Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sungkeman, Cara Kami Meminta Maaf kepada Orangtua

22 Mei 2020   06:55 Diperbarui: 22 Mei 2020   07:16 3025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ade Fitri Tambunan, Paragraf.com

Lebaran dua hari lagi, hari kemenangan setelah sebulan lamanya berpuasa dan menahan hawa nafsu. Hari di mana manusia seolah lahir kembali dan suci tanpa setitik dosa. Semua kesalahan seolah telah luruh bersama ibadah Ramadan yang telah dilakukan. 

Lebaran, juga merupakan hari penuh suka cita. Saat keluarga dan handai tolan saling mengunjungi, berjabat tangan dan bermaaf-maafan. Hilanglah semua kesalahan yang pernah ada baik disengaja ataupun tidak.

Sebagaimana lebaran tahun lalu dan sebelumnya, keluarga kami selalu berkumpul saat Idulfitri tiba. Sungkeman selalu menjadi tradisi untuk meminta maaf kepada orang tua atau yang dituakan. Diawali Ibu yang sungkem pada Bapak, lalu dilanjutkan dengan putra-putrinya saling bermaafan dengan saudara kandung yang lain.

Bincang syariah.com
Bincang syariah.com
Saat sungkeman dilaksanakan, tak jarang air mata selalu berderai mengingat segala khilaf dan salah yang pernah dilakukan. Antara suami dan istri, antara anak dan orang tua, serta antar saudara sekandung atau ipar. Bermaafan di hari yang fitri melebur semua salah dan khilaf.

Usai makan bersama, biasanya tetangga baru datang untuk berlebaran. Silih berganti berjabat tangan dan saling memaafkan. Tak jarang, mereka juga ikut makan di tempat kami, meskipun kadang bukan ketupat lebaran yang kami sajikan.

Klik Azzam.com
Klik Azzam.com
Jika sudah tak ada tamu lagi, kami ganti bersiap mengunjungi tetangga yang lebih tua. Setelah itu barulah ke rumah saudara Bapak dan Ibu yang lebih tua dan masih tinggal di dalam kota. Di sana pun sungkeman tetap kami lakukan, karena tradisi itulah yang mereka ajarkan hingga saat mereka berpulang.  

Namun, tiga tahun terakhir ini, sungkeman yang kami lakukan sudah tak seperti dulu. Kepergian Pakde dan Bude lalu di susul Bapak, membuat acara sungkeman hanya berlangsung di rumah dan untuk Ibu saja. Tak ada lagi saudara tua yang bisa dikunjungi lagi.

Jawa Pos.com
Jawa Pos.com
Di kota asal Bapak dan Ibu pun kami sudah tak punya kerabat lain yang dituakan. Hanya saudara sepupu yang masih tinggal. Mereka pun tengah merayakan lebaran dengan keluarga barunya.

Dengan adanya pandemi yang berkepanjangan seperti saat ini. Entah bagaimana nanti kami akan merayakan lebaran. Anjuran #dirumahaja dan #janganmudikdulu mungkin yang akan kami patuhi.

Berlebaran secara online mungkin akan menjadi pilihan utama. Video call akan menjadi cara efektif untuk berlebaran agar terhindar dari virus corona yang mematikan. Dan ini akan menjadi pengalaman baru berlebaran dan bermaafan di tengah pandemi.

Salam Idulfitri 1441H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun