Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perilaku Cerdas di Tengah Ketidakpastian? Taqwa Pilihanku

17 Juni 2020   15:25 Diperbarui: 17 Juni 2020   15:31 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya faktor alam yang tidak bisa diprediksi dan itulah yang jadi kendala utama bagi kami. Serangan penyakit, pegawai tak jujur dan tangan-tangan yang tak bertanggungjawab ikut merusak rencana awal kami. 

Bisa, sih, diantisipasi sebelumnya, tetapi karena waktu itu kami tidak bisa tegas terhadap mitra maupun penyuplai, jadilah kami kecolongan.

Bisnis seharusnya memang dilakukan dengan etika bisnis yang tegas. Benar saja jika ada istilah "teman ya teman, bisnis ya bisnis" agar bisnis yang kita lakukan bisa berjalan sesuai relnya. 

Nyatanya, kami masih belum mampu menjalankan ini, jadilah bisnis yang kami lakukan penuh dengan sungkan dan ewuh pakewuh. Hitungan awal berbeda dengan saat pelaksanaan, sekali lagi karena faktor sungkan ikut bermain.

Memasuki tahun ke sepuluh, suami saya mendadak kena serangan jantung. Padahal itu merupakan tahun kritis, jika dilihat dari segi modal kami harus memberi banyak suntikan. 

Selain dari kenyamanan kandang untuk unggas agar bisa menghasilkan telur yang banyak, jumlah bebek yang harus diafkir untuk regenerasi juga tak sedikit. Namun, semua sudah digariskan oleh yang kuasa, itulah yang terbaik bagi kami, suami masuk rumah sakit dan kandang pun terbengkelai.

Dengan kondisi kesehatan suami yang masih lemah pasca serangan jantung, kami memutuskan menjual usaha tersebut dan memilih usaha telur asin sebagai penyangga ekonomi berikutnya. 

Memang belum bisa dibilang berhasil, tetapi setidaknya masih bisa diharapkan untuk sekadar menyalakan kompor di dapur tetap ngebul dan untuk biaya sekolah anak-anak..

Awal mula mempunyai ide membuat telur asin Taqwa, karena pelanggan yang biasa ambil telur di kandang tidak datang, telur hari itu belum laku dan kami mencoba membuatnya jadi telur asin. 

Tentunya tak banyak, sebagai percobaan kami mengambil beberapa saja, setelah berhasil dan rasanya enak jumlah kami tambah, begitu seterusnya hingga bisa membuat banyak dan laku di pasaran.

Sebagai langkah awal, waktu itu saya menitipkan penjualannya pada pedagang sayur yang biasa lewat depan rumah. 5 butir telur asin dikemas dalam satu plastic, bisa laku 6 pak dalam sehari, lumayan 'kan? Besoknya pada penjual sayur yang lain, ternyata lakunya juga banyak, alhamdulillah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun