Mohon tunggu...
Anthony Dio Martin
Anthony Dio Martin Mohon Tunggu... Human Resources - WISE (Writer, Inspirator, Speaker, Entepreneur), CEO HR Excellency - MWS Indonesia, Penulis 18 Buku, Ahli Psikologi, Profesional Coach

Anthony Dio Martin, WISE (writer, inspirator, speaker dan entepreneur) dan juga ICF certified executive coach, yang dijuluki "The Best EQ Trainer Indonesia". Beliau penulis 18 buku dan lebih dari 25 CDAudio. Salah satu bukunya menerima penghargaan MURI. Beliau pernah memandu beberapa program motivasi di TV kabel, saat ini punya siaran rutin program radio “Smart Emotion” di SmartFM. Youtube: anthony dio martin official IG: anthonydiomartin Kontak & info: 021-3518505 atau 3862521 atau email: info@hrexcellency.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

Bagaimana Film Horor Memakai Ilmu Neuroscience dan Psikologi untuk Menakut-nakuti Kita?

10 Maret 2018   15:39 Diperbarui: 31 Oktober 2020   18:59 2495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber photo: satuharapan.com

Ilmu inilah yang membantu psikologi menjelaskan apakah yang terjadi di otak manusia saat mereka merasa takut, ketika nonton film horor.

Intinya, pada saat menonton film horror. Ada bagian korteks, yang berisi penalaran logis yang dimatikan otomatis oleh otak kita. Jadi, meskipun kita tahu bahwa semua cerita dan kisah horror yang kita nonton itu hanya fiksi belaka. 

Tetapi, tatkala kita menonton film horror, tetap saja terjadi proses "bypass" dimana, aliran otak kita langsung menyentuh bagian amygdala, yang menciptakan rasa tegang, atau takut.  

Jadi, pada saat menonton, kadang orang begitu terhanyutnya, sampai-sampai penontonpun bisa berteriak, meloncak ataupun menutup mata serta histeris, padahal hanya menyaksikan film saja. Hal ini karena, bagian kesadaran kita "dimatikan" saat kita mengalami kembali ketegangan dan rasa takut tersebut.

Inilah yang kemudian disadari oleh industry film hantu. Lantas, mereka pun berlomba-lomba menciptakan hantu yang semakin nyata, untuk menciptakan suasana ketegangan tersebut. Bahkan, ke depannya diramalkan industri film hantu akan semakin menegangkan dengan lahirnya teknologi virtual reality (VR) yang bisa menciptakan suasana yang makin mendekati realita.

Psikologinya Penonton Film Horor

Berbagai penelitian lebih lanjut tentang perilaku manusia juga mencoba menjelaskan mengapa kita suka film horror. Salah satunya adalah adanya karena menonton film horor membuat kita bersimpati dengan pemerannya. 

Lantas, kita pun menjadi lega tatkala di akhir film tersebut, orang baiklah yang menang. Ternyata, banyak penonton horor yang lebih menyukai film horror dengan ending yang jelas dimana hantunya berakhir, daripada hantu yang terus-menerus hidup kembali. 

Tatkala disurvei, penonton horor yang menonton film horror dengan "ending yang menggantung", memang lebih sulit melupakan filmnya. Tetapi, ketika dimintai memberikan rating, mereka lebih suka film horror dengan ending yang baik, yang positif. Tak mengherankan, jika kita perhatikan film-film horror box office dunia pun, rata-rata memiliki ending yang jelas, bukannya yang "gantung".

Akhirnya, kesimpulan psikologi yang juga menarik soal film horor adalah penjelasannya Dr. Glenn Walters yang ditulis tahun 2004 di Journal of Media Psychology.Intinya, ada 3 alasan penting yang membuat mengapa kita menyukai film horor. 

Pertama-tama, adalah karena ketegangan yang tercipta (ada misteri, kejutan, terror, kekagetan). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun