Mohon tunggu...
Anung Anindita
Anung Anindita Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Semarang

twitter: @anunganinditaaal instagram: @anuuuung_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjebak PSK, antara Patriarki dan Kedok Agama

5 Februari 2020   22:27 Diperbarui: 5 Februari 2020   22:42 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wacana pemberitaan ihwal "prostitusi online" di Padang sedang hangat diperbincangkan saat ini. Pemberitaan ini bertambah viral ketika ada sosok "Andre Rosiade" selaku anggota DPR RI fraksi Gerindra Dapil Sumbar dan adanya strategi "penjebakan PSK". 

Wow, PSK saja dijebak ya, para koruptor bisa juga apa tidak, ya? 

Namun, di balik itu semua terdapat dua fakta yang wajib menjadi perhatian khalayak, yaitu (1) adanya praktik tindak patriarki dan (2) tameng agama sebagai pembenar atas segala salah. Maksud kedua hal tersebut adalah sebagai berikut.

1. Praktik Patriarki

Dalam KBBI, kata "patriarki" dapat bermakna mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan bahwa "perempuan" sering dimarginalisasi demi kepentingan dan tujuan tertentu. 

Mengapa demikian? Ya, hal itu terjadi karena kebiasaan mayoritas orang atau lingkungan masyarakat menempatkan "perempuan" sebagai objek. Jadi, hal apa pun tentang "perempuan" pasti menarik untuk diperbincangkan. 

Misalnya, jika ada kasus pelecehan seksual, yang disalahkan adalah "baju perempuan" dengan analogi "permen, bungkus, dan lalat". 

Hal lain misalnya, apabila seorang perempuan menegur atas pelecehan verbal terhadap dirinya, yang diterima justru label "perempuan galak/ sensitif". Disadari atau tidak, masih ada saja masyarakat yang belum bisa terlepas dari candu patriarki. 

Sama halnya dengan pemberitaan "penjebakan PSK di Padang", perhatikan setiap judul media massa yang memuat kasus tersebut. Kebanyakan media massa, baik cetak maupun daring, sering mengglorifikasi "perempuan". Dalam konteks ini adalah pekerja seks di Padang. 

Jika diperhatikan lebih, penulisan subjek pada klausa judul pemberitaan selalu diawali dengan PSK atau perempuan dan keterlibatan mucikari atau laki-laki jarang diekspos. Di berbagai media massa diterangkan bahwa PSK tersebut memiliki anak, telanjang saat digerebek, biaya yang dikeluarkan untuk PSK tersebut. Jelas sudah pemberitaan lebih condong menarasikan sisi PSK (perempuan) ketimbang mucikari (laki-laki). 

Adanya patriarki juga terlihat jelas saat video pengrebekan hotel. Di video tersebut terlihat seluruh anggota penggerebekan adalah laki-laki. Parahnya, ada anggota DPR ada di situ (laki-laki) dan tidak melarang tindakan apa pun demi menghargai hak perempuan, dalam hal ini adalah PSK yang digerebek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun