Saya masih ingat momen itu. Seorang ibu paruh baya, duduk di barisan tengah saat saya membawakan pelatihan di perusahaannya dulu. Ia bukan tipe peserta yang cerewet atau banyak bertanya, tetapi gerak-geriknya mencerminkan seorang pembelajar sejati. Serius, mencatat dengan rapi, dan sesekali tersenyum kecil ketika mendengar sesuatu yang barangkali mengingatkannya pada pengalaman masa lalu. Sosoknya biasa saja. Namun dari sorot matanya, saya bisa menangkap, ia adalah seseorang yang menyimpan banyak pengetahuan dari pengalaman kerja puluhan tahun.
Waktu berlalu. Beberapa tahun kemudian kami bertemu kembali. Kali ini bukan di ruang training, tapi dalam sebuah acara informal. Ia sudah pensiun. Tapi ucapannya membuatku tergerak memberinya tips. Ia berkata, "Sebenarnya saya masih ingin berkontribusi. Saya masih punya banyak yang bisa dibagikan, hanya saja saya bingung... gimana dan dimana saya mengajarkannya?"
Kalimat itu menohok. Betapa sering kita menemui orang-orang yang kaya pengalaman tapi tak tahu cara berbagi. Seperti buku yang belum pernah dibuka. Bukan karena tak berharga, tapi karena tak tahu bagaimana membacanya.
Saat itu, saya pun mulai memberikan beerapa tips sederhana buatnya. Saya mendorongnya memulai dari komunitas yang kecil-kecil dulu, seperti kelompok pelayanannya. Saya ajarkan bahwa kunci dari training bukan hanya pada materi, tapi pada cara menyampaikan. Bahwa cerita lebih menyentuh daripada definisi. Bahwa pertanyaan lebih membangkitkan pikiran daripada sekadar ceramah. Dan yang terpenting, bahwa semua orang bisa belajar menjadi trainer, selama mereka punya passion berbagi.
Rupanya tips itu menggerakkannya. Perlahan ia mencoba. Ia mulai dari topik kecil, lalu berkembang. Ternyata, banyak yang merasa terbantu. Permintaan datang satu demi satu. Dan kini, ia justru lebih sibuk dibanding masa kerjanya dahulu. Ia tertawa ketika bercerita, "Saya ini pensiunan, tapi rasanya hidup saya baru dimulai."
Kisahnya adalah pengingat bagi kita semua bahwa ilmu tidak akan menjadi terang bila tak dibagikan. Dan membagikan ilmu bukan soal panggung besar atau gelar panjang, tapi keberanian untuk membuat yang kita tahu menjadi manfaat nyata bagi orang lain.
Inilah pula yang menjadi inti dari pelatihan Power Trainer yang kami adakan di bawah lembaga Miniworkshopseries (MWS) Indonesia. Sebuah program yang bukan hanya mengajarkan bagaimana menjadi trainer, tapi bagaimana menjadi penyampai ilmu yang bisa menyentuh pikiran dan hati peserta.
Dalam sesi itu, kami selalu menekankan bahwa menjadi trainer bukan sekadar tentang content. Betul, isi penting. Pengetahuan wajib dikuasai. Tapi isi saja tidak cukup. Materi yang hebat tanpa konteks akan menjadi sia-sia. Maka kami kenalkan satu rumus penting:
(Content + Context) x Conduct = Impact
Artinya, seberapa bagusnya materi dan seberapa relevannya dengan peserta akan dikalikan dengan satu hal yang sering dilupakan yakni cara penyampaian.