Mohon tunggu...
Anto Wijaya
Anto Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan - IPB University

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Stres dan Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Sandwich

29 April 2024   00:02 Diperbarui: 29 April 2024   00:05 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Generasi sandwich adalah individu di antara dua generasi, terjepit antara orang tua yang menua dan anak-anak yang masih memerlukan bantuan. Generasi sandwich terbagi menjadi dua kategori yaitu "club sandwich" dan "open faced sandwich", dengan rentang usia yang beragam. Di Indonesia, banyak penduduk lanjut usia yang tinggal bersama anak dan bergantung pada mereka. Survei menunjukkan 48% masyarakat Indonesia adalah generasi sandwich. Generasi sandwich menanggung beban ekonomi dan pengasuhan orang tua dan anak. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik, seperti stres, depresi, dan kelelahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis generasi sandwich termasuk latar belakang budaya, kondisi ekonomi, pendidikan, pekerjaan, pernikahan, kesehatan fisik, kepercayaan, dan emosi. Permasalahan psikologis dapat mengganggu kesehatan fisik dan berpotensi melahirkan generasi sandwich baru. Penting untuk memotivasi dan mengubah mindset generasi sandwich agar mereka dapat mengatasi permasalahan ini dengan lebih baik dan solutif.

Sebuah penelitian berjudul "Dinamika Psikologis Perempuan Dewasa Belum Menikah dalam Keluarga Sandwich Generations" menunjukkan bahwa perempuan dewasa yang belum menikah yang menjadi sandwich generations mengalami peran kompleks dan seringkali mempengaruhi berbagai aspek kehidupannya. Hal ini bisa memunculkan konflik internal dalam diri, karena harus mencari keseimbangan yang sulit antara memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi serta kewajiban terhadap keluarga.

Pendidikan mencakup tiga dimensi, individu, komunitas nasional, dan realitas material serta spiritual yang mempengaruhi pembentukan karakter dan masyarakat. Dalam keluarga, pendidikan berperan penting dalam mengasuh dan membentuk anak-anak. Di lingkungan keluarga, anak-anak belajar tidak hanya akademik, tetapi juga nilai-nilai, moralitas, dan tradisi yang menjadi dasar identitas mereka. Orang tua berperan sebagai contoh perilaku, mengajarkan komunikasi efektif, dan membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial. Keluarga juga menjadi sumber dukungan emosional, mengajarkan tanggung jawab, dan membantu anak-anak mengelola konflik serta membuat keputusan. Pendidikan keluarga bukan hanya persiapan akademis, tetapi juga pembentukan dasar perkembangan pribadi dan kesuksesan anak. Proses pendidikan keluarga terjadi melalui interaksi sehari-hari, kegiatan bersama, dan perayaan. Orang tua menanamkan nilai-nilai dan moralitas melalui komunikasi dan tindakan langsung. Pendidikan keluarga juga mencakup nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan, mempersiapkan anak untuk kehidupan di luar rumah. Dampaknya pada keluarga termasuk peluang kerja yang lebih baik, peningkatan kesadaran akan kesehatan, dan keterampilan pengasuhan yang lebih kuat. Pengaruh pendidikan dapat berbeda-beda, tergantung pada budaya dan nilai-nilai keluarga.

Selain itu, etika adalah studi tentang moral yang mengarahkan perilaku manusia dalam konteks sosial. Ini mencakup pemikiran tentang apa yang dianggap benar atau salah, serta standar moral yang mengarahkan tindakan dan keputusan individu dalam masyarakat. Etika melibatkan refleksi tentang tanggung jawab, kewajiban, dan keadilan untuk memastikan perilaku sesuai norma yang diterima. Praktik etika membuat keputusan moral, menyadari dampak tindakan terhadap orang lain, dan menjalani hidup sesuai prinsip-prinsip moral. Keluarga, sebagai unit sosial terkecil, memainkan peran penting dalam membentuk etika individu. Etika keluarga mencakup prinsip-prinsip seperti saling menghormati, keterbukaan, dan tanggung jawab yang menjadi dasar hubungan yang sehat. Orang tua dan figur otoritatif menjadi model perilaku etis, sementara kejujuran membangun kepercayaan. Kemampuan mengelola konflik secara bermartabat dan bekerja sama untuk solusi menjadi kunci harmoni dalam keluarga beretika. Komunikasi terbuka, perawatan penuh kasih terhadap anak-anak, dan komitmen jangka panjang terhadap hubungan keluarga adalah bagian dari etika keluarga yang positif. Praktik etika ini membantu membentuk dasar yang kuat untuk kehidupan keluarga yang harmonis dan memuaskan.

Manajemen keluarga yang baik adalah upaya bersama untuk mencapai keseimbangan dan harmoni di antara anggota keluarga. Ini didasarkan pada komunikasi yang efektif, dengan keterbukaan dan kejujuran sebagai fondasi pemahaman bersama. Pembagian tugas yang adil merupakan prinsip penting dalam manajemen keluarga, mendorong rasa tanggung jawab. Keuangan keluarga dikelola dengan bijak melalui anggaran dan perencanaan tabungan untuk mencapai tujuan finansial. Manajemen waktu yang efektif memastikan adanya waktu berkualitas untuk keluarga di tengah kesibukan sehari-hari. Manajemen keluarga yang baik berdampak positif pada lingkungan keluarga dan masyarakat. Keluarga dengan manajemen yang baik cenderung memiliki komunikasi yang terbuka, mendukung kesejahteraan emosional, dan terlibat aktif dalam komunitas. Etika yang kuat dalam hubungan dengan tetangga dan lingkungan sekitar menciptakan budaya saling menghargai dan bertanggung jawab. Manajemen keluarga yang baik bagi "sandwich generation" membutuhkan keseimbangan antara perawatan keluarga dan diri sendiri, serta fleksibilitas untuk menghadapi tantangan yang kompleks.

Kehidupan keluarga di era globalisasi rentan terhadap stres akibat berbagai masalah, seperti ekonomi, pernikahan, kesehatan, dan pengasuhan anak. Stres ini dapat berdampak buruk pada keharmonisan dan ketahanan keluarga. Manajemen stres yang baik menjadi kunci untuk menjaga keluarga tetap sehat dan bahagia. Komunikasi terbuka, dukungan emosional, pembagian tugas yang adil, manajemen keuangan bijak, pengelolaan waktu efektif, penyelesaian konflik konstruktif, dan pengakuan pentingnya kesejahteraan individu dapat membantu mengurangi stres pada keluarga. Keluarga yang mengelola stres bersama-sama dan menerapkan tradisi positif serta kebiasaan sehat cenderung lebih sejahtera. Manajemen stres yang baik memungkinkan keluarga untuk mencegah, menghadapi, dan memelihara stres dalam setiap ketegangan dan gesekan, sehingga tercapai ketahanan keluarga yang baik. Kegiatan positif seperti hobi dan bermain bersama keluarga dapat membantu mengatasi stres dan kelelahan. Komunikasi dan bermain bersama keluarga memperkuat ikatan dan menciptakan lingkungan yang penuh dukungan dan cinta, serta membantu menjaga kesehatan mental dan emosional anggota keluarga.

Kesejahteraan keluarga adalah keadaan harmonis dengan pemenuhan kebutuhan jasmani dan sosial tanpa hambatan. Kesejahteraan ini penting karena merupakan tujuan utama keluarga dan mendorong perkembangan individu dan masyarakat. Kesejahteraan keluarga terbagi menjadi dua jenis, yaitu objektif dan subjektif. Objektif mengacu pada pemenuhan kebutuhan standar, sedangkan subjektif berkaitan dengan tingkat kepuasan hidup. Generasi sandwich, mereka yang menanggung kebutuhan orang tua dan anak, rentan mengalami stres dan kelelahan fisik dan mental, sehingga mempengaruhi kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan subjektif keluarga adalah perasaan puas dan bersyukur atas kehidupan yang dijalani. Setiap anggota keluarga memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Peran ganda generasi sandwich menyebabkan tekanan fisik, psikologis, emosional, dan ekonomi. Tantangan dalam mencapai kesejahteraan keluarga termasuk tekanan sosial dan psikologis serta pengelolaan diri dan keuangan keluarga. Strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga adalah dengan memahami diri sendiri, melakukan kegiatan positif, dan menyeimbangkan pengeluaran keluarga sendiri dengan kebutuhan orang tua.

Manajemen stres dan peningkatan kesejahteraan keluarga menjadi hal yang penting bagi generasi sandwich. Peran ganda yang berikan pada generasi sandwich dapat mempengaruhi kesehatan fisik, mental, dan keharmonisan keluarga. Penerapan strategi manajemen stres yang efektif oleh generasi sandwich dapat  menjaga keharmonisan keluarga ditengah berbagai tantangan serta menjalani peran dengan lebih baik.

Kelompok 11 Paralel 1

Farah Fauziah, Deina Desmayanti, Fadhlurrahman Habibi, Anto Wijaya, Safiena Maura Azka

Dr. Megawati Simanjuntak S.P., M.Si dan Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati M.Si.

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB University

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun