Mohon tunggu...
Prima Anugrahaningtyas
Prima Anugrahaningtyas Mohon Tunggu... Penulis - Hello readers :-)

Buku : SEMANGAT GARIS KERAS (Gerakan Wajib Belajar Selamanya) by Anugrah Prima Coming Soon... IG : @prima_everyday

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Babak Baru Sang Nahkoda Kemendikbud Dikti

23 Oktober 2019   23:30 Diperbarui: 25 Oktober 2019   14:33 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Para generasi muda patut berbangga atas kepercayaan Presiden dalam memberikan kesempatan kepada yang muda untuk turut mengambil peran dan berkontribusi langsung kepada negara, terlebih dalam urusan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia yang kita tahu bahwa itu bukan pekerjaan mudah dan pasti akan menemui lika-liku serta tantangan yang relatif berat ke depannya. Namun optimisme dan dukungan kiranya pantas dihaturkan kepada beliau dalam menjalankan tugas barunya. 

Gebrakan, terobosan, serta strategi mutakhir sangat ditunggu demi kelangsungan proses pendidikan di Indonesia yang jauh lebih mapan. Peningkatan sumber daya manusia memang diakui berawal dari pendidikan. Mengingat selama ini, sebagian besar dari model pendidikan hanyalah berupa sending message.

Sesuai dengan pidato perdana Presiden Joko Widodo ketika pelantikan, bahwa segala proses birokrasi dipastikan tidak hanya sending, melainkan making delivered. Hal ini tampaknya juga berlaku di dalam institusi pendidikan. 

Mas Nadiem harus kerja ekstra hebat dalam menata kembali pola pendidikan di Indonesia meski memang harus dimulai dari nol. Memilih yang muda dimungkinkan agar lebih cekatan, enerjik, responsif, inovatif dan terstruktur. Penggabungan ranah Dikti pada Kemendikbud juga diharapkan agar semua program pendidikan dapat  berjalan optimal dan terpadu.

Keberpihakan Mas Nadiem kepada pemenuhan kebutuhan anak dan generasi penerus bangsa khususnya di daerah, sangat diperlukan. Hal ini juga membutuhkan konsep "kerja bareng" dengan para pendidik serta semua pihak yang terlibat di lingkungan pendidikan. 

Pendidikan tidak hanya melulu tentang materi pelajaran yang wajib disampaikan kepada para peserta didik, melainkan bagaimana cara memberikan teladan, aktivasi pendidikan moral dan karakter, serta menjadi jembatan bagi generasi penerus bangsa untuk mampu menemukan jati dirinya, sehingga mereka akan paham akan kemampuan, kecenderungan bakat, serta tujuan masa depannya.

Pendidikan bukanlah jalan pemaksaan atau ruang tuntutan bagi orang tua atau pendidik kepada anak, karena anak juga memiliki impian serta cita-cita mulia tersendiri untuk membentuk masa depan dengan bahagia, sehingga kebahagiaan itu akan mereka teruskan untuk generasi berikutnya. Dengan begitu, mengenyam pendidikan bukanlah momok menyeramkan bagi anak dengan segala ujiannya, juga bukan rutinitas penuh kebosanan yang harus mereka lakukan dengan keterpaksaan sebagai bentuk bukti bakti kepada keinginan orang tua.

Pendidikan seharusnya menjadi aktifitas menyenangkan yang selalu mereka rindukan. Berbahagia dalam menekuni sesuatu, fokus terhadap hal yang mereka minati, berintelektual yang tak meninggalkan adab, dan bebas menentukan masa depan tanpa keraguan. 

Indonesia memimpikan dunia pendidikan yang tak sekedar dinilai baik dari potret kulitnya saja, melainkan makna pendidikan secara substansi. Kekuatan masing-masing pihak untuk berbenah serta kebijakan yang sarat akan inovasi menuju peningkatan mutu sangat diharapkan. Sinergi yang utuh, terukur, dan terpantau akan mampu menjadi investasi sumber daya manusia yang lebih dari cukup.

Perjalanan dalam mengawal generasi penerus melalui pendidikan membutuhkan bantuan banyak pihak yang tidak sekedar mumpuni tetapi yang mampu bekerja dengan hati. Fasilitator pendidikan tidak hanya bicara soal kesejahteraan, tetapi juga melaksanakan tugas negara dengan keikhlasan dan penuh kesadaran akan kebutuhan anak sebagai tugas utama dan tentu mulia.

Pendidikan yang juga menemukan ruang keadilan. Adil bagi para peserta didik dan adil bagi para pendidik. Apresiasi dari pemangku kebijakan atau nahkoda pendidikan Indonesia (red : Mas Nadiem) juga dirasa perlu diberikan kepada mereka para pendidik yang berdedikasi dengan nyata. Keadilan bukan tentang semua mendapat fasilitas sama, melainkan paham siapa yang pantas diberi lebih dan siapa yang tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun