Benar saja. Belum lama turun pancing, segera umpan pancing saya ditarik ikan Mayong. Saya strike pertama malam itu. Dan seterusnya ikan Mayong melulu yang tertarik dengan umpan saya. Weh, sedang asyik-asyiknya dengan Mayong, tiba-tiba goyangan perahu semakin tak karuan.
"Ini angin tenggara datang. Tenang saja, tidak lama, palingan sejam atau dua jam. Setelah ini ikan besar bakal banyak datang," kata Bang Bidin.
Setengah jam pertama masih oke. Lepas setengah jam berikutnya angin tenggara berpengaruh ke kepala. Nyut-nyutan, keliyengan alias pusing. Belum lagi angin semakin kencang yang sangat bisa bikin masuk angin. Bermaksud terhindar dari masuk angin, saya melahap 'sangu' yang kami bawa.
Apa hendak dikata, justru malah membuat perut perih tak karuan rasa. Pedasnya di luar kemampuan perut saya. Klop! Kepala pusing dan sakit perut. Benar-benar kombinasi yang mantab!
"Itu namanya mabok!" ujar Anggi sambil menyeringai.
Usai buang air besar saya berusaha memejamkan mata barang sejenak sekadar menghilangkan pusing tapi gagal hingga angin tenggara berlalu. Pancing saya turunkan lagi sembari berharap nyut-nyutan di kepala hanyut ikut arus. Eh, malah ikan Mayong kembali minta diselamatkan. Hingga kemudian saya tak sanggup lagi mengangkat kepala dan akhirnya tertidur entah berapa lama sebab saya terbangun sudah jam lima. Syukur kondisi badan kembali semula meski tak seratus persen. Pancing pun saya turunkan lagi.
Alhamdulillah kami malam itu berhasil menyelamatkan ikan tenggelam cukup lumayan. Cukup membuat saya penasaran dan berandai-andai. Seandainya tidak pusing barangkali saya akan lebih banyak lagi menyelamatkan ikan yang tenggelam. Sungguh rekreasi malam itu tak hanya membuat saya penasaran tapi juga ketagihan. Semakin membuat saya senang hidup di Indonesia. "Saya mabok, tapi tidak kapok," begitu pesan saya ke Bang Bidin. Berharap ia bersedia mengajak saya lagi.
Angin yang semakin kencang memburu dan langit yang menghitam membuat kami harus segera menyudahi rekreasi. Kami pulang menerjang ombak yang meninggi hingga tiba di penambatan perahu dengan selamat sentosa beserta masuk angin dan sakit perut yang masih tersisa. Karena sisa itulah, saya baru dapat mengisahkannya. Ekspedisi menjemput matahari jilid satu usai. Saya masih berharap akan ada ekspedisi kedua, ketiga dan seterusnya.
"Bang Bidin, saya tidak kapok!"
Pangkalpinang, 24 Okt 2017.