Dalam selang beberapa bulan terakhir, handphone saya dua kali mengalami kerusakan hardware. Padahal umur handphone ini baru 1 tahun beberapa bulan yang artinya untuk kondisi seharusnya masih cukup prima.Â
Handphone yang saya beli dengan harga 2 jutaan ini juga termasuk handphone yang mendapat review cukup baik dari para reviewer. Tapi ya namanya kerusakan hardware memang bisa terjadi terutama jika kita menggunakan handphone secara sembarangan.Â
Kerusakan pertama pada handphone saya terjadi ketika saya mencolokkan handphone ke komputer untuk di-charge.Â
Saat itu karena satu alasan saya tiba-tiba mencabut kabel colokan yang terhubung ke USB komputer dan saya pindahkan ke charger listrik. Nah, anehnya begitu kabel dipindah tidak ada arus listrik yang masuk. Curiga charger saya yang bermasalah, saya pun meminjam charger milik salah satu rekan di kantor. Setelah 2 charger dicoba ternyata memang tidak ada listrik yang masuk ke handphone saya.Â
Saya pun membawa handphone yang baterainya sudah sekarat tersebut ke salah satu tempat service langganan saya. Saat dicek, katanya colokan untuk charging yang rusak dan perlu diganti. Sayangnya saat itu barangnya tidak ada dan saya diminta datang malam hari atau handphone-nya ditinggal dulu untuk diperbaiki baru malamnya diambil lagi.
Saat itu saya diinformasikan kalau harga alat tersebut beserta biaya pasangnya adalah Rp 85.000,00. Karena saya masih memerlukan handphone tersebut, maka saya putuskan untuk pulang terlebih dahulu untuk berdiskusi dengan suami.Â
Keesokan harinya, saya membawa handphone ke service center resmi. Handphone saya lagi-lagi dicek dan kesimpulannya sama. Perangkat untuk charging handphone yang mengalami kerusakan dan harus diganti. Karena datang langsung ke service center, maka spare part yang dibutuhkan sudah tersedia.Â
Namun berbeda dengan saat saya datang ke tempat service luar, biaya pemasangan dan spare part di service center resmi ini adalah Rp 160.000,00. Dua kali lipat dari biaya pemasangan di service center tak resmi.Â
Beberapa bulan berselang kerusakan handphone saya yang pertama, saya lagi-lagi harus menerima kenyataan kalau handphone saya bermasalah.Â
Kali ini masalah terjadi pada sinyal dari handphone tersebut. Saat itu posisinya handphone sedang di-charge dan saya menggunakan handphone sebagai hotspot di laptop.Â
Saat sedang asyik berkelana di dunia maya, tiba-tiba sambungan internetnya terputus. Saya pun mengecek handphone tersebut dan ternyata pada simbol sinyal di layar handphone terdapat tanda silang yang artinya handphone saya kehilangan sinyal.
Saya mencoba me-restart handphone saya. Sayangnya setelah beberapa kali di-restart tetap tidak muncul sinyal di handphone saya baik itu untuk SIM 1 atau SIM 2.Â
Saya coba menggunakan pulsa untuk menelpon, malah diberi tahu kalau handphone sedang dalam mode pesawat.Â
Karena penasaran, saya coba pindahkan kartu SIM di handhone saya ke handphone adik dan ternyata tidak ada masalah dengan sinyalnya. Kata adik saya bagian hardware sinyal yang bermasalah jadi sebaiknya dibawa ke teknisi saja.
Untuk kali ke dua, saya mendatangi service center untuk mengetahui kerusakan pada handphone saya. Begitu saya menyerahkan handphone untuk diperiksa, teknisi yang bertugas mengatakan kalau bagian mesin handphone saya harus diganti karena hardware yang rusak menempel pada bagian mesin.Â
Sementara mereka tidak bisa memperbaiki mesin tersebut jadi pilihannya hanya ganti mesin. Yang membuat saya shock, biaya penggantian mesin ini mencapai angka 1,2 juta rupiah. Hampir separuh harga beli handphone saya tersebut.
Tak ingin menyerah, saya putuskan untuk mencoba ke service center tak resmi yang cukup banyak ditemukan di kota saya.Â
Satu per satu saya datangi tempat service tersebut dan kebanyakan dari mereka juga angkat tangan dengan kerusakan handphone saya ini. Sampai kemudian atas rekomendasi salah satu tempat service, saya menemukan teknisi yang katanya bisa memperbaiki masalah sinyal di handphone saya.
Tanpa perlu pikir panjang saya mendatangi tempat service tersebut. Selama beberapa waktu saya menunggu teknisi tersebut membongkar handphone saya dan memeriksa bagian mesinnya.Â
Katanya handphone saya bisa diperbaiki tapi sebaiknya ditinggal karena proses pemasangan hardware yang cukup rumit.Â
Saya pun setuju dengan sarannya tersebut dan menitipkan handphone saya untuk diperbaiki pada teknisi tersebut.
Selang 3 hari, akhirnya saya mendapat kabar kalau masalah sinyal di handphone saya sudah berhasil diatasi. Ini artinya teknisi tersebut sudah berhasil memasang perangkat sinyal di mesin pada handphone saya.Â
Terkait biayanya sendiri, alhamdulillah jauh lebih murah dibanding jika saya mengganti mesin handphone yakni Rp 250.000,00 saja. Akhirnya untuk sementara batal deh saya beli handphone baru. Hehehe.
Saat handphone rusak, bawa ke service center resmi atau tidak resmi?
Layaknya kendaraan, saat gadget kita mengalami kerusakan kita juga mungkin akan menghadapi dilema apakah harus memperbaiki ke tempat service resmi atau yang tidak resmi. Ada yang mungkin lebih suka datang ke pusat service resmi karena spare part yang disediakan asli dari brand yang digunakan dan bisa mengklaim garansi. Di lain pihak biasanya harga sparepart untuk service center resmi lebih malah ketimbang di luaran.
Sementara jika memilih service center yang tidak resmi, kita bisa lebih menghemat biaya karena biasanya harga sparepart lebih murah namun mungkin tidak terjamin keasliannya. Dan kadang-kadang karena sparepart yang digunakan ini mungkin bukan barang asli dari brand maka kinerjanya juga kurang maksimal.Â
Di lain pihak, kelebihan lain dari service center tidak resmi adalah kadang teknisinya lumayan nekat dalam hal memperbaiki gadget yang kita miliki.Â
Seperti dalam kasus yang saya hadapi saat harus mengganti sparepart yang menempel di mesin, maka pihak service center resmi akan memilih mengganti mesin sementara teknisi luaran bisa mengatasinya meski pengerjaannya cukup rumit.
Tentunya untuk memutuskan apakah datang ke service center resmi atau tidak resmi semuanya tergantung dari pemilik handphone tersebut.Â
Namun menurut saya jika handphone masih dalam masa garansi kita sebaiknya membawa ke service center resmi sementara jika masa garansinya sudah lewat dan usia handphone di atas 2 tahun kita bisa memilih service center tidak resmi.
Demikian sedikit cerita dari saya. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI