Mohon tunggu...
Saiful Anwar
Saiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar yang masih terus belajar. Tinggal di Pangkalpinang Bangka Belitung

Pengajar yang masih terus belajar. Tinggal di Pangkalpinang Bangka Belitung.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ekspedisi Menjemput Matahari di Laut Jebus

24 Oktober 2017   23:23 Diperbarui: 25 Oktober 2017   00:38 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Betul. Saya senang dan bangga sebagai warga negara Republik Indonesia. Negara maritim dengan pesona lautnya yang luar biasa. Tak hanya pemandangannya,tapi juga 'isi'nya.

Bersama sahabat saya, Anggi dan kakak iparnya, kami bertiga menjemput matahari alias rekreasi alias mancing di laut Jebus, malam minggu lalu (21/10). Bagi saya, sebenar-benarnya rekreasi itu ya, mancing dan tentu saja selain tidur.

Mancing, tidak sekadar bagaimana mendapat ikan. Ada begitu banyak pelajaran yang bisa ditarik dari mancing. Mulai dari tali temali pancing, hubungan umpan dan destinasi pancingan, melihat dan meramal cuaca, arah mata angin dalam kegelapan dan sebagainya. Ah, ingin sekali saya menulis panjang-panjang soal mancing ini.

Hanya sekira setengah jam naik perahu bertenaga 18PK kami berhenti di tujuan pertama. "Kita cari umpan dulu," kata Bang Bidin, kakak ipar Anggi. Nama lengkapnya 'mungkin' Zainal Abidin. Sebab ada yang memanggilnya Kak Zain ada pula yang Kak Bidin. Saya lebih suka yang kedua. Tapi dengan 'Bang.'

Umpan yang dimaksut adalah sotong atau cumi. Hingga lepas maghrib, apolo kami belum disentuh sotong. Bang Bidin lantas ngajak pindah. Kami berdua sih, oke-oke saja.

Ada beberapa cara untuk mengetahui gugusan karang di bawah laut. Para pemancing jaman now menggunakan teknologi sonar atau GPS. Para pemancing jaman old, biasanya mengandalkan ujung dayung.

Begini cara kerjanya. Ujung dayung dicelupkan dalam air lantas ujung lainnya ditempelkan ke telinga. Dengar suara arusnya yang merambat melalui dayung. Maka kemudian ia akan tahu apakah di bawah mereka karang atau bukan, apakah yang seliweran ikan besar atau kumpulan ikan kecil.

"Kok bisa ya?"

Jangan tanya saya. Saya tentu saja tidak paham soal itu. Menurut saya, itu ilmu tingkat dewa sebab tak semua pemancing memiliki ilmu seperti itu.

Hari semakin malam saat kami tiba di 'alamat' yang kami tuju.

"Turunlah pancingnya," begitu perintah Bang Bidin. "Ikan Mayong (ikan manyung) banyak di bawah sana," lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun