Mohon tunggu...
ANTON SISWO RAHARJO ANSORI
ANTON SISWO RAHARJO ANSORI Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Telkom University

Dosen Teknik Komputer | Fakultas Teknik Elektro | Universitas Telkom

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketahanan Pangan pada Lahan Sempit di Perkampungan Kota Bandung

12 Desember 2019   20:03 Diperbarui: 12 Desember 2019   20:17 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar penting dalam menciptakan negara yang berdaulat, adil dan makmur. Untuk menghasilkan ketahanan pangan, diperlukan kerjasama oleh berbagai pihak mulai dari tingkatan piramida teratas yang ditempati oleh penentu keputusan tertinggi sampai dengan pelaksana kebijakan yang ada di pemerintahan, swasta dan masyarakat. 

Untuk tingkatan terkecil yang dapat melaksanakan adalah keluarga dan masyarakat di sekitar keluarga tersebut berada. Pada kegiatan perdana ini, kami memperkenalkan tentang ketahanan pangan yang dapat dilakukan di lahan sempit perkampungan yang ada di kota dan kabupaten Bandung. Mitra kami adalah masyarakat di daerah Gang Desa, Terusan Bojongsoang, Kab. Bandung yang berlokasi sekitar 150-200 meter dari kampus Universitas Telkom berada. 

Masyarakat di daerah Kab. Bandung menurut PDRB BPS Jabar berada di antara Rp. 20.000.000 setahun. Data tersebut juga didukung dari data yang dimiliki BPS Kab. Bandung. BPS Kab. Bandung memiliki data tersendiri tentang Kecamatan Bojongsoang. 

Menurut Buku tersebut, Kecamatan Bojongsoang bukanlah kecamatan yang tidak diandalkan dalam pertanian, meskipun ada desa yang menjadi penghasil padi dan jagung, dengan hasil panen padi sebanyak 27.095 ton dan jagung sebanyak 2.521,00ton untuk tahun 2018 kemarin. Masih menurut buku tersebut, di Kecamatan Bojongsoang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 194 Masjid, 181Langgar dan Mushola. 

Tempat peribadat agama yang lainnya tidakada. Masjid, langgar, dan mushola selain sebagai tempat peribadatan umat Islam, juga memiliki lahan terbuka yang cukup luas bila dibandingkan dengan rumah-rumah masyarakat pada umumnya. Jika diurutkan berdasarkan luas lahan terbuka pada tempat ibadah tersebut, Masjid adalah pemenangnya yang kemudian disusul oleh Mushola dan Langgar, sehingga kesempatan untuk memanfaatkan ruang terbuka tersebut masih sangat besar dan dapat dimaksimalkan. Berdasarkan data tersebut, kami berinisiatif untuk membuat Gang Desa yang berada di Daerah Desa Lengkong, Kecamatan Bojongsoang, Terusan Buah Batu untuk menjadi proyek percontohan pertama dalam memulai ketahanan pangan di daerah tersebut.

Pada kegiatan perdana ini, kami bekerjasama dengan Pihak Pengelola Masjid untuk mengumpulkan ibu-ibu agar dapat bercocok tanam di lahan sempit yang ada di rumah masing-masing. 

Alasan dipilihnya Ibu-ibu dan bukan Bapak-bapak antara lain jumlah laki-laki dan perempuan cukup berimbang dengan populasi 12.490 laki-laki dan 12.034 perempuan. Dari 12.034 perempuan tersebut, sekitar 10.900 diantaranya berada pada rentang usia 5 tahun sampai dengan 65 tahun keatas. 

Selain itu, ibu-ibu relatif memiliki waktu luang lebih banyak daripada laki-laki karena rerata ibu-ibu tersebut tidak memiliki pekerjaan tetap sebagaimana pekerja profesional penuh waktu, juga bisa sekaligus untuk mendekatkan diri dan menanamkan pendidikan keluarga kepada anak-anaknya dan keluarga didalamnya. Sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui. 

Perubahan Rencana Utama Pengabdian Masyarakat

Bila sesuai dengan rencananya, kami akan mengadakan kegiatan tentang Pelatihan Hidroponik, namun rencana tersebut kami ubah setelah kami berdiskusi dengan mitra pengabdian masyarakat, yang diwakili saat itu oleh Ibu Hj. Nunung sebagai sesepuh di Gang Desa yang dihormati. Alasan kuat kami mengubah rencana adalah karena dua hal, yaitu:

  1. Masyarakat sekitar bukanlah masyarakat yang tergolong masyarakat menengah, namun berada pada golongan masyarakat menengah kebawah sampai dengan masyarakat fakir dan miskin. Akan sangat kesulitan untuk memberikan pelatihan yang berhubungan dengan teknologi dan membutuhkan konsumsi energi listrik secara tetap setiap bulan.
  2. Masjid tempat ibadah yang biasanya digunakan setiap hari, dalam keuangannya setiap minggu dan setiap bulan selalu mengalami kekurangan dana yang berada pada angka sekitar Rp. 300.000 tiap minggu. Kekurangan ini seringkali ditutup sendiri oleh Ibu Hj. Nunung dengan memotong dari uang pensiun sebagai guru sekolah pada masa-masa bekerja dahulu. Masjid ini juga membuka Donatur tetap, Donasi, Infaq, dan Shodaqoh untuk masjid ini yang dapat diberikan didalam kotak sedekah di masjid (red: kencleng masjid) atau dengan menghubungi Ibu Hj. Nunung di nomor +62 857-2163-0553.

Akibatnya, kami tidak bisa memaksakan untuk terus melaksanakan sesuai dengan rencana awal, sehingga kami mengubahnya menjadi mengajarkan menanam benih dan memindahkan kedalam polybag yang lebih besar sesuai dengan kebutuhannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun