Mohon tunggu...
anton
anton Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S2 Kajian Sejarah FISIP UNNES, Guru SMA

Suka diskusi dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Politik Sarung dan Peci: Dari Perlawanan Simbolik Menjadi Identitas Nasional

2 Mei 2024   07:04 Diperbarui: 27 Mei 2024   07:53 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Scene Film Sang Kyai (Arrisalahpers.com)

Saat Indonesia memperoleh kemerdekaan, penggunaan sarung dan peci justru menjadi ciri khas kaum santri. Bahkan elit-elit pesantren menyerukan bahwa resistensi terhadap kebudayaan Barat tidak relevan lagi. Mereka berpendapat bahwa tidak semua kebudayaan yang berasal dari Barat harus diharamkan. Beberapa pesantren membolehkan penggunaan celana panjang, dasi, dan sarung dalam kegiatan pondok. Hal ini menunjukan bahwa telah terjadi dinamika dalam menanggapi semangat zaman yang terus berubah. Meskipun demikian, sebagian kalangan masih ada yang memahaminya secara kaku sehingga terjebak pada kutub pemikiran yang ekstrem dogmatis tidak berdasarkan argumen historis. Kutub yang menolak perubahan ini kemudian membabi buta menolak segala unsur-unsur dari Barat sehingga terjebak pada keterbelakangan. Sarung dan peci adalah potret perjuangan simbolik masyarakat dalam melawan dominasi kolonial. Seyogyanya eksistensinya tetap dilestarikan sebagai bagian dari perjuangan bangsa. Sarung dan Peci adalah simbol perlawanan sekaligus pemersatu bangsa bukan alat pemecah bangsa.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun