Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Percaya Diri

20 Agustus 2014   04:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:06 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai guru, ada saja kejadian di hari sekolah. Kebiasaan mengamati anak-anak membuat saya sepertinya menemukan saja pelajaran dari mereka. Jumat lalu, 15 Agustus 2014, saya sempat kagok, berada di depan para kompasianer saat berada dalam acara nangkring. Sebagai penulis yang bukunya diluncurkan, ternyata saya harus ada di depan.

Sensasinya adalah, berdebar-debar. Pak Tede sempat mengatakan, anggap saja murid-murid di kelas. Ya ampun, mana bisa? Saya tahu ada Pak Yusran yang sudah berangkat beasiswa karena tulisan di Kompasiana, ada mbak Arimbi yang sudah menulis novel, dan di samping saya Pak Rifki yang sudah bertahun-tahun di Kompasiana. Asli, minder.

Kalau biasanya saya suka ngerusuh, nanya ini-itu, dan bikin ribut dengan ngga tahu malu, kok aneh ya saya jadi ngga pede di depan waktu itu.

Mungkin itu yang dirasakan murid-murid saya. Anak-anak yang bukan main ribut kalau ngga ada guru, selalu mencari perhatian, ternyata, pada saat menjadi pemimpin, berdiri di depan kelas memimpin doa misalnya,  suaranya mencicit kecil tak terdengar. Sama dengan jika saya minta membacakan hasil diskusi, membuat darah naik ke kepala, karena jengkel.

Catat ya, mereka bukan pemalu. Mereka justru tak pernah segan pada saya. Kenapa justru saat mendapatkan kepercayaan justru mengecewakan?

Hari ini saya dikejutkan oleh seorang siswa. Biasanya dia tak pernah bersuara, jika tidak diberi giliran. Kali ini, hari ini gilirannya menjadi pemimpin barisan, dan sekaligus memimpin doa. Untuk memimpin barisan, rasanya tak perlu saya cemas, rata-rata anak kelas saya percaya diri dan mampu mengerjakannya.

Memimpin doa ini yang berbeda. Sejak menetapkan pemimpin barisan juga memimpin doa, belum sekali-kali saya menemukan siswa yang percaya diri. Siswa tertentu, sempat saya harap bisa melakukan tugas ini dengan baik, eh ujungnya sama saja. Kalau bukan suara mencicit tak terdengar, pastilah terkesan tak serius.

Kejutannya hari ini muncul. Siswa ini memang bukan yang saya harap bisa menunaikan tugas ini, namun ia melaksanakannya dengan baik. Suaranya jernih, walaupun singkat, jelas dan kelihatannya, menurut saya dia sudah menyiapkannya.

Apa yang membuat seseorang percaya diri?

1. Persiapan.

Semakin siap kita melakukan tugas kita, semakin baik kepercayaan diri kita. Bayangkanlah, seorang yang sudah berlatih berkali-kali menjadi peragawan atau peragawati. Ia pasti percaya diri jika sudah berlatih sedemikian rupa. Guru juga demikian, semakin ia mempersiapkan materi belajarnya, semakin baik kepercayaan dirinya. Murid saya ini, saya perkirakan membuat persiapan yang serius, dan punya tujuan jelas, untuk memenuhi amanah yang saya berikan. Well done, kid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun