Mohon tunggu...
Andika Siska Wahyuni
Andika Siska Wahyuni Mohon Tunggu... MAHASISWA PROGRAM STUDI PIAUD UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

HAPPY

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Perubahan Sosial Emosional Anak Autism Spektrum Disorder

6 Juni 2025   19:00 Diperbarui: 6 Juni 2025   18:27 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PERAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PERUBAHAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK AUTISM SPEKTRUM DISORDER 

 

Andika Siska Wahyuni1, Ratna Pangastuti2 

Universitas islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Email kontributor: ansiskawahyuni@email.com, ratnapangastuti@uinsa.ac.id


Abstrak

Peran orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan dan perubahan sosial emosional anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Anak dengan ASD sering mengalami tantangan dalam interaksi sosial, komunikasi, serta pengendalian emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana keterlibatan orang tua dalam pengasuhan, terapi, serta dukungan emosional dapat mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak ASD. Melalui studi literatur dan observasi lapangan, ditemukan bahwa partisipasi aktif orang tua dalam proses intervensi mampu meningkatkan kemampuan adaptasi sosial anak, mengurangi perilaku agresif, serta memperkuat hubungan emosional antara anak dan orang tua. Hasil ini menunjukkan pentingnya peran orang tua sebagai agen utama dalam mendukung tumbuh kembang anak ASD, khususnya dalam membentuk kestabilan emosi dan kemampuan bersosialisasi anak.

Kata kunci: Peran orang tua, anak ASD. 

 

Abstract

Parental roles have a significant impact on the development and socio-emotional changes of children with Autism Spectrum Disorder (ASD). Children with ASD often face challenges in social interaction, communication, and emotional regulation. This study aims to explore how parental involvement in caregiving, therapy, and emotional support can influence the socio-emotional development of children with ASD. Through literature review and field observations, it was found that active parental participation in intervention processes enhances children's social adaptability, reduces aggressive behaviors, and strengthens emotional bonds between parents and children. These findings highlight the importance of parents as key agents in supporting the growth and development of children with ASD, especially in shaping emotional stability and social skills.

 Keywords:  Parental role, children with ASD

  PENDAHULUAN 

Autism Spectrum Disorder (ASD) suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang melibatkan keterlambatan serta masalah dalam interaksi sosial, bahasa, dan berbagai kemampuan emosional, kognitif, motorik dan sensorik. Anak autis mengalami gangguan pada perkembangan motorik, otot yang lemah serta kurang baik dalam keseimbangan tubuh, koordinasi mata dengan kaki. Jenis terapi yang telah dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan anak autis agar tetap hidup mendekati normal terapi bermain yang menarik, salah satunya menggunakan warna-warna dan menggunakan alat seperti finger painting.

Melalui finger painting akan banyak pergerakan pada ujung-ujung jari anak, sebagai ekspresi anak sehingga anak dapat mengekspresikan jiwanya melalui warna-warna sesuai kondisi emosional. Tujuan penerapan menggambarkan implementasi terapi bermain finger painting pada anak autis untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak autis. Gangguan perkembangan neurologis yang memengaruhi kemampuan individu dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial, serta menunjukkan pola perilaku yang terbatas dan repetitif.

Gejala-gejala ASD umumnya muncul sebelum usia tiga tahun dan dapat bervariasi dalam tingkat keparahan. Anak dengan ASD membutuhkan perhatian dan penanganan khusus untuk membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan dan mencapai potensi perkembangan optimal. Penanganan anak dengan ASD tidak hanya bergantung pada intervensi medis dan terapeutik, tetapi juga sangat ditentukan oleh peran aktif orang tua dalam proses tumbuh kembang anak. Orang tua berperan sebagai pendamping utama yang memiliki akses dan waktu paling banyak bersama anak. Oleh karena itu, keterlibatan orang tua dalam terapi, pendidikan, serta pembentukan lingkungan yang suportif menjadi faktor penting yang memengaruhi keberhasilan intervensi.

Kasus yang terjadi pada Ananda Izza menggambarkan dinamika peran orang tua dalam mengenali dan menangani gejala ASD sejak dini. Sejak usia satu tahun, Izza menunjukkan gejala kejang berulang yang tidak dapat dijelaskan secara medis, serta keterlambatan perkembangan dalam aspek motorik dan komunikasi. Meskipun belum ada diagnosis resmi mengenai ASD pada tahap awal, orang tua telah menyadari adanya perbedaan signifikan dalam perkembangan anaknya dibandingkan anak-anak lain seusianya.

Respon orang tua terhadap kondisi ini menjadi kunci utama dalam proses intervensi awal. Tanpa menunggu diagnosis pasti, orang tua Izza mulai mencari berbagai bentuk terapi seperti terapi wicara, terapi perilaku, terapi motorik kasar, dan terapi emosional. Hal ini menunjukkan inisiatif yang kuat dari pihak keluarga dalam mengupayakan perkembangan yang lebih baik bagi anaknya. Keterlibatan aktif ini mencerminkan pentingnya peran keluarga sebagai ujung tombak dalam menangani anak dengan kebutuhan khusus.

Selain itu, pendekatan yang diterapkan disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar Izza. Misalnya, orang tua memberikan rangsangan visual, auditori, serta taktil yang membantu anak mengenal benda, warna, dan suara di sekitarnya. Proses belajar dilakukan secara berulang dan konsisten dalam suasana yang menyenangkan agar anak merasa aman dan nyaman. Adaptasi ini menunjukkan pemahaman orang tua terhadap karakteristik khusus anak dan kemampuan untuk menyesuaikan metode belajar.

Pendekatan terapi yang digunakan pun beragam, mulai dari ABA (Applied Behavior Analysis) yang berfokus pada pembentukan perilaku adaptif, DIR/Floortime yang mengedepankan hubungan emosional dalam proses pembelajaran, PECS (Picture Exchange Communication System) sebagai sarana komunikasi non-verbal, hingga terapi wicara yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa. Kombinasi dari berbagai pendekatan ini menunjukkan bahwa intervensi yang komprehensif dan tepat sasaran memberikan dampak positif terhadap perkembangan Izza.

Perubahan positif yang ditunjukkan oleh Izza, seperti mulai berjalan, menari, mengenali benda, serta mencoba berkomunikasi secara verbal dan non-verbal, merupakan bukti bahwa intervensi dini yang melibatkan peran orang tua secara aktif mampu mendorong perkembangan anak dengan ASD secara signifikan. Meski masih terdapat tantangan seperti sensitivitas terhadap suara keras dan struktur makanan, kemajuan yang dicapai Izza hingga usia tiga tahun menunjukkan arah perkembangan yang membaik.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam bagaimana peran orang tua dalam memberikan dukungan dan pendampingan kepada anak dengan ASD, khususnya dalam konteks perkembangan sosial dan emosional. Studi ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa keterlibatan orang tua yang responsif, sabar, dan konsisten dapat menjadi fondasi penting dalam membantu anak dengan ASD menjalani kehidupannya secara lebih mandiri dan adaptif.

METODE PENELITIAN 

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus terhadap satu subjek yaitu Ananda Izza dengan anak autis usia toddler (1-3 tahun), seorang anak dengan indikasi Autism Spectrum Disorder yang berusia 3 tahun. Data diperoleh melalui observasi langsung, wawancara mendalam dengan orang tua, serta dokumentasi hasil terapi yang dilakukan secara berkala. Fokus utama dalam pengumpulan data adalah keterlibatan orang tua dalam proses tumbuh kembang dan pengelolaan kondisi anak.

Observasi ini saya lakukan selama beberapa minggu dengan mencatat perkembangan motorik, kemampuan komunikasi, serta perubahan perilaku sosial emosional pada Izza. Aktivitas sehari-hari, respons terhadap stimulus suara, sentuhan, makanan, dan interaksi dengan lingkungan menjadi indikator utama dalam analisis perkembangan Izza. Observasi ini juga dilakukan di lingkungan rumah dan saat mengikuti kegiatan kelompok bermain (Play Group).

Wawancara mendalam dilakukan terhadap kedua orang tua untuk mengetahui proses awal kesadaran mereka terhadap kondisi anak, bentuk intervensi yang telah dilakukan, serta evaluasi hasil terapi. Selain itu, wawancara juga menggali harapan, perasaan, dan strategi yang digunakan orang tua dalam mendampingi anak mereka.

Metode ini juga mengkaji pendekatan terapi yang diterapkan seperti ABA (Applied Behavior Analysis), DIR/Floortime, PECS (Picture Exchange Communication System), dan terapi wicara. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif analitik, dengan menguraikan data secara sistematis untuk menggambarkan hubungan antara peran orang tua dan perkembangan sosial emosional anak.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendampingan dan terapi secara konsisten berdampak positif terhadap perkembangan sosial dan emosional Izza. Meskipun pada awalnya orang tua belum mengenali secara pasti kondisi ASD yang dialami anaknya, kesadaran dan kepedulian yang tinggi memicu mereka untuk melakukan berbagai upaya seperti terapi rutin dan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Hal ini terbukti dengan perkembangan Izza yang kini mulai menunjukkan kemampuan berjalan, mengekspresikan emosi, dan mencoba berkomunikasi meskipun dengan keterbatasan.

Peran orang tua terlihat jelas dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, seperti menyediakan ruang belajar penuh warna, menggunakan media visual dan auditori, serta memberikan stimulus berulang agar Izza mampu mengenali benda dan mengekspresikan diri. Komunikasi non-verbal juga terus diasah melalui penggunaan isyarat dan gambar, yang sangat membantu dalam memahami keinginan dan kebutuhan anak.

Penggunaan metode terapi seperti ABA, DIR/Floortime, PECS, dan terapi wicara secara terpadu juga memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan Izza. ABA membantu dalam mengembangkan kemandirian dan perilaku adaptif, sedangkan DIR/Floortime meningkatkan kedekatan emosional dan interaksi sosial. PECS berperan penting dalam awal komunikasi non-verbal, dan terapi wicara mulai menunjukkan hasil dalam pelafalan satu hingga dua kata.

Dari segi sosial emosional, Izza mulai menunjukkan kemajuan dengan menari, tersenyum, dan mulai berani menyentuh orang lain, meski masih mengalami ketakutan terhadap suara keras dan orang asing. Ini menunjukkan bahwa meskipun tantangan masih ada, dukungan orang tua yang konsisten, terapi yang terarah, serta pemahaman terhadap kondisi anak dapat membentuk dasar yang kuat untuk perkembangan lebih lanjut anak dengan ASD.

                                                                    TABEL 1.1

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun