Mohon tunggu...
Anto Sugiharto
Anto Sugiharto Mohon Tunggu... Insinyur - Profesional Migas

..Just ordinary man, mantan ekspat, peminat sejarah migas, teknologi penerbangan dan dunia militer.. "Peristiwa tertulis lebih abadi dibanding yang terucap"

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Prabumulih, Kota Minyak Historis yang Terus Berkarya

26 Mei 2021   11:30 Diperbarui: 1 Agustus 2021   07:18 3776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung baru Kantor Pusat Pertamina EP Asset 2 (sumber: penulis)

Salah satu spot ‘landmark’ di kota Prabumulih yang bernilai historis adalah area pusat penampungan minyak (PPP) dan kantor pusat Pertamina Prabumulih  di Jalan Sudirman yang dulu sering disebut gedung Bengkok. 

Menurut cerita penduduk sekitar, di jaman Belanda gedung bengkok yang sekarang di depannya terdapat monumen jack pump (pompa angguk) itu dikenal sebagai tempat orang-orang ‘pintar’ bekerja –  mungkin saja karena di masa itu banyak ahli geologi perminyakan (terutama ahli paleontologi dan stratigrafi) yang pernah bekerja di Prabumulih dan Plaju, sebut saja nama Dr. H. Kupper, Dr. Van Thiel, Dr. O. Renjz, Dr. August Tobbler dan Dr. J.Verdam.

Dimasa lalu memang Prabumulih merupakan basis kegiatan operasi lapangan sekaligus menjadi tempat penampungan minyak sementara bagi perusahaan BPM sebelum dikirim ke Plaju untuk diolah, sehingga di Prabumulih berkumpul ahli-ahli perminyakan yang datang dari berbagai negara - mayoritas dari negeri Belanda sendiri. Sementara kantor induk administrasi sekaligus fasilitas pengolahan minyak dari ladang milik perusahaan berlokasi di kota Plaju. Di tempat yang berdekatan, fasilitas produksi Sungai Gerong yang dibangun tahun 1926 menjadi markas dan tempat pengolahan (kilang) minyak dari ladang-ladang milik perusahaan konsorsium NKPM.

Spot historis lainnya adalah eks kompleks perumahan pegawai BPM atau sekarang menjadi perumahan pegawai Pertamina EP yang lebih populer disebut KOMPERTA. Komplek ini memiliki ciri khas rumah-rumah model klasik berlanggam art deco yang sebagian besar dibangun di era keemasan perusahaan kolonial tersebut (1940-1950 an), namun ada juga klaster bangunan baru di beberapa bagian komplek ini.

Dari beberapa cerita pegawai Pertamina yang lama bekerja di Prabumulih, Komperta seluas 125 ha ini menjadi favorit turis-turis asing khususnya warga Belanda yang ingin bernostalgia mengenang saat mereka atau leluhurnya bekerja dan tinggal disini. Salah satu tempat kunjungan mereka adalah sebuah sekolah dasar dekat lapangan golf di bagian sayap barat komperta.

Stasiun kereta api Prabumulih menjadi spot menarik lainnya. Dibangun oleh perusahaan swasta Belanda “Zuid Sumatra Spoorwagen” tahun 1915, awalnya menjadi sarana pengangkutan hasil bumi dengan rute Kertapati-Prabumulih sepanjang 78 km dan rute Prabumulih-Muara Enim (73 km). Diantara jejak masa silam yang masih tersisa terdapat cerek dan tangki bundar pengisian air untuk loko uap yg dapat ditemui di sekitar lingkungan kantor stasiun. Kereta api penumpang rute Prabumulih – Kertapati menjadi opsi alternatif moda transportasi karyawan migas atau keluarganya untuk bepergian ke kota Palembang terutama saat libur akhir pekan.

Selain spot historis terdapat pula spot modern yaitu museum Migas bertema tiga-dimensi (3D) yang konon satu-satunya di Indonesia dan baru diresmikan tahun 2018 lalu. Di museum ini dipamerkan berbagai peralatan asli untuk kegiatan operasi pencarian migas yang dipadukan dengan lukisan realisme sehingga mengilustrasikan situasi aslinya.

Kota Prabumulih dan Pendopo di Sumatra Selatan masa kini mungkin dapat disandingkan dengan kota Cepu di Jawa Tengah; Sanga-sanga, Balikpapan dan Tarakan di Kalimantan Timur; Duri dan Lirik di Riau; Sorong di Papua Barat ataupun kota-kota rintisan minyak historis lain di nusantara yang masih aktif ‘berkarya’.

Saat ini Prabumulih merupakan salah satu lumbung migas nasional sebagai basis operasi dan andalan produksi (terutama gas) dari Pertamina EP Asset 2 (sekarang bernama PHR). Selain menjadi produsen migas untuk kepentingan komersial, Pertamina  turut berupaya memenuhi sendiri kebutuhan energi fosil bagi masyarakat terutama di sekitar lingkungan operasi perusahaan. Maka Prabumulih pun bersama kota-kota lain di Indonesia termasuk menjadi prioritas penggunaan Jargas (jaringan gas) yaitu gas pipa yang dialirkan dari produksi lapangan gas terdekat bagi sekitar 42.000 sambungan rumah tangga, menjadikan Prabumulih sebagai kota pengguna jargas terbesar Indonesia.

Semoga daerah Prabumulih dapat terus “berkarya” mengalirkan migasnya bagi ketahanan energi dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun