Di Desa Mengori, Kepala Desa Ibu Uus menyampaikan kekhawatirannya terhadap lonjakan sampah di pintu masuk desa. "TPS kami berada tepat di gerbang desa. Warga terlalu bergantung pada petugas dan enggan memilah sampah. Padahal lalat dari sampah sering masuk rumah," ujarnya.
Sampah rumah tangga di Desa Mengori sendiri dikelola oleh Ibu Uswatun Khasanah, kader PPA yang aktif mengolah sampah menjadi produk ramah lingkungan seperti kompos, maggot, dan eco enzyme. Perannya menjadi inspirasi di tengah tantangan minimnya kesadaran masyarakat.
Kondisi di Bank Sampah Kelurahan Pelutan pun menjadi perhatian. Meskipun kegiatan sudah berjalan, saat ini pengumpulan sampah masih dilakukan di pinggir jalan karena keterbatasan tempat. Lahan untuk pembangunan bank sampah sudah tersedia, namun belum dibangun. Meski demikian, masyarakat Pelutan telah menunjukkan komitmen dengan mulai memilah sampah dari rumah masing-masing.
Kegiatan monev ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga tidak hanya tentang lingkungan, tetapi juga pintu masuk bagi pemberdayaan perempuan, kolaborasi lintas sektor, dan perubahan budaya masyarakat terhadap sampah.
Dinas Sosial KBPP Kabupaten Pemalang berharap kegiatan ini menjadi langkah awal yang kuat dalam membangun budaya baru pengelolaan sampah berbasis partisipasi masyarakat, terutama perempuan. "Harapan kami, ke depan bank sampah bisa mandiri dan berkembang dengan kolaborasi semua pihak. Pemberdayaan perempuan melalui bank sampah ini bukan hanya untuk lingkungan, tapi juga membuka jalan ke arah kemandirian ekonomi keluarga," pungkas Triyatno.
Â
Reporter: Anugrah Fitria Berliannanda
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI