Mohon tunggu...
Agung Nugroho Puspito
Agung Nugroho Puspito Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

National Centre Of Excellence In Molecular Biology, University Of The Punjab. (Sak temene kesel sekolah terus, ora nduwe pilihan maneh)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Heera Mandi, Geisha from Lahore

17 Juli 2011   09:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:36 1348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1310896224934494243

[caption id="attachment_123373" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi-Heera Mandi/Admin (pkbabes.com)"][/caption]

Selama 2 tahun lebih berada di Lahore, saya tidak tahu tempat ini, seakan sengaja disembunyikan dari saya oleh mereka orang lokal. Jika saja dua wartawan televisi swastaIndonesia tidak mengajak saya untuk mengunjungi tempat ini pastilah sampai sekarang saya tidak tahu.

Wartawan tivi swasta itu jauh lebih memiliki informasi dari pada saya, mungkin memang sudah profesinya untuk menggali banyak informasi sebelum meliput. Jiwa-jiwa jurnalis. wartawan ini begitu dinamis dan berenergi, saya lihat apa saja yg mereka liput pada akhirnya berating tinggi.

Kembali lagi bicara HEERA MANDI

Heera Mandi dalam bahasa Urdu yang berarti "Pasar Permata", juga dikenal sebagai Shahi Mohalla atau Sekitar Kerajaan, dua arti ini menunjukan suatu tempat/distrik di kota Lahore. Semua bangunan disekitaran istana Raja tepatnya sebelah kanan adalah HEERA MANDI, banguan-bangunan tua seperti mau roboh, ukiran-ukiran kuno penghias pintu dan jendela, semuanya Nampak klasik seperti halnya dalam latar film-film India. Begitu klasik dan kotor.

Inilah tempat pelacuran terbesar diseluruh wilayah Pakistan, dijaman Dinasti Mogul daerah sekitaran Istana ini memang menjadi obyek kesenangan, HEERA MANDI menawarkan hiburan kesenian seperti tari, musik dan nyanyian. Tempat Favorite para Bangsawan.

Konon Sang Raja setiap minggunya bisa 3 sampai 4 kali mengunjungi pusat kesenangan dan hiburan ini. Dalam budaya Jepang mereka disebut GEISHA dan mereka disini mendapat sebutan HEERA atau Permata, jujur saja sebutan ini tidak berlebihan untuk para pekerja kesenangan HEERA MANDI, Karina Kapoor, Priti Sinta, Kajoul atau Aiswara, seperti itulah gambaran para penghuni HEERA MANDI.

Ini adalah profesi yang diturunkan dari nenek kepada sang ibu kemudian berlanjut pada anak-anak perempuannya, mereka diajari menari, bernyanyi, dan menggoda para pria sejak anak-anak. Semua Seni memikat laki-laki diajarkan terutama untuk memikat kalangan Bangsawan.

Dari cerita yang saya dapat, para HEERA dijaman Mogul tidaklah Nampak seperti pelacur kebanyakan, mereka memiliki kemampuan berbahasa layaknya sarjana dikala itu, mereka tidak menatap mata pria secara langsung tapi dengan menunduk dan seperti gadis POLOS yang ingin di goda, mereka juga tidak menawarkan kelamin terang-terangan semuanya dibungkus begitu elegan dan sama sekali tidak menampak diri sebagai pemangsa. Mereka hanya menunggu untuk disentuh oleh para tamu yang sudah mencapai PUNCAK FANTASI, yangmana “Sudah saatnya membuka kain penutup”

Para bangsawan atau tamu yang datang akan disuguhi tarian, godaan lewat mata, godaan lewat gerak dan godaan lewat bahasa. Yang sungguh bisa meluluhlantakan, bukankah mereka benar-benar memiliki kemampuan membunuh IMAN? Terlihat jelas disini pemahaman mereka untuk menaklukan pria untuk hari ini dan untuk besok agar datang lagi atau sebagai investasi jangka panjang.

Di jaman Kolonial Inggris sedikit demi sedikit para HEERA mulai berubah, tidak terlalu banyak skill membunuh IMAN diterapkan, karena mereka paham siapa tamu itu, apa yang mereka inginkan bukan FANTASI tapi langsung pada tujuan yaitu KELAMIN para HEERA.

Yang perlu dicatat bahwa para HEERA memilih para mangsanya, mereka mempertahankan nilai minimal jadi tidak sembarang orang berkunjung bisa mencicipi PERMATA LAHORE, orang dari kalangan biasa yang berkunjung juga dapat kesempatan yang sama tapi tidak dengan para HEERA Primadona. Kalangan biasa ini hanya mampu menikmati HEERA yang sudah dimakan usia, yang sudah nampak lemak diperutnya ataupara HEERA dengan payudara tidak sintal lagi. Para HEERA dari golongan ini seperti pemain sepak bola yang sudah kehilangan masa EMASnya, sudah tidak punya apa-apa lagi sebagai NILAI TAWAR.

Kata seorang teman, HEERA yang sudah usang ini seharga Rs. 20 sampai Rs. 100 saja, itu sama artinya senilai 2000 rupiah sampai 10.000 rupiah. Meskipun begitu, masih Nampak ke-elokan wajah mereka dimasa lalu, inilah para HEERA untuk kalangan uang terbatas.

Kondisi yang terkini dari HEERA MANDI sudah sangat jauh dari jaman Mogul atau jaman Kolonial, sudah tidak ada lagi para HEERA yang berwawasan luas, Para HEERA yang menawarkan FANTASI, Para HEERA yang menjaga kelasnya. Semua yang ada saat ini seperti pelacuran kebanyakan.

HEERA saat ini hanya wanita-wanita cantik dalam balutan busana tradisonal yang menari sekedarnya bila diminta, Bukan HEERA Pembunuh yang dapat membangun IMAJINASI para tamunya. Nampak seperti TARIAN TANPA JIWA atau seperti LUKISAN TANPA ROH.

Tidak tersisa GEISHA dalam budaya KESENANGAN, HEERA sudah PUNAH.

Mungkin anda berfikir, bagaimana mungkin Negara seperti Pakistan membiarkan hal ini berlangsung, Negara berlabel ISLAM membiarkan Prostitusi? Saya pun tidak tahu jawabannya. Yang saya tahu mereka mengisolasi tempat ini dengan dogma “Engkau anak-ku, sekali mengunjungi HEERA MANDI bukan aku memutuskan hubungan keluarga tapi dirimu sendiri”. Inilah ungkapan yang saya pahami dari orang-orang Lahore untuk memusnahkan budaya Prostitusi.

Yang saya sesalkan, anak-anak perempuan atau laki-laki terlahir di HEERA MANDI selamanya akanmenjadi penghuni HEERA MANDI. Tidak ada kesempatanmereka pergi menjauh kecuali beberapa saja atau berkesempatan membangun keluarga normal.

Bagaimana ini bisa berakhir, bilamana tidak ada kesempatan untuk generasi HEERA mencoba hidup baru. Semua sibuk memberi LABEL tanpa berfikir mengangkat harkat dan martabat mereka.

Selamanya HEERA MANDI menjadi HEERA MANDI. -Lahore/Punjab-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun