Mohon tunggu...
Annisa Wahyuni
Annisa Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - Annisa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Nilai Pendidikan dalam Film Dikta dan Hukum Karya Dhia'an Farah

18 November 2022   22:01 Diperbarui: 18 November 2022   22:27 1647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Annisa Wahyuni

Kelas  : M02 Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Mk : Kritik Sastra

Novel Dikta dan Hukum menceritakan tentang seorang tokoh bernama Dikta yang merupakan seorang senior hukum di sebuah universitas terkenal dan bergengsi dan merupakan mahasiswa yang brilian. Pepatah ini digambarkan sebagai karakter yang sempurna dan idaman seorang wanita yaitu cerdas, kaya, baik hati, pekerja keras, penyayang dan juga cantik.

Sementara itu, Nadhira adalah siswa kelas 12 yang memiliki sifat magis dan pemalas. Berbeda dengan Dikta yang memiliki sifat disiplin dan serius, Nadhira suka mengeluh dan bisa sangat sigap dan agak keras kepala.

Karakter Dikta yang sempurna ternyata sudah disandingkan dengan Nadhira yang masih SMA, yang mungkin banyak orang anggap berbanding terbalik dengan karakter Dikta. Dikta dan Nadhira seperti langit dan bumi, tapi entah kenapa akhirnya bisa saling melengkapi. Meskipun Dikta pada dasarnya dingin, dia sering membantu Nadhira mengerjakan tugas sekolahnya, bahkan sampai dia merasa lebih seperti tutor daripada teman atau pasangan Nadhira. 

Di sana, Dikta secara tidak langsung membantu Nadhira masuk ke perguruan tinggi.

Rupanya, mereka berteman sejak kecil hingga akhirnya terlibat perjodohan oleh orang tuanya. Hubungan keduanya semakin rumit karena Nadhira sudah memiliki kekasih. Begitu pula Dikta hanya menganggap Nadhira sebagai adik perempuan dan teman masa kecil.

Itu adalah perasaan yang akhirnya mereka jalani, baik Dikta maupun Nadhira tidak memiliki perasaan khusus satu sama lain sebagai pasangan. Oleh karena itu, keduanya menolak untuk menikah, tetapi mereka harus tetap menjalin hubungan untuk melindungi perasaan orang tua mereka.

Nothing To Loss adalah gambaran hubungan mereka sebagai pasangan. Hal itu tak membuat Dikta Nadhira cuek. Meski sifatnya dingin, Dikta tetap memberikan sedikit perhatian pada Nadhira. Seiring waktu, Nadhira mulai menyukai Pradikta, mungkin karena intensitas dan kebaikan Dikta terhadapnya. Kali ini Nadhira benar-benar jatuh cinta pada pria yang hanya dipandang sebagai kakak laki-laki.

Perasaan ini adalah awal dari kisah cinta mereka. Daya tarik kisah cinta yang pelik tentu akan menjadi perbincangan saat rahasia besar Dikta terbongkar, hingga nantinya kisah keduanya tak diterima semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun