Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tahun Ajaran Baru 2020 dan Tatanan Baru

23 Juli 2020   00:22 Diperbarui: 23 Juli 2020   00:18 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari Kompas.com

Sejak ditetapkan awal tahun ajaran baru dimulai pada tanggal 13 Juli 2020, kegiatan belajar di rumah memang mulai aktif. Sekali putri saya sempat mengikuti pelajaran melalui zoom, beberapa kali melalui tayangan TVRI. 

Namun, hingga hari ini pelajaran dan tugas lebih banyak disampaikan melalui grup whatsapp. Saya memang belum pernah memeriksa langsung obrolan di grup, tetapi dari perilaku putri saya, sepertinya hanya mengerjakan tugas dari link yang diberikan oleh guru. 

Beberapa kesulitan memang ada dan langsung ditanyakan oleh putri saya. Kami pun sempat berdiskusi untuk menjawab soal yang mungkin sulit baginya. Ada kebaikan di sini, orang tua dan siswa belajar bersama dan saling membantu menyelesaikan tugas sekolah. 

Tak jarang, pikiran-pikiran lain datang dan bertanya; bagaimana dengan orang tua yang bekerja, siapa yang mendampingi dan mengawasi anak? Jika tugas itu diberikan kepada siswa setingkat kelas 1 atau 2 SD, mungkinkah mereka bisa memahami? Bagaimana jika orang tua itu gaptek atau tidak punya HP? 

Kemarin pagi, saya mendengar pendapat bapak-bapak di salah satu radio swasta. Entah itu sebagai keluhan atau masukan, yang pasti dia memberi tanggapan susahnya mengatur strategi di saat pandemi yang berkaitan dengan jam belajar anak. 

Ketika dia dan si istri harus meninggalkan rumah untuk bekerja mencari nafkah, anak-anak yang awalnya sekolah di full day school, sekarang harus tinggal dan belajar di rumah. Sementara, di rumah hanya ada pembantu yang mungkin pendidikannya juga kurang memadai. 

Saat orang tua pulang dari kerja, konsentrasi anak sudah berkurang. Mungkin karena sudah lelah bermain seharian, sedangkan tugas sekolah belum dikerjakan. Orang tua bingung harus mengajari anak yang sudah tidak fokus belajar, ditambah lagi lelah setelah seharian bekerja. 

Yang ada hanya ramai pertengkaran antara anak dan orang tua, juga karena emosi dan saling menyalahkan antara suami dan istri. Suasana belajar jadi ramai dan anak semakin tidak fokus, hingga malam tugas belum selesai si anak sudah mulai ngantuk. Hal ini sering berulang, hampir tiap hari katanya. 

Anak pun jadi kehilangan kedisiplinan, yang biasanya bangun pagi langsung mandi, sarapan dan berangkat sekolah, kini bisa lebih santai. Mandi nanti siangan, sarapan nanti kalau sudah lapar, televisi dan gawai jadi utama. 

Rasanya seperti tidak ada target yang harus dikejar atau dipenuhi. Toh, tugas bisa dikerjakan sore atau malam. Waktu yang berlalu seolah hanya waktu tanpa tanggung jawab. Orang tua banyak mengeluh karena kebiasaan baru ini. 

Memang bisa dipahami, adanya situasi seperti ini masih belum memungkinkan untuk diadakannya pembelajaran dengan tatap muka. Namun, diakui atau tidak, pembelajaran langsung dengan pertemuan jauh lebih baik daripada pembelajaran jarak jauh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun