Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Lahir tgl 18 April 1947 di Lakmaras, Belu, Timor, NTT, Indonesia. Tinggal di Kupang. Doktor Studi Pembangunan dari Universitas Kristen Satyawacana Salatiga (2011). Dosen tamu di Fakultas Pascasarjana Interdisipliner, Universitas Kristen Satyawacana Salatiga.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tanam Tanpa Siram

22 Januari 2020   16:31 Diperbarui: 22 Januari 2020   16:25 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Provinsi Nusa Tenggara Timur, NTT, sedang mengalami musim hujan. Penduduknya yang berjumlah 5,4 juta orang, mayoritas hidup dari bertani dan beternak. Nelayan cuma sedikit. Pertanian dan peternakan membutuhkan air. Tradisi tanam-menanam sudah berurat-akar di NTT.  Musim hujan mendorong setiap petani di NTT rajin menanam. Sayangnya, hujan hanya tiga bulan, Desember-Januari-Februari. Sembilan bulan yang lain, musim kemarau. Ketersediaan  air menjadi masalah utama. Manusia, tanaman dan hewan butuh air. Kebiasaan tanam tidak diikuti dengan kebiasaan siram. Tanaman kalau sudah ditanam bibit atau anakannya, dibiarkan saja tumbuh selama musim hujan dan waktu musim kemarau, hampir sembilan puluh persen mati. Sepuluh persen yang hidup disyukuri sebagai suatu kebiasaan yang dianggap hal biasa.

Air sebenarnya cukup di NTT, hanya kurang dikelola penyimpanan dan penyalurannya. Air hujan dapat ditahan dengan berbagai cara, buat embung-embung, waduk dan bak-bak penampung. Tapi usaha ini tidak ditangani dengan serius. Air hujan yang berlimpah tercurah selama tiga bulan dibiarkan saja mengalir ke laut. Upaya menahan air hujan ini sangat sedikit. Sudah tanam tapi tidak siram. Air tidak ada. Sementara itu manusia sulit mendapat air minum, ternak menjadi kurus selama musim kemarau, tanaman mengering dan mati. Kegiatan siram tidak terjadi karena air tidak ada.

Solusinya ialah petani dan peternak harus disadarkan untuk sama-sama tampung air hujan entah secara pribadi atau kelompok. Tiap keluarga diharuskan menampung air hujan dengan sistim pengadaan bak penampungan atau menggali sumur resapan di mana-mana, di pekarangan atau di lahan milik pribadi. Tanah-tanah ulayat dipenuhi dengan kolam-kolam penampung air hujan. Lembaga pemerintahan, lembaga keagamaan, lembaga adat menggalakkan upaya menampung air hujan. Dengan cara menampung air hujan secara serentak ini NTT akan kelimpahan air untuk siram tanaman. Kalau tanaman tumbuh dengan subur, maka NTT yang gersang di musim kemarau akan menjadi hijau dengan tanaman pangan dan tanaman pakan ternak. Hutan pun akan rimbun sehingga sumber-sumber mata air akan dengan sendirinya muncul di mana-mana. NTT pasti akan hijau.

Propinsi miskin akan menjadi propinsi makmur. Kaum muda yang gemar bermigrasi ke luar NTT akan berkurang.

Tanam dan siram. Jangan lagi tanam tanpa siram. Usahakan air tersedia secukupnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun