Mohon tunggu...
Antik Safitri
Antik Safitri Mohon Tunggu... -

Karyawati sebuah Badan di luar Kepresidenan, dengan kegemaran berdiskusi dan membicarakan sastra dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan yang memudahkan langkah menuju peradaban ke depan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gamble

12 November 2010   02:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:41 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12895563011315198735

Tulisan ini hanya sekedar coretan iseng di atas kertas bekas yang tadinya tak pernah saya sangka akan jadi sepanjang ini. bukan untuk maksud macam2, hanya menuangkan sekelumit pemikiran dari hasil obrolan dengan beberapa orang yang bisa saya sebut sahabat, kakak, dan kekasih. tulisan yang saya awali entah kapan dan saya tak yakin akan diselesaikan atau tidak. karena saya tak punya standar khusus untuk tulisan yang saya anggap "sudah selesai"...

di satu pojok suatu tempat terpasang obor kecil, dua buah, masing-masing memendarkan cahaya remang penambah eksotis suasana. dua orang membawa tas lumayan besar tampak sedang bersiap-siap. selembar tikar digelar. disitu duduk seorang bandar, membeber lembaran kayu yang cukup besar bertuliskan angka satu sampai sepuluh yang masing-masing terbagi dalam sepuluh kotak. empat sisi lembaran itu dipasangi balok-balok sedemikian rupa agar bola penentu angka tahu diri untuk tidak keluar dari arena permainan. mengundang keramaian pada sebuah tempat yang sepi ternyata cukup sederhana.

seseorang melempar selembar sepuluh ribuan pada angka sembilan. yakin bahwa jawaban tunggalnyalah yang akan menang. sedangkan seseorang yang satu lagi melempar tujuh lembar uang seribuan pada tujuh angka yang berbeda. tampaknya orang yang satu ini mengerti rumus peluang, dan benarlah, rumus itu membawa keberuntungan. kenapa baru dua orang yang saya ceritakan? sabar dan tunggu beberapa menit, sebentar lagi kedua orang ini akan menantang orang-orang sekitarnya untuk ikut turun, licin merangkai kata dan kalimat sedemikian rupa dan memanfaatkan kelemahan orang-orang sekelilingnya pada satu istilah yang mereka sebut; harga diri. tak perlu si bandar mempromosikan permainannya. sifat alami manusia sudah menjadi harga mati untuk punya pelanggan tetap.

kenapa yang dihimbau untuk dihindari kerap dicari? ada sensasi tersendiri ketika main judi. kita merasa tertantang untuk menjadi pemenang, menjadi tempat persinggahan dewa judi. tak ada rumus untuk itu. semuanya murni dari dua faktor; keberuntungan, atau kebuntungan. kalaupun ada rumus peluang, itu tak dapat menjamin mutlaknya seseorang bisa menjadi pemenang dalam dunia perjudian, bahkan justru bisa sebaliknya; menjadi pecundang. kata orang, kuncinya hanya satu: berani.

lalu kenapa judi itu harus dihindari?

bagaimana dengan kehidupan? bukankah kehidupan ini sudah merupakan ladang perjudian? kita bahkan tak tahu peluang apa yang mungkin terjadi dan seberapa persen nilai peluang keberhasilan kita. beberapa orang menyebut judi sejenis ini sebagai: mengadu nasib.

apa yang salah ketika mengadu nasib? euforia tertantang yang dirasakan sama, ketidaktahuan kita akan peluang itu sama, suka duka yang dirasakan mirip. keberanian sebagai patokan kunci, apalagi. apa karena suatu kondisi keterpakasaan? mencari kemakmuran hidup menumpuk kekayaan setinggi2nya? kurasa tidak. di daerah asalnya masing-masing saya yakin seseorang sudah diberi kesempatan dan rezeki yang cukup untuk sekedar hidup. dan saya masih tetap percaya pada kalimat yang sempat dibawakan oleh salah satu teater kampus saya pada suatu pembacaan puisi; "Ya, masing-masing dari kita kan, punya rezeki sendiri sendiri2.."

hidup itu sendiri (terutama para perantau) sudah merupakan ladang perjudian yang amat besar, tak terbatas berbagai kemungkinan. sudah banyak saya dengar kisah sahabat-sahabat atau orang lain yang kerap mereka ceritakan pada saya, terjebak dalam kerasnya hidup dan dibingungkan oleh pilihan yang menurut mereka seperti buah simalakama. tak sedikit yang akhirnya merasa gagal dan ingin bunuh diri, tak sedikit juga yang sepertinya sulit menerima apa yang terjadi tapi hidup itu tetap mereka jalani. sebagian lagi menemukan apa yang mereka cari tanpa harus merasa tersesat ke mana-mana, karena ke mana kaki berpijak apa yang mereka cari sudah datang sendiri. (Jai Guru Dev)

yang saya lihat di beberapa daerah, pandangan orang tentang berjudi dengan hidup tetap lebih terhormat. kalah atau menang kita tetap dianggap sebagai pemberani. paling tidak kita sudah berani untuk memulai. seperti apa akhirnya, tergantung kemampuan masing-masing. tergantung keberanian dan kepintaran kita menghadapi kerasnya hidup itu sendiri. berani untuk gagal, berani untuk berkonsekuensi. judi yang akan terhormat jika kita tetap memakai otak kita untuk terus berputar. bukan asal pasang atau menggunakan perasaan semata ketika kaki dihadapkan pada banyak pilihan.

kata orang hidup itu seperti roda, kadang kita berada di titik terendah, lalu bisa saja suatu waktu kita berada di puncak kejayaan. diibaratkan judi yang tiada habisnya, kita senantiasa memperoleh kemenangan dan kekalahan di tiap permainan yang terus berulang. kapan kita benar2 menang atau kalah tergantung kapan kita mengakhiri permainan itu. kita akan kalah, saat kita merasa salah pilih dan mengakhiri pertaruhan. tak mau mencoba kesempatan kedua untuk mengejar nilai kekalahan kita. pergi dari arena tak akan membuat anda mendapat apa2, bahkan pengalaman pun tidak. apa yang pantas diceritakan dari kisah kekalahan?

justru keberanian itu baru pantas diucapkan untuk orang-orang yang mencoba mengambil kesempatan kedua. setelah sesuatu membuatnya jatuh ke tanah, pada tanah itu pula dia bertumpu untuk bangkit kembali. seperti kekalahan yang justru memotivasi seseorang untuk memulai lagi dan berproses untuk menang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun