Mohon tunggu...
Hendrie Santio
Hendrie Santio Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Serabutan

Seorang Serabutan yang mencoba memaknai hidup

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Apakah Esports akan Menjadi Ancaman bagi Olahraga Tradisional?

20 Maret 2020   18:54 Diperbarui: 17 Mei 2020   01:36 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdana Menteri Denmark berkunjung ke markas tim esports Astralis, source : Win.gg

Ditengah-tengah wabah Covid 19 yang mengakibatkan penundaan besar-besaran beberapa even olahraga populer seperti Sepakbola, Basket, hingga ajang balap otomotif terkemuka seperti F1 dan Moto GP, beberapa perhelatan esports tetap berjalan seperti biasa meskipun ada agenda yang dihadiri penonton tetap terkena pembatalan. 

Meskipun kejadian wabah ini tidak serta merta menurunkan popularitas dari olahraga-olahraga fisik tersebut, semakin banyak orang yang mengadopsi gaya hidup digital membuat esports berpotensi menjadi pemimpin industri sportainment di masa mendatang.

Sebagai salah satu liga olahraga dengan perputaran uang terbesar di dunia, Premier League tidak mau ketinggalan untuk menumpang trends esports yang sedang dalam masa pertumbuhan ekspansif.

Pada awal musim 2019/2020 silam, secara resmi asosiasi mengumumkan peluncuran e-Premier League atau kompetisi liga yang diikuti oleh para pemain video gim sepakbola FIFA. 

Kompetisi E-Premier League sendiri didesain layaknya liga utama yang menampung 20 tim terbaik di Britania Raya. Para pemain yang berkompetisi pun diwajibkan menggunakan jersey klub yang mereka wakili. 

Menurut Direktur Utama Premier League kala itu, Richard Scudamore, peluncuran ePremier League diarahkan untuk membawa para penikmat esports ini untuk mengenal Premier League yang tidak lagi menjadi konten terpopuler di kalangan generasi Z Kerajaan Inggris. 

Richard pun menyelipkan kekhawatirannya bahwa video gim macam Fortnite dan media sosial akan menjadi hobi arus utama di kalangan remaja, menggantikan tayangan sepakbola yang hingga hari ini menjadi kebanggaan tanah Britania. 

Bersaing dengan Olahraga Populer di Amerika

Dikenal sebagai negara tempat bersemainya perusahaan-perusahaan pengembang video gim kompetitif macam League of legends, Dota 2, maupun Counter Strike, tidak menjadi hal aneh ketika Esports menjadi sangat berkembang di daratan Amerika. 

Menurut laporan dari The Entertaintemnt Software Association, tercatat pada tahun 2013 saja ada 58 persen orang Amerika yang bermain video gim setidaknya satu kali dalam kurun seminggu. 

Ditelaah lebih jauh, 43 persen dari kelompok ini meyakini uang yang mereka keluarkan untuk video gim lebih bermanfaat ketimbang bentuk hiburan lain.

Data yang lebih konkret dikeluarkan oleh Institut Riset Goldman Sachs bekerja sama dengan Superdata yang membandingkan secara langsung tingkat audiensi dari kompetisi-kompetisi olahraga terbesar di Amerika dan kompetisi esports terbesar yang dikenal di negara itu yaitu League of Legends Worlds Final. 

Data mengungkapkan bahwa kompetisi kejuaraan dunia League of Legends mampu meraup sekitar 58 juta penonton, hanya terpaut 70 juta penonton dari kompetisi NFL yang sudah berlangsung sejak satu abad silam. Data ini divalidasi dengan asumsi bahwa kompetisi NFL tidak begitu mendapat banyak penonton di luar Amerika Serikat. 

Angka ini menjadi pertanda baik bagi masa depan Esports di Amerika mengingat 61% dari jumlah penontonnya merupakan kelompok umur milenial akhir. Gambaran proyeksi yang lumayan menjanjikan mendorong banyak brand mapan seperti Coca-cola hingga Mastercard untuk mensponsori pagelaran turnamen esports ini. 

Tidak hanya dalam segi komersialisasi, Esports di Amerika juga cukup berkembang pesat di kalangan akar rumput. Sebagai negara yang mempunyai kultur olahraga berjenjang, Esports menjadi salah satu cabang olahraga yang populer di kalangan Collegiate. 

Collegiate merupakan jenjang kompetisi olahraga yang dikhususkan untuk sekolah-sekolah menengah dan universitas di seantero Amerika Serikat yang nantinya berkesempatan untuk menjadi atlet profesional melalui mekanisme draft pick sesuai kebijakan masing-masing liga. 

Untuk menyambut gegap gempita esports di kalangan peserta didik, beberapa universitas di Amerika Serikat seperti UCLA sudah memberikan beasiswa khusus untuk atlet esports. 

Lazimnya di Amerika Serikat, pemberian beasiswa kepada peserta didik merangkap atlet kampus menunjukkan tingkat prestise dari cabang olahraga yang diwakili. 

Beasiswa untuk calon atlet esports masa depan tidak hanya berhenti dari kampus saja, sejak tahun 2018 beberapa stakeholder dari esports collegiate sepakat untuk mendirikan lembaga asosiasi pewadah kompetisi Esports nasional yang kemudian di beri nama NACE alias National Association of Collegiate Esports. 

Sejak awal tahun ini NACE sudah berkomitmen untuk memberikan beasiswa total sebesar 16 juta Dollar yang akan dibagikan di 200 kampus di seluruh wilayah Amerika Serikat.

Berdirinya Federasi Esports Eropa

Sementara Esports di Amerika mengakar subur di akar rumput, di Eropa beberapa stakeholder dan figur-figur esports terkemuka berupaya membawa kepentingan pemasyarakatan esports yang diwacanakan dapat sampai kepada meja-meja perundingan politik di gedung parlemen.

Berawal dari pertemuan di Lausannne, Perancis dan Berlin, 12 perwakilan dari pemangku kepentingan federasi esports negara-negara Eropa sepakat untuk mendirikan lembaga nirlaba yang diberi nama European Esports Federation (EEF). 

Dalam beberapa poin kesepakatan, memang masih ada poin normatif seperti "mengatur regulasi kompetisi esports yang melibatkan negara-negara anggotanya", dimana untuk mempermudah pembahasan mengenai hal ini, EEF secara khusus juga mengajak beberapa Tournament organizer terkemuka seperti ESL dan freaks 4u gaming. 

Seperti yang d sudah disebutkan di atas, EEF memang berniat untuk menjadi perwakilan tunggal yang membawa agenda pemasyarakatan esports dan gerakan kultur. 

Terkhusus untuk pengenalan gerakan kultur esports, inisiasi ini didorong oleh fakta bahwa esports di Eropa telah berintegrasi dengan cukup baik dengan budaya populer yang digugu oleh mayoritas generasi mudanya.

Misalnya, bagaimana klub sepakbola terkemuka Paris Saint Germain yang gencar melakukan co-branding dengan beberapa organisasi esports di seluruh dunia tanpa membatasi genre yang diambil. 

Sebagai informasi. Paris Saint Germain pernah melakukan kerjasama dengan salah satu organisasi esports asal Indonesia yaitu Rex Regum Qeon untuk titel Mobile Legends pada 2019 silam.

Salah satu tugas besar yang akan diemban oleh EEF di masa mendatang adalah menjadi ujung tombak lobi untuk menghadirkan esports sebagai cabor medali di olimpiade 2024 yang akan diselenggarakan di Paris nanti.

Apakah Esports akan Menggeser Olahraga tradisional?

Beberapa cabang olahraga seperti sepakbola dan bola basket merupakan contoh sukses dari transformasi dari sebuah produk budaya unik menjadi komoditas yang menghasilkan perputaran uang luar biasa. Keberhasilan dua cabang olahraga ini tidak lepas dari keberhasilan mengonversi parra penikmat biasa menjadi fan setia dan memonetisasinya. 

Namun perkembangan teknologi dan pergeseran budaya populer membuat esports memiliki peluang untuk menggeser olahraga tradisional di masa mendatang. 

Perlu diketahui bahwa esports tidak hanya memberikan hiburan bagi para penikmatnya, esports juga mampu mendorong fantasi. 

Esports mungkin juga lebih mudah diakses oleh para anak generasi muda yang mencoba meniti karir sebagai atlet profesional dibandingkan dengan olahraga tradisional. Kyle "Bugha" Giersdorf sukses merengkuh mimpinya menjadi juara dunia di gim yang ditekuninya, Fortnite "hanya "dengan menghabiskan waktunya berlatih dari balik bilik pintu kamar tidurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun