Mohon tunggu...
Antoneta Manginsela
Antoneta Manginsela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

Mahasisiwa Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kembali Terpilih sebagai Dewan IMO, Menjadi Bukti Eksistensi Indonesia dalam Sektor Maritim Internasional

19 Januari 2022   00:59 Diperbarui: 19 Januari 2022   11:39 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia kembali terpilih menjadi anggota dewan International Maritime Organization (IMO) periode 2022-2023. Sidang pemilihan dilaksanakan pada 10 Desember 2021 lalu di London, Inggris yang menjadi pusat organisasi tersebut. Pemilihan yang berlangsung disela-sela IMO Assembly ke-32 menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari 20 negara yang terpilih menjadi anggota dewan IMO kategori C periode 2022-2023. Adapun negara lain yang menjadi pasangan Indonesia dalam kategori C terdiri dari Mesir, Kenya, Jamaica, dan negara ASEAN yang terdiri dari Thailand, Malaysia, dan Singapura. Keanggotaan IMO sendiri terdiri dari 175 negara dengan 40 anggota dewan yang terbagi menjadi tiga kategori (A, B, dan C), sisanya menjadi anggota biasa. Kategori A terdiri dari 10 negara perwakilan armada pelayaran terbesar yang berperan sebagai penyedia angkutan laut internasional, tiga diantaranya adalah negara Jepang, Amerika, dan Tiongkok. Kategori B terdiri dari 10 negara yang menjadi perwakilan dalam International Seaborne Trade. International Seaborne Trade secara sederhana adalah sebuah kegiatan perdagangan lintas laut antar negara di dunia yang prosesnya melibatkan pelabuhan, armada laut, dan tarif angkutan. Negara kategori B tiga diantaranya terdiri dari Swedia, Uni Emirat Arab, dan Kanada. Terlepas dari pencapaian Indonesia sebagai anggota dewan IMO dalam sektor maritim internasional, masih banyak masyarakat yang kurang mengetahui tentang organisasi tersebut.

Sekilas mengenai organisasi IMO, dilansir dalam situs berkas.dpr.go.id yang ditulis oleh (Hidriyah, 2019) menyebutkan bahwa International Maritime Organization (IMO) merupakan sebuah organisasi internasional khusus dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). IMO bertanggung jawab dalam bidang keselamatan, keamanan pelayaran, dan pecegahan polusi di laut. Organisasi yang secara global baru diakui pada tahun 1958 dengan nama Inter-Governmental Maritime Consultative Organization (IMCO) ini dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang sementara dijabat oleh Kitack Lim dari Korea Selatan. IMO memiliki segudang tugas yang bertujuan untuk untuk memajukan kerjasama antar pemerintah negara dan menjaga kestabilan dalam sektor maritim internasional. Adapun tugas yang dilakukan oleh IMO, seperti mengatur standarisasi penggunaan alat untuk keselamatan pelayaran, kegiatan operasional, ketenagakerjaan, dan mencegah pencemaran laut.  IMO juga bertugas untuk mengembangkan atau mengadopsi peraturan baru dari pertemuan ahli maritim antar anggota dan organisasi pemerintah maupun non-pemerintah lainnya.

Sejak tahun 1961, Indonesia telah aktif menjadi salah satu negara anggota yang terlibat dalam berbagai kegiatan IMO. Terpilihnya, Indonesia sebagai anggota dewan IMO kategori C merupakan bukti akan eksistensi Indonesia dalam sektor maritim. Mengapa demikian? Apabila melihat catatan sejarah, Indonesia pertama kali terpilih menjadi anggota dewan IMO pada periode tahun 1973-1975. Namun, untuk dua periode selanjutnya Indonesia gagal merebut kursi keanggotaan dewan. Sejak kegagalan tersebut, pada tahun 1983 Indonesia mencoba mencalonkan diri yang akhirnya terpilih kembali menjadi anggota dewan IMO dan selalu terpilih sampai periode saat ini. Hal ini tentu merupakan sebuah prestasi bagi bangsa Indonesia yang mampu mempertahankan posisinya dalam keanggotaan dewan IMO selama bertahun-tahun. Dalam mempertahankan posisinya selama puluhan tahun, Indonesia harus bersaing dengan puluhan negara lainnya. Pada periode ini, Indonesia harus bersaing dengan 27 negara lain yang mencalonkan diri dan menghadapi berbagai tantangan eksternal, seperti kondisi pandemi yang membatasi pergerakan Indonesia untuk menggalang dukungan. Tidak mudah bagi Indonesia untuk mendapatkan dukungan dari negara lain akibat persaingan yang kuat. Indonesia harus extra dalam menggalang suara, mulai dari membuat logo kampanye, membentuk website khusus untuk menggalang dukungan, melakukan pendekatan one on one kepada beberapa negara anggota IMO di London dan Jakarta, serta menggelar jamuan makan siang sebanyak dua kali dengan mengundang beberapa perwakilan negara sahabat di Jakarta. Sebelum itu, Indonesia juga menyusun Aide Memoire atau rancangan teks perjanjian (negosiasi) secara tak resmi di antara kalangan delegasi. Demi mengamankan posisinya, pemerintah Indonesia juga tidak segan untuk melaksanakan webinar. Webinar dilaksanakan sebanyak dua kali dengan mengundang negara-negara anggota, webinar pertama bertemakan Non-Convention Vessel Standard (NCVS) yang dihadiri 15 negara dan webinar kedua bertemakan Marine Enviroment Protection and Port Management melibatkan 18 negara. Usaha-usaha yang dilakukan Indonesia membuahkan hasil yang baik, dimana berhasil memperoleh sebanyak 127 suara yang diwakili langsung oleh Dr. Desra Percaya sebagai Duta Besar RI untuk Inggris dan Lollan Panjaitan sebagai Atase Perhubungan RI di London.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan poros maritim dunia, maka menjadi anggota dewan IMO memberi berbagai keuntungan bagi Indonesia. Selain mendapat pengakuan dunia dan memberi citra positif dalam sektor kemaritiman, Indonesia berkesempatan untuk berpartisipasi langsung dalam menentukan kebijakan-kebijakan IMO yang sangat berpengaruh dalam dunia maritim, baik internasional maupun domestik. Hal tersebut dilakukan Indonesia dalam kapasitasnya sebagai anggota dewan IMO kategori C yang menjadi perwakilan dari negara-negara yang mempunyai kepentingan khusus dalam transportasi laut, navigasi maritim, dan mewakili semua wilayah geografis utama dunia. Keuntungan lainnya, Indonesia dapat dengan mudah memperoleh informasi-informasi penting terkait bidang kemaritiman yang dapat digunakan untuk memajukan sektor maritim. Posisi keanggotaan dewan juga memberi kesempatan bagi Indonesia untuk menyuarakan kepentingannya dalam pelayaran internasional. Tidak hanya masa sekarang, pada masa mendatang Indonesia juga membuka peluang bagi generasi muda untuk bekerja sebagai volunteer dalam organisasi ini.
Keuntungan yang diperoleh Indonesia tentu harus sebanding dengan kinerja yang diberikan pemerintah dalam organisasi ini. Puluhan tahun menjadi anggota dewan IMO, Indonesia telah memberikan segundang kontribusi. Indonesia dengan aktif mendukung program-program jangka panjang yang dibuat oleh IMO, salah satunya Marine Enviroment Protection of the South East Asian Seas (MEPSEAS). Berdasarkan penuturan Menteri Perhubungan RI saat ini, Indonesia secara berkesinambungan bekerjasama dengan negara pantai dan negara pengguna Selat Malaka, Selat Singapura dalam menjaga lalu lintas kedua selat tersebut agar berjalan lancar (Antara, 2021). Melalui penuturannya, Indonesia juga berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan keselamatan navigasi pelayaran di Selat Sunda dan Selat Lombok. Hal ini menjadi pencapaian besar Indonesia, dimana berhasil menjadi negara kepulauan pertama yang memiliki bagan pemisahan alur laut atau Traffic Separation Scheme (TSS). Pencapaian tersebut menunjukkan peran aktif Indonesia dalam bidang keselamatan dan keamanan pelayaran internasional yang sejalan dengan visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Fakta lain peran Indonesia adalah terpilihnya BPK RI sebagai auditor eksternal IMO periode 2020-2023. Hal tersebut menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan pemeriksaan keuangan dan kinerja IMO. Melalui posisinya sebagai anggota dewan, Indonesia gencar menyuarakan peran dan keterlibatan perempuan dalam aktivitas sektor maritim. Indonesia bertujuan untuk memberi kesempatan bagi perempuan agar dapat bekerja di sektor maritim, baik nasional maupun internasional. Lingkungan hidup tentang plastik dan kualitas SDM Indonesia dalam sektor maritim juga menjadi fokus pembahasan utama Indonesia dalam organisasi ini.

Partisipasi Indonesia dalam IMO dengan terus menjadi anggota dewan IMO kategori C menjadi wadah bagi Indonesia untuk menunjukkan jati dirinya sebagai negara maritim. Keberhasilan Indonesia dalam mempertahankan posisinya tidak luput dari upaya-upaya diplomasi yang dilakukan pemerintah dalam menggalang suara dari negara-negara lain. Keberhasilan tersebut menjadi bagian dari upaya penguatan kebijakan politik luar negeri Indonesia.

Keberhasilan Indonesia dalam pemilihan anggotan dewan IMO bak pisau bermata dua. Selain membawa berbagai keuntungan bagi negara, tetapi dilain sisi memberi tantangan bagi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya dalam organisasi ini. Indonesia harus terus menjamin keamanan dan keselamatan yang menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan pelayaran. Indonesia juga harus terus meningkatkan perlindungan dalam menjaga lingkungan laut agar terhindar dari pencemaran.

DAFTAR PUSTAKA
Hidriyah, S. (2019, Desember). PERAN INDONESIA DALAM KEANGGOTAAN INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO). Retrieved from https://berkas.dpr.go.id: https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XI-24-II-P3DI-Desember-2019-229.pdf
Antara. (2021, Desemer 8). Sidang Majelis IMO, Menhub Beberkan Kontribusi RI di Dunia Maritim. Retrieved from https://economy.okezone.com: https://economy.okezone.com/read/2021/12/08/320/2513781/sidang-majelis-imo-menhub-beberkan-kontribusi-ri-di-dunia-maritim?page=2

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun