Mohon tunggu...
Anung Anindita
Anung Anindita Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Semarang

twitter: @anunganinditaaal instagram: @anuuuung_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Berbibir Merah (Sebuah Dongeng Tidak Populer)

10 Oktober 2020   22:16 Diperbarui: 10 Oktober 2020   22:31 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: indulgy on pinterest.com

Dahulu dahulu kala, tangan Tuhan sengaja menciptakan seorang gadis kesakitan. Seorang gadis yang tidak bisa berada di dalam kesunyian. Apa pun dilakukan supaya tidak tercipta sunyi, misalnya berteriak keras, tertawa, menangis, dan menjerit. Meski semua orang menyebutnya "gila", tidak sekalipun ia menerima perlakuan tidak menyenangkan. Ia adalah gadis bunga, begitu memesona harum cantiknya. Begitulah orang-orang menempatkan paras di atas segalanya.

Jika ada sapi penduduk yang tiba-tiba mati, gadis itu hanya tersenyum sambal berkata lirih, "Aku tidak sengaja membiarkannya terpanggang, sungguh lezat." sambil menyodorkan piring besar berisi sapi panggang superlezat. Pemiliknya pun hanya bisa diam dan memakan daging ternak yang sudah dibesarkan sejak kecil.

Orang-orang menyebut gadis bunga begitu istimewa karena berbeda di antara yang lain. Beberapa di antara mereka bahkan percaya bahwa gadis bunga adalah kecintaan Tuhan. Gadis bunga selalu memberikan harum kebahagiaan melalui paras cantiknya. Melihatnya setiap pagi adalah obat atas perilaku-perilaku keji yang terkadang dilakukannya. Bibir tipisnya berkilau merah menyamarkan pucat wajah putihnya.

Tidak ada orang-orang yang bisa memerahkan bibir semerah gadis bunga meskipun sebenarnya mereka semua bisa. Merah bibirnya berasal dari darahnya sendiri. Jika lengan bajunya terangkat, terlihat banyak sayatan untuk mengeluarkan tetes-tetesan darah untuk riasan bibirnya. Cantik itu sakit berlaku di sini.

Karena perilaku gadis bunga yang lama kelamaan lebih menakutkan daripada seekor singa, orang-orang mulai mengandang sapi-sapi, ayam-ayam, kuda-kuda mereka dengan gembok kuat. Hal ini membuat gadis bunga bingung. Hari itu, dengan gaun putih sederhana serta riasan merah bibirnya, gadis bunga mencoba mencari tahu.

"Mengapa bulu-bulu itu dikandang dan tidak menikmati kebebasan?" tanya gadis bunga.

"Karena kita semua terlalu mencintai bulu-bulu itu, jadi kita menjaganya." ucap warga desa.

Gadis bunga pun mengangguk dan memikirkan lagi tentang cinta.

"Suatu saat nanti, kau akan merasakannya." ucap warga itu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun