Barat menterjemahkan Tionghoa sebagai Great China. Masih China.
Cina boleh menyebut dirinya Hua-ren, bangsa berkebuyaan cemerlang dan berbusana mewah, maupun Han-ren, bangsa keturunan Dinasti Han yang perkasa.
Hua-ren yang merantau ke seberang lautan itulah yang disebut Hoa-kiaw. Kiaw artinya perantauan menyeberangi lautan, atau diaspora.
Sedangkan peranakan dari Hoa-kiaw itu adalah Hoa-yi. Yi adalah peranakan di luar negeri leluhur.
Bukti-bukti Sun Yat Sen mempergunakan istilah Cina terungkap dalam satu surat rahasia kepada perdana menteri Jepang Okuma Shigenobu, yang ditulis pada tanggal 11 Mei 1914. Dokumen aslinya tersimpan di perpustakaan Universitas Waseda di Shinjuku, Tokyo.
Dalam surat yang panjang lebar itu, Sun berkali-kali menyebutkan "Ci-na" meminta bantuan tentara Imperialis Jepang untuk memerangi warlord Yuan Shikai yang menggulingkan Republik Tionghoa dan mendirikan kerajaannya. Sebagai imbalan, akan diberikan kepada Jepang wilayah Manchuria di Timur Laut Tiongkok.
Begitulah Jepang secara massal berimigrasi ke Manchuria, yang kemudian memicu penyerangan mereka di Tiongkok, pada tanggal 7 Juli 1937 sebagai Peristiwa Jembatan Marco Polo (Jembatan Lugou) di dekat Beijing, terjadilah penjajahan Jepang selama 8 tahun, dengan pengorbanan sebayak 30 juta orang Tiongkok.
Sun Yat Sen sesungguhnya penjual China, dia pun berwarga negara Amerika, jadilah sesungguhnya, orang Amerika yang mendirikan Tiongkok.
Istilah Cina bukan ciptaan Jepang.
Oleh: Anthony Hocktong Tjio.
Monterey Park, 25 Agustus 2021.