Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Naik Kereta Cepat yang Super Lambat di Tiongkok

4 Oktober 2016   05:53 Diperbarui: 5 Oktober 2016   01:43 3036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak lama setelah kereta bertolak, terasa juga sangat laju, terlihat kecepatan yang ditayangkan LED merah diatas depan mata sudah menyatakan berkecepatan 150 Km/jam, ini sungguh cepat, dulu bullet train Shinkansen Jepang semulanya juga hanya berkecepatan ini. Hanya saja sekarang kita bandingkan dengan kereta super cepat CHR yang 2 kali lipat lebih cepat, seperti yang akan dibangun untuk jurusan Jakarta-Bandung, maka kereta yang kita tumpangi ini bakal 2 kali lebih lama mencapai tujuannya. Sabar saja pikir saya lagi.

Pada saat ini, sekonyong-konyong ada penerangan seorang wanita pegawai kereta yang berseragam warna biru muda, dengan suara nyaring yang berwibawa meminta perhatian semua orang, dan supaya semua orang didalam gerbong ini diam dan mendengarkan pengumumannya dengan saksama, segera dalam kereta kita menjadi sh…, memangnya orang disini biasa menuruti perintah.

Dia mulai memperkenalkan diri dan menceritakan tugasnya. Ternyata dia adalah pegawai kereta yang bertugas penjualan barang promosi resmi, ini kali yang dipromosikan adalah obat teh panjang umur, produk dari perdesaan panjang umur Bama di propensi Guangxi. Memang pernah mendengarkan ceritanya orang dusun Bama banyak yang berusia melebihi seabad dan tetap sehat menggarab ladangnya, tetapi baru pertama kali mendengar ada teh yang bisa bikin mereka panjang umur, murah lagi kalau mau berpanjang umur, dijual hanya 30 Yen atau sekitar 5 dollar untuk minuman sebulan. Kelihatannya didalam gerbong kita tidak ada yang mau membelinya.

Ternyata kemana saja kita berjalan di Tiongkok tidak terlepas dari perdagangan barang promosi dan sponsor, seperti bila kita mengikuti China tour yang murah, diharuskan mampir di tiga toko sponsor setiap harinya. Memang tidak diharuskan maupun dipaksa untuk membeli sesuatupun, itu hanya caranya orang Tiongkok memajukan pemasaran produk mereka supaya bisa dikenal dimana-mana, dan ini mendapat berkat dari pemerintah pusatnya.

Nyatanya pada waktu pagi hari sebelum tiba di Guangzhou, saya juga membeli produk sikat gigi hitam terbuat dari arang bamboo yang dipromosikan, yang katanya lebih mampu membersihkan kuman-kuman yang tertinggal diatas gigi, sangat murah, 18,000 Rupiah 4 biji. Yang ini lebih masuk akal daripada teh untuk memperpanjang umur tadi.

Orang muda disebelah itu memang berpendidikan tinggi terlihat dari pembicaraannya, walaupun kami selama ini diam saja, dia bisa melihat kita bukan orang Tiongkok, “Kalian orang luar”, caranya menanyakan asal kami dari mana.

Setelah orang sekitar kita mendengar kami asal dari mana, seorang penumpang yang diseberang depan itu langsung menyaut dengan keras, “Orang Amerika, orang memuakan.” Saya agak tercengang mendengarkannya, rupanya kita berada digerbong yang salah, untungnya masih di Tiongkok, tidak ada ISIS disini.

“Amerika kita gayang di Joseon (Korea Utara)” diteruskan amarahnya. Orang itu seperti seorang pedagang, disekitar 40an, pakai hem putih lengan panjang dan celana hitam, tidak kelihatan dia banyak berpendidikan tetapi hanya dialah yang terus berbicara panjang lebar disepanjang jalan dalam gerbong yang padat ini, pasti seorang anggauta Partai Komunis.

Sewaktu Perang Korea dia pun belum terlahir. Saya cuma bisa senyum saja, suatu prinsip yang selalu saya pegang, selama pepergian jauh ditanah orang, jangan banyak bicara didepan umum, orang Amerika memang tidak banyak disukai dimana-mana, walaupun di Prancis.

Perang Korea itu sebetulnya suatu plot Chairman Mao untuk menggembleng Mao An-ying anak sulungnya, supaya kelak mengambil alih kedudukan chairman Tiongkok Baru setelah dia meninggal, maunya kedudukan pimpinan negara itu diturun menurunkan seperti khalifah. Yang sekarang sudah ditiru di Korea Utara oleh keluarga Kim Il Sung. Maka, Mao mengirimkan anaknya kesana, tetapi dia tewas dalam peperangan itu, menjadikan benci Amerika dari Mao menyebar kemana-mana di Tiongkok.

Sekejab itu meletuslah perang mulut yang membara antara orang muda yang duduk disebelah dengan orang yang bilang Amerika memuakkan itu. Prinsipnya pembelaan orang muda untuk kita, bahwa jaman sekarang sudah banyak membuka pandangan mereka untuk menjauhi ideologi basi komunisme. Dia menasehatkan sudah bukan jamannya untuk saling membenci dan bertentangan politik dalam kehidupan sekarang, biar kita jauhkan pikiran kebencian pada imperialis Amerika maupun fasis Jepang, biar pertarungan politik dengan dunia luar itu diserahkan kepada orang tua pimpinan yang di Beijing, tetapi kita rakyat adalah sesama pecinta damai dan pengharap kemakmuran bersama, harus maju kedepan dan jauhkan realitas kepahitan yang sudah lampau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun