Mohon tunggu...
Annisa Zhahrani Makrudi
Annisa Zhahrani Makrudi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi UMM

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Self-Diagnose: Dampak pada Kesehatan Mental

27 September 2021   23:35 Diperbarui: 28 September 2021   10:31 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi sangatlah pesat jika dibandingkan dengan teknologi lainnya. Perkembangan ini telah memudahkan masyarakat dalam mencariinformasi mengenai kesehatan baik itu fisik maupun mental.

Tentunya sebagai manusia kita memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Ketika seseorang  merasakan gejala tertentu pada dirinya, ia dapat langsung memanfaatkan teknologi dengan mencari informasi berkaitan dengan gejala yang sedang alaminya melalui internet (Ryan & Wilson, 2008). 

Internet sangat mudah untuk diakses bahkan lebih mudah dibandingkan melakukan kunjungan pada dokter. Kemudahan dalam mengakses internet dalam waktu yang singkat menyebabkan seseorang yang merasakan gejala tertentu dapat memperoleh informasi dengan lengkap. 

Oleh karena itu, seseorang bisa mendiagnosis dirinya sendiri atau self-diagnose berdasarkan informasi yang didapatkan terkait dengan gejala yang sedang dihadapi (Tang & Ng, 2006). 

Self-Diagnose merupakan, proses dimana sesorang mencari tahu kondisi yang sedang dialaminya secara mandiri dari berbagai sumber tanpa adanya saran medis. 

Baik pada kesehatan mental maupun fisik sangat tidak dianjurkan untuk melakukan self-diagnose. Karena, gejala pada penyakit fisik dan mental tidak memiliki perbedaan yang besar. Sehingga, resiko terjadinya kesalahan pada diagnosis terhadap penyakit yang dialaminya sangat besar. 

Seseorang yang memiliki permasalahan pada kesehatan mentalnya membutuhkan diagnosis dari seorang psikolog ataupun psikiater. 

Akan sangat berbahaya jika melakukan self-diagnosis kepada seseorang yang mengalami gangguan kesehtan mental, karena penyebab dan gejalanya sulit untuk dipahami oleh orang awam serta butuh melakukan proses terapi ataupun penggunaan obat-obatan berdasarkan saran dari seorang psikiater. 

Selain salah diagnosis yang  membuat masalah yang sebenarnya dialami tidak dapat terdeteksi sehingga gangguan tersebut semakin parah, bahaya dari self-diagnosis lainnya juga cukup mengkhawatirkan seperti :

1. Memberikan mindset pada diri sendiri, seseorang yang melakukan self-diagnosis, secara tidak langsung orang tersebut memberikan mindset pada dirinya sendiri atas gangguan yang dialaminya tanpa tahu kebenaran dari diagnosis tersebut yang justru dapat memperparah kondisi orang tersebut.

2. Kesalahan cara penanganan, akibat dari salah diagnosis tentu tak menutup kemungkinan cara penangan yang diberikan juga salah. jika sejak awal terdapat kesalahan pada diagnosis maka penanganan yang diberikan tidak akan berpengaruh pada penyakit yang sebenarnya.

3. Dapat memunculkan sikap tidak peduli, karena merasa bahwa hasil yang diagnosis mandirinya tidak terlalu mengkhawatirkan sesorang dapat mengabaikan untuk melanjutkan konsultasi pada ahlinya. 

Dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini memudahkan khalayak untuk mencari tahu segala informasi. Salah satunya informasi mengenai kesehatan mental yang sangat mudah ditemukan di internet. 

Namun, informasi tersebut justru banyak digunakan khalayak untuk melakukan self-diagnose yang dapat mengakibatkan salah diagnosis, mendapatkan penanganan yang tidak sesuai, menimbulkan mindset pada diri sendiri, dan memunculkan rasa tidak peduli sehingga mengabaikan untuk konsultasi lebih lanjut. 

Pada akhirnya masalah yang dialami oleh orang tersebut tidak dapat terpecahkan sebagaimana mestinya. Khalayak seharusnya tidak menelan informasi yang didapatnyakannya secara mentah terutama terkait masalah kesehatan. Khalayak perlu untuk mencaritahu lebih dalam terkait informasi yang didapatkan apakah sudah akurat atau belum. 

Tak banyak penderita gangguan kesehatan mental  yang sadar bahwa mereka perlu untuk berkonsultasi pada dokter atau orang yang ahli dalam hal tersebut. 

Jika dibiarkan dan tidak mendapat penanganan sebagaimana mestinya sangat berdampak buruk bagi penderita gangguan kesehatan mental yang bisa membuat penderita merasa hidupnya tidak lagi berharga sehingga memutuskan untuk megakhiri hidupnya.

Nama : Annisa Zhahrani Makrudi

NIM : 202110230311459

Daftar isi :

Ryan, A., & Wilson, S. (2008). Internet healthcare: do self-diagnosis sites do more harm than good? Expert Opinion on Drug Safety, 7(3), 227--229. doi:10.1517/14740338.7.3.227 

Azizah,T.,& Nurwati, N. (2021). Dampak Perilaku "Self-Diagnosis" Pada Kesehatan Mental Remaja. Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, 1-7.

web: www.researchgate.net

Akbar, M.F. (2019). Analisis Pasien Self-Diagnosis Berdasarkan Internet padaFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, 1-5

web : Users

Wahyuni, F.N.(2020). Kampanye Stop Self-Diagnosis Untuk Mengurangi Gangguan Mental Dengan Metode PA-DI, 1-13

web : ifik.telkomuniversity.ac.id

Nama : Annisa Zhahrani Makrudi

NIM : 202110230311459

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun