai-nilai kualitas insan cita yang merupakan cita-cita mulya serta selaras dengan syariah. Dengan mendominasi kita bisa menerapkan cita-cita mulya itu dengan lebih mudah dan meperlihatkan eksistensi Islam yang Rahmatanlil 'alamin.

Dalam menyebarkan serta menjaga nilai-nilai Islam ini, Al - Quran telah menggambarkan dengan sangat jelas. Tugas ini tidak saja di emban oleh para dai/daiah namun tugas dan tanggung jawab ini menjadi tugas setiap umat muslim yang ada.

Setidaknya ada lima tugas yang diemban oleh setiap umat Muhammad saw berdasarkan Al-Quran. Pertama, pastinya seorang muslim punya tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Hal ini dijelaskan Allah dengan Firmannya

:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً “Wahai orang-orang beriman, lindungilah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka” ( Qs. At-Tahrim ayat 6).

Tugas yang kedua, selain bertanggung jawab kepada dirinya setiap umat muslim juga bertanggung jawab atas keluarganyanya. Maka didiklah keluarga kita, sebab itu sudah kewajiban kita agar diri dan keuaga kita terhindar dari panasnya Api Neraka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun