Seorang tetangga, sebut saja namanya Pak Haji, tertabrak mobil ketika sedang menyeberang jalan, dan kemudian diketahui mengalami patah di tulang pahanya. Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter menyarankan ia menjalani operasi untuk pemasangan pen di tulang pahanya itu, tapi dia menolak. Bukan karena ia tidak punya uang untuk membiayai  perawatan dan operasinya, melainkan karena ia lebih memilih untuk pergi ke sebuah pengobatan tradisional yang cukup  terkenal di daerahnya, dan katanya, tahun lalu kerabatnya mengalami patah di tulang keringnya, dan bisa sembuh tanpa operasi, hanya dengan pengobatan tradisional tersebut. Benarkah keputusan Pak Haji? Patah tulang, atau yang dalam bahasa medis disebut fraktur, merupakan terputusnya kontinuitas tulang, yang bisa disebabkan oleh cedera dari luar, maupun adanya proses penyakit dari dalam tulangnya itu sendiri. Apakah patah tulang harus dioperasi? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Untuk lebih jelasnya, akan saya jelaskan secara singkat berikut ini: Ada patah tulang yang patahannya tidak bergeser, atau bergeser dalam batas normal (diketahui dengan mengukur angulasi/sudut patahnya), atau juga bergeser namun masih bisa direduksi (diperbaiki posisinya) dari luar. Untuk patah tulang jenis ini, dokter akan memberikan opsi untuk dioperasi atau tanpa operasi. Tanpa operasi, maksudnya dengan penanganan atau anjuran tertentu dari dokter, misalnya dipasang gips, ortosis (penyangga), bidai, atau bahkan hanya sekedar melarang tungkai yang patah untuk diinjakkan (dengan bantuan 2 buah tongkat). Namun kadangkala dokter juga memberikan pilihan operasi untuk patah tulang seperti ini, dengan pertimbangan bahwa dengan operasi, pasien akan lebih cepat pulih dan fungsi juga akan lebih baik karena tulang disambung secara akurat seperti semula. Sementara itu, penggunaan gips juga walaupun lebih ekonomis, mendatangkan pula efek samping antara lain waktu istirahat yang lebih lama, dan kekakuan sendi sementara akibat terlalu lama tidak digerakkan. [caption id="attachment_231896" align="aligncenter" width="234" caption="kiri: patah tulang kering yang tidak bergeser. kanan: patah tulang paha yang bergeser. Sumber gambar: www2.aofoundation.com"][/caption] Jadi, patah tulang yang bagaimana yang harus dioperasi? Intinya adalah patah tulang yang tidak dapat diperbaiki posisinya dari luar. Contoh paling umum adalah patah tulang paha. Tulang paha mempunyai banyak perlekatan otot-otot yang besar, yang saling bekerja berlawanan arah sambil menarik patahan tulang yag dilekatinya, sehingga patahan-patahan tersebut tidak akan dapat diperbaiki posisinya tanpa pemasangan pen. Apa akibatnya bila tidak dioperasi? Tentunya kemungkinan terbesar adalah tulang tidak menyambung (nonunion), karena terhalang oleh robekan otot-otot paha yang besar. Memang bisa juga menyambung, tapi akan dalam posisi yang salah (malunion), akibat tarikan otot-otot tadi. Akibatnya, tulang paha akan tampak bengkok, memendek akibat patahan yang bawah tertarik ke atas oleh otot. Jenis lain patah tulang yang merupakan indikasi untuk operasi misalnya patah tulang terbuka, yaitu yang disertai luka terbuka sehingga tulang rentan infeksi, patah di kedua tulang lengan bawah (radius dan ulna), dan patah tulang yang mengenai permukaan sendi (intra-artikular). Saat ini dengan semakin mudahnya transportasi ke rumah sakit dan meluasnya cakupan pembiayaan kesehatan gratis seperti jamkesmas, KJS, dan sebagainya, memungkinkan masyarakat untuk memperoleh penanganan yang tepat untuk patah tulang, walaupun masih belum bisa mencakup seluruhnya. Yang perlu disayangkan ialah bila seorang pasien yang menurut jenis patahnya harusnya menjalani operasi, menolak operasi bukan karena masalah biaya, melainkan hanya karena lebih percaya ke pengobatan tradisional. Padahal, seperti yang saya singgung tadi, tidak semua jenis patah bisa ditangani oleh mereka. Kalau yang simpel saja sih, ya kemungkinan besar akan sembuh, lha wong didiamkan saja juga sembuh sendiri.. Tapi kalau yang sudah merupakan indikasi untuk dioperasi, lalu dibawa ke dukun tulang, akibatnya akan fatal, bisa mendatangkan kecacatan, apalagi untuk generasi muda yang masih membutuhkan fungsi tulang yang optimal untuk bekerja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI