Di samping pendekatan non materialistik terhadap tata kehidupan kota yang diutamakan dalam uraian di atas, harus juga diberikan perhatian kepada model, yang menggunakan masyarakat seluruhnya sebagai tingkat analisa.
 Di dalam model ini kota itu hanya anasir yang paling menonjol dari proses-proses yang terjadi di dalam masyarakat seluruhnya. Juga McGee cenderung kepada pandangan semacam itu, ketika ia mengemukakan:Â
"Bentuk proses urbanisasi di dunia ketiga itu boleh jadi kelihatannya sama dengan yang menjadi ciri di dunia barat. Akan tetapi ramuan (mix).
Yang berbeda dari komponen-komponen proses urbanisasi di dunia ketiga itu memberi kesan akan pentingnya faktor ini, sehingga setidak-tidaknya satu anasir harus ditiadakan dari teori barat itu, apabila meneliti kota di dunia ketiga.Â
Anasir itu ialah anggapan, bahwa kota itu penyebab perubahan. Lebih tepat, kota itu harus dilihat sebagai sebuah simtom (symptom) dari proses-proses di tingkat masyarakat seluruhnya (processes at a societal level)".
Urbanisasi, menurut David Harvey telah menjadi alat utama untuk menyerap surplus modal dan tenaga kerja di sepanjang sejarah kapitalisme. Ini memiliki fungsi yang sangat khusus dalam dinamika akumulasi modal karena periode kerja yang lama dan waktu perputaran serta masa hidup yang panjang dari sebagian besar investasi di lingkungan binaan.
 Ia juga memiliki kota spesifik geografis sedemikian rupa sehingga produksi ruang dan monopoli ruang menjadi bagian integral dari dinamika akumulasi, tidak hanya karena perubahan pola arus komoditas di ruang angkasa tetapi juga berdasarkan sifat dari ciptaan dan menghasilkan ruang dan tempat di mana pergerakan tersebut terjadi.Â
Tetapi justru karena semua aktivitas ini - yang, omong-omong, merupakan arena yang sangat penting bagi produksi nilai dan nilai-lebih - berjangka panjang, hal itu membutuhkan kombinasi modal keuangan dan keterlibatan negara sebagai sesuatu yang benar-benar menyenangkan. berfungsi.Â
Aktivitas ini jelas bersifat spekulatif dalam jangka panjang, dan selalu berisiko mereplikasi, di kemudian hari dan dalam skala yang lebih besar, kondisi akumulasi berlebih yang pada awalnya membantu meredakannya.
 Karenanya karakter perkotaan yang rawan krisis dan bentuk investasi infrastruktur fisik lainnya (rel kereta api dan jalan raya lintas benua, bendungan, dan sejenisnya).
Reaksi dari masifnya kapitalisasi pada ruang dan sarana di perkotaan, menjadi penyebab melebarnya aksi terhadap pengembangan bidang ekonomi pada kawasan ini. Â