Mohon tunggu...
Anton Sujarwo
Anton Sujarwo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku, Freelancer, Content Writer, Pengajar Kelas Literasi

Saya suka mendaki gunung disamping menulis. Saya juga mengajar untuk Kelas Menulis Online dan menjadi teman belajar bagi siswa-siswa di sebuah Madrasah Aliyah. Tulisan saya tentang dunia penulisan dapat dilihat di: www.penulisgunung.id

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Inikah Penyebab Kematian Pendaki Gunung Top Itu yang Sesungguhnya?

28 April 2021   09:19 Diperbarui: 28 April 2021   11:10 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.akasakaoutdoor.co.id

Dari pengamatan sementaranya, Vinayak menawarkan tiga penjelasan mengapa Ueli Steck bisa terjatuh;

Yang pertama adalah; ia dihantam oleh batuan rontok. Asumsi ini diperkuat dengan penemuan Vinayak akan adanya sebuah batu seukuran bola sepak yang berlumuran darah tak jauh dari mayat Steck. Yang kedua; Ueli Steck mungkin saja terpeleset dan jatuh, ini didasarkan pada hilangnya crampon pada salah satu tapak sepatu yang dikenakan Ueli. Dan yang ketiga adalah; Ueli Steck tak memiliki alat pelindung saat terjatuh, ini diperkuat dengan penemuan Vinayak pada tubuh Ueli yang tidak mengenakan harness.

www.nationalpost.com
www.nationalpost.com
Para pendaki solo biasanya selalu menggunakan harness di medan yang curam dan berbahaya. Harness ini mereka gunakan untuk menambat diri mereka pada tebing untuk beristirahat ketika mereka lelah, minum, atau pun sekedar untuk bersandar. Baik rockfall (ditimpa batuan rontok), crampon yang hilang dan menyebabkan terpeleset, juga kelelahan, dalam kesimpulan awal Vinayak, semua bisa saja menjadi penyebab jatuhnya seorang Ueli Steck.

Sejauh ini tidak ada hal-hal yang mencurigakan atau pun aneh. Hanya ada rentetan fakta dan penemuan yang membantu menjelaskan sebuah cerita yang baru saja terjadi. Akan tetapi ketika Vinayak Jaya Malla membantu mengumpulkan dan menginventarisir (mencatat) barang-barang milik Ueli Steck, baik di tempat ia mendarat, mau pun di dalam tendanya di Camp 2, maka disinilah kemudian sebuah misteri dan berbagai pertanyaan bermunculan.

Vinayak kemudian mengatakan bahwa di tempat mendaratnya, Ueli Steck masih mengenakan sepatu mountaineering boots untuk ketinggian 6.000 meter, crampons, jaket, celana gunung yang bagus, dan sebuah tas kecil yang berisi air minum, sedikit coklat, GPS dan juga kamera.

Benda-benda ini tidak cukup bagi seorang Vinayak yang nampaknya memiliki jiwa detektif dalam dirinya. Ia kemudian mencatat pula apa-apa yang tidak dimiliki  oleh Ueli di tempat ia mendarat. Benda-benda yang dimasukkan ke dalam list itu kemudian misalnya adalah; helm, sarung tangan, harness, kapak es dan juga trekking poles. 

Vinayak berpikir lagi, benda-benda yang tidak ada itu bisa saja hilang saat Ueli Steck terjatuh. Jadi ia membutuhkan data yang lebih akurat untuk dapat mencari jawaban, maka kemudian Vinayak menginventarisir pula perlengkapan dan barang-barang milik Steck dalam tendanya. Di tenda, Vinayak dan beberapa sherpa lain yang membereskan barang-barang Steck mememukan sleeping bag (kantong tidur), makanan,  satu pasang sepatu mountaineering boots lain, satu pasang crampon, tali sepanjang 50 meter yang berukuran 5mm, dan yang terakhir; sepasang kapak es.

Vinayak terkejut dengan kenyataan bahwa Ueli Steck tidak membawa tali dalam pendakiannya. Namun Vinayak lebih terkejut lagi ketika memikirkan bahwa kemungkinan besar Ueli Steck juga tidak membawa kapak es dalam pendakiannya saat itu.

Sebuah kesimpulan menarik berkembang kemudian bahwa Ueli Steck nampaknya memang (didukung oleh bukti-bukti yang ditemukan dan dikemukakan Vinayak Jaya Malla) mendaki tebing Nuptse tanpa pengaman sama sekali. Ia tidak memakai harness, tidak ada tali, dan juga tidak ada kapak es.

Ueli Steck memang terkenal dengan skill mendakinya yang sangat luar biasa. Sudah menjadi sesuatu yang lumrah bagi seorang Ueli Steck menyelesaikan rute-rute yang sulit hanya dengan sepasang trekking poles. Bahkan dalam satu artikel yang dibuatnya, Dr. Leo Montejo, memajang foto Ueli Steck sedang berdiri di puncak Island Peak hanya dengan sepasang trekking poles, sama sekali tanpa kapak. Ini adalah sesuatu yang menarik, mengingat hampir semua pendaki kebanyakan membutuhkan kapak es mereka untuk mencapai puncak Island Peak.

Dari pendalaman dan analisa, Vinayak menjadi yakin bahwa Ueli telah melakukan pendakian dengan gaya yang sama (tanpa kapak es, hanya dengan sepasang trekking poles) di Nuptse saat itu, karena itu memang telah menjadi bagian dari gaya mendaki Ueli. Uraian Vinayak ini memang masuk akal, meskipun trekking polesnya sendiri tidak ditemukan, yang kemungkinan besar hilang saat Steck terjatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun