Mohon tunggu...
Anselmus Puasa
Anselmus Puasa Mohon Tunggu... Dosen - nama panggilan Amos

Amos si penggemar film Kung Fu China

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik yang Sahabat

2 Desember 2020   12:02 Diperbarui: 2 Desember 2020   12:09 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah seminggu ini, daerah Halmahera Utara terus-menerus diguyur hujan. Meskipun hujan, atmosfir semakin panas saja. Pasalnya kondisi yang ada  ini, dipengaruhi oleh meningkatnya suhu politik di daerah ini, yang juga melaksanakan hajatan pemilukada pada tanggal 9 Desember 2020.   Rupanya hujan mencoba mendinginkan atau mengademkan kondisi politik yang kian panas ini, agar semua pendukung tidak ikut-ikut panas dan akhirnya terbakar dengan saling hujat-menghujat di antara  para pendukung.

Tensi tinggi, jelas terlihat dari orasi politik yang disampaikan saat kampanye dari satu tempat ke tempat lain; di dunia maya terlihat pada setiap postingan yang kontennya adalah menjatuhkan lawan-lawan politik. Salah satu isyu yang dikemas baik dalam kampanye langsung maupun dalam konten medsos, adalah perihal kisah perselingkuhan. Semua pihak saling membongkar aib "masa lalu" dari para kandidat. Ha-hal seperti inilah yang membuat semua pihak jadi gerah, geram dan bertindak kejam, satu terhadap yang lain.

Mendengar dan membaca berita-berita seperti itu, rasanya tidak elok. Mestinya, pada masa-masa kampanye (langsung maupun via medsos) para jurkam dan pendukung, mengetengahkan program-program unggulan apa, yang akan diperjuangkan dan dikerjakan ketika kandidat mereka terpilih sebagai orang nomor satu dan nomor dua di daerah yang sama-sama kita cintai. Bukannya saling menjatuhkan, mengecam, meneror dan saling menghujat.

Anehnya, orang yang saling mengecam,  menghujat, dan meneror adalah sama-sama satu daerah, sama-sama satu kampung, satu keluarga, dan satu tempat kerja. Namun oleh karena pilihan dan dukungan yang berbeda, membuat tali kekerabatan, persahabatan dan kekeluargaan pun hancur lebur menjadi abu.  Pertanyaannya, dimanakah etika dan etiket kita sebagai bangsa  yang beradab dan bermartabat ?

SAHABAT YANG BERPOLITIK

Para kandidat yang bertarung di setiap daerah (270 daerah), bila diperhatikan, maka tidak ada satu pun kandidat yang tidak saling kenal. Meskipun di antara para kandidat yang ada, bukanlah sahabat karib satu dengan yang lain, akan tetapi dapat dipastikan semuanya, saling mengenal satu dengan yang lain. Hal ini, sudah merupakan modal sosial yang sangat besar, dalam membangun kebersamaan sebagai satu keluarga besar orang Halmahera atau orang Maluku dan atau keluarga besar orang Indonesia.

Bertitik tolak dari pemahaman seperti itu, sudah seharusnya membawa kesadaran baru bahwa, masing-masing kandidat adalah sesama keluarga atau sesama sahabat yang sedang ikut meramaikan pesta demokrasi yang sedang berlangsung. Dengan demikian, naluri politik "kebinatangan" (politik machiavellian) dapat dieliminasi, menjadi naluri politik santun yang berkeadaban. Politik yang memanusiakan manusia lain.

Atmosifir seperti ini, mestinya disemai dan ditumbuh-kembangkan oleh para kandidat, dan lalu ditularkan kepada semua tim sukses dan para pendukungnya. Agar mereka menjadi agent of change dari politik yang membabat ke politik yang bersahabat; dari politik yang membinasakan ke politik yang mau membina; dan dari politik yang memukul ke politik yang merangkul.  Sebab nantinya, baik yang kalah maupun yang menang, kita tetap satu, satu keluarga, satu daerah, satu nusa, satu bangsa, satu  NKRI. Ya, kita semua bersaudara.

Jangan karena ambisi untuk berkuasa, ambisi untuk mereguk keuntungan pribadi, kelompok atau golongan dan ambisi tersembunyi lainnya, membuat kita jadi gelap mata, sehingga tidak lagi mau tahu dan tidak lagi kenal dengan sesama yang ada di sekitar kita, padahal mereka adalah teman-teman kita, tetangga-tetangga kita dan bahkan keluarga-keluarga kita sendiri. Namun karena fanatisme, kita lupa dengan nilai-nilai kemanusiaan, lupa dengan sikap toleransi, dan lupa dengan semboyan bangsa ini, Bhineka Tunggal Ika.

Politisi yang suka mengompori para pendukungnya dengan politik yang memecah-belah kesatuan masyarakat, adalah politisi karbitan, politisi busuk dan politisi abal-abal. Tidak demikian halnya bagi, mereka yang disebut sebagai politisi yang baik.  Politisi yang baik, akan membangun kondisi yang kondusif, aman dan nyaman di tengah ketegangan dan kerenggangan, akibat pilihan dan dukungan politik yang berbeda satu dengan yang lain. Politisi yang baik, melihat lawan politik sebagai kawan atau sahabat dalam berpolitik. Oleh karena itu, tidak ada mentalitas untuk menyingkirkan ata membuang para sahabat, karena  tidak sepakat atau karena berbeda pilihan politik. Ingat, kata bijak, "seribu sahabat terlalu sedikit, satu orang musuh sudah terlalu  banyak."

Membangun Politik Yang Bekeadaban

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun