Mohon tunggu...
Annisa Rachmi
Annisa Rachmi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rachel, Adhit, dan Aulia

26 April 2015   08:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:40 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu aku berpamitan kepada bunda dan ayah dengan terburu-buru dan tidak sempat melahap sarapan yang telah Bunda siapkan untukku. Aulia dengan wajah masamnya telah menungguku di depan rumah. Karena aku tidak ingin membuatnya semakin kesal, aku mempercepat langkahku dan bergegas mengeluarkan sepeda.

Waktu baru menunjukkan pukul 06.40 belum terlambat sebenarnya untuk kami masuk sekolah, karena gerbang sekolah baru ditutup pukul 07.00 tepat. Tetapi, menurut Aulia kami sudah terlambat, karena biasanya kami tiba disekolah pukul 06.30. Semalam aku menonton sebuah film yang berjudul “Pitch Perfect” dan baru tidur sekitar pukul 23.00 itulah sebabnya mengapa aku terlambat untuk bangun pagi hari ini.

Aulia adalah sesosok sahabat yang sudah aku anggap sebagai saudara perempuanku. Dia memiliki postur tubuh yang sedang, berkulit putih, cantik dengan rambut panjang yang lurus. Sejak di bangku SMP aku mulai mengenal Aulia, hingga sekarang kami duduk di bangku SMA. Begitu banyak masa-masa yang sudah aku lewati bersama Aulia. Aku sudah sangat tahu kebiasaan-kebiasaan baik maupun kebiasaan-kebiasaan buruk Aulia. Begitupun sebaliknya, Aulia pun sudah sangat mengetahui berbagai macam kebiasaanku.

Untung saja jarak antara rumahku dengan sekolah tidak terlalu jauh, hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit. Kami tiba di depan kelas sekitar pukul 06.52, aku duduk bersebelahan dengan Aulia. Kelas sudah ramai dengan anak-anak kelasku, wajar saja waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 dan sebentar lagi pelajaran pertama yaitu bahasa Inggris akan dimulai. Tak lama kemudian Ms.Pepi masuk seperti biasa dengan membawa tas andalannya dan kantung plastik yang berisi speaker. Tetapi, kali ini ada pemandangan yang berbeda dari Ms.Pepi, beliau masuk ke kelas bersama seorang anak laki-laki yang kelihatannya ia adalah siswa baru yang masuk hari ini. Kebetulan Ms.Pepi juga merupakan wali kelasku, kelas X.2. Ms.Pepi mempersilahkan seorang anak laki-laki itu untuk memperkenalkan dirinya di depan kami semua. Namanya Adhitya Prajaya, ia pindahan dari Bandung. Setelah memperkenalkan diri Ms.Pepi mempersilahkan anak laki-laki itu untuk duduk di kursi yang kosong. Ada 2 kursi yang kosong, 1 kursi itu tepat di belakangku, dan 1 kursi lagi berada di samping Aulia. Anak laki-laki itu memilih tempat duduk di samping Aulia, aku merasa sedikit kecewa karena anak laki-laki itu tidak memilih tempat duduk yang ada di belakangku. Pelajaran bahasa Inggris pun dimulai.

***

Setelah pelajaran bahasa Inggris dan Kimia berakhir, Aulia yang sudah kelaparan mengajakku untuk membeli makanan di kantin. “Rachel, ayo ke kantin aku laper nih.” Ujar Aulia. “Iya sebentar. Hm bagaimana kalau kita mengajak Adhitya juga, kasihan dia sendirian seperti itu. Dia belum punya teman disini.” “Yaudah aku ajak dia, sekalian kita berkenalan dengannya.” Kata Aulia sembari berjalan menghampiri Adhitya. “Hai, aku Aulia.” Sambil mengulurkan tangan. “Hai juga, aku Adhitya.” Balas Adhitya dengan uluran tangan dan senyum manisnya. “Perkenalkan dia sahabat baikku namanya Rachel.” Ujar Aulia sembari menunjukku yang berdiri beberapa langkah di belakangnya. “Hai Adhitya, aku Rachel.” Aku mengulurkan tangan dan mengeluarkan senyum terbaikku. “Hai Rachel, aku Adhitya panggil saja aku Adhit.” Adhit membalas uluran tanganku dengan tambahan senyum manisnya. “Sekarang waktunya istirahat Dhit, kamu mau ikut dengan kami ke kantin?” ajak Aulia. “Boleh, kebetulan aku juga ingin berkeliling melihat sekolah ini. Kalian mau menemaniku?” tanya Adhit. Aulia menatapku seolah menunggu jawaban apakah aku setuju atau tidak, aku menganggukkan kepala pertanda setuju.

Kami berjalan di lorong sekolah menuju kantin, setelah tiba di kantin aku langsung membeli 2 bungkus roti coklat dan 1 gelas minuman jeruk, aku sangat lapar karena tadi pagi tidak sempat untuk sarapan. Aulia hanya membeli sebungkus roti vanilla dan segelas minuman apel. Sedangkan Adhit, ia hanya membeli segelas es teh. Kami langsung mencari tempat duduk yang kosong, disana kami mengabiskan makanan dan minuman yang tadi kami beli. Membicarakan banyak hal, Adhit juga bercerita apa alasan ia pindah kesekolah kami. Itu karena ia mengikuti ayahnya yang ditugaskan kerja di Jakarta. Adhit anak yang asik dan mudah bergaul, kami bertiga langsung akrab.

Bel masuk berbunyi, tetapi belum sempat aku dan Aulia menemani Adhit untuk melihat sekeliling sekolah. Kami bertiga bergegas untuk masuk ke kelas, setibanya kami di kelas tak lama kemudian Bu Sandra guru biologi kami pun masuk. “Selamat siang anak-anak, hari ini kalian bisa belajar biologi dirumah. Kami para guru ada pertemuan jadi kalian dipersilahkan untuk pulang. Maka dari itu saya akan memberikan kalian tugas agar kalian benar-benar belajar biologi dirumah. Kalian kerjakan soal di halaman 112 nomor 1-20 dan dikumpulkan besok. Terima kasih, selamat siang”. Ujar Bu Sandra yang disambut ceria oleh anak-anak.

Aku membereskan barang-barangku begitu juga anak-anak yang lainnya. Sebelum aku dan Aulia pulang, kami menemani Adhit terlebih dahulu untuk berkeliling lingkungan sekolah. Hal tersebut membuat kami bertiga semakin akrab, Adhit juga meminta bantuanku dan Aulia untuk mengerjakan pr biologi yang tadi Bu Sandra berikan. Tentu saja aku dan Aulia bersedia membantunya. “Baik, jam 4 sore di rumahku ya, nanti aku minta tolong bunda untuk menyiapkan makanan kecil untuk kita santap sembari mengerjkan pr biologi itu.” kataku. “Hahaha siap! Belajar memang paling nikmat kalau ada makanan.” Ujar Aulia dengan wajah yang senang. “Kalau seperti itu, aku minta alamat rumahmu ya Rachel, ini nomer telepon ku nanti kamu kirim alamat rumahmu melalui pesan ke nomor telepon itu.” Ujar Adhit sambil memberikan nomor teleponnya untukku. Aku dan Aulia berpisah dengan Adhit di depan gerbang sekolah.

***

“Bunda, Rachel pulang.” Aku masuk kerumah dan menyalami bunda. “Bun, sore ini teman Rachel mau datang untuk belajar bersama. Bunda tolong siapkan kami makanan kecil ya bun.” Pintaku kepada bunda. “Iya Rachel, nanti bunda siapkan makanan kecil untuk kalian, supaya belajarnya semakin semangat.” Balas bunda. “Hahaha siap! Terima kasih bunda.” Balasku sambil mencium pipi dan memeluk bunda.

***

Semakin hari aku, Aulia, dan Adhit semakin akrab. Kami bertiga juga sering menghabiskan akhir pekan bersama. Tetapi, Aulia jauh lebih sering jalan bersama Adhit. Aulia sering menceritakan banyak hal tentang Adhit kepadaku. Aku sudah berpikir bahwa antara Aulia dan Adhit pasti ada perasaan yang lebih dari sekedar teman. Sebagai teman dekat mereka aku akan mendukung apa saja yang akan mereka lakukan selama itu hal yang baik. Tetapi, akhir-akhir ini juga Adhit sering sekali bersikap aneh dihadapanku, kadang-kadang ia juga bersikap sangat care kepadaku. Aku tidak mengerti mengapa Adhit seperti itu, aneh sekali.

***

Sabtu pagi ini, aku bangun lebih awal dari biasanya. Bunda mengajakku ke pasar untuk membeli kebutuhan-kebutuhan bunda di dapur. Kata bunda kalau belanja di pasar itu jauh lebih murah dan bahan-bahan makanan nya jauh lebih segar dari pada yang dijual di supermarket. Dan kalau belanja di pasar tradisional seperti ini memang harus pagi-pagi karena bahan-bahan makanannya masih segar-segar. Hal yang menyenangkan bisa menemani bunda ke pasar untuk berbelanja segala kebutuhan di dapur. Aku tiba dirumah sekitar pukul 10.00 aku langsung mandi dan menunggu masakan bunda selesai. Selesai mandi, aku mengecek telepon genggamku, dan ternyata aku menemukan 1 pesan baru dari Adhit.  Aku membuka dan membaca isi pesan itu. Ternyata Adhit mengajakku malam ini untuk menonton pesta kembang api di taman kota, ia akan menjemputku pukul 20.00. Aku bingung mengapa Adhit tiba-tiba mengajakku untuk menonton pesta kembang api itu, kemudian aku membalas pesan tersebut dengan balas setuju.

Adhit sudah di depan rumah, aku berpamitan kepada ayah dan bunda. Bunda berpesan agar aku tidak pulang larut malam. Adhit juga berpamitan kepada ayah dan bunda, ayah berpesan kepada Adhit untuk menjagaku dan mengantarkanku pulang tidak terlalu larut. Kami berangkat, awalnya aku berpikir bahwa kami juga akan jalan bersama Aulia, tapi ternyata tidak. Aku sudah berpikir Adhit mengajakku malam ini untuk membantunya menyatakan perasaannya kepada Aulia, tetapi Aulia tidak ada.

Kami tiba di taman kota, taman kota sudah dipenuhi oleh para pedangang kaki lima dan pengunjung yang juga ingin menyaksikan pesta kembang api malam ini. Aku dan Adhit mampir ke sebuah warung kecil untuk membeli minuman kemasan. Sebentar lagi pesta kembang apinya akan dimulai. Kami semua yang ada di taman kota menghitung mundur dari 10, dan kembang api pun mulai diledakkan. Hal yang sangat indah menurutku, langit yang cerah dan penuh bintang bergabung dengan gemerlap percikan kembang api tersebut. Aku sangat senang, tentu saja aku berterima kasih kepada Adit. “Adhit terima kasih ya, kamu sudah mengajakku kesini. Aku sangat senang.” Ucapku. “Ya sama-sama Rachel, akupun senang kalau kamu senang. “Hm Rachel, aku ingin mengatakan sesuatu.” Balas Adhit. “Ya, kamu ingin mengatakan apa? Katakan saja.” Ujarku. “Aku sebenarnya punya perasaan yang lebih dari teman kepada...” belum selesai Adhit berbicara, aku langsung memotongnya. “Oh itu, ya aku sebenarnya sudah mengetahui hal itu sejak lama. Aku tahu kamu sudah lama mempunyai perasaan kepada Aulia. Tapi kamu bingung bagaimana cara mengungkapkannya, maka dari itu kamu mengajakku kesini untuk memintaku membantumu menyatakan perasaan itu kepada Aulia kan. Tenang saja Adhit, aku pasti akan membantumu.” Ucapku panjang lebar tanpa memberi kesempatan kepada Adhit untuk melanjutkan pembicaraannya yang terpotong tadi. “Tidak Rachel, kamu salah. Aku tidak pernah memiliki perasaan yang lebih kepada Aulia. Justru aku suka sama kamu bukan sama Aulia.” Ucapan Adhit membuatku kaget. Selama ini aku berpikir bahwa Adhit menyukai Aulia, tenyata aku salah. Aku tidak membalas ucapan Adhit, aku langsung mengajaknya pulang, dan ia mengantarku sampai di rumah. Setiba aku di rumah, aku langsung mengirim sebuah pesan ke Aulia. Aku memintanya untuk datang kerumahku besok, bukan untuk apa-apa hanya sekedar bermain saja.

***

“Rachel ini Aulia sudah datang.” Teriak bunda memberitahuku tentang kedatangan Aulia. “Iya bunda, suruh Aulia langsung masuk aja ke kamar Rachel.” Balasku. Aulia masuk ke kamarku dan langsung melempar tas kecil miliknya kesembarang arah dan langsung merebahkan tubuhnya di kasurku yang baru saja aku rapikan. Aku sudah hafal dengan kebiasaan Aulia ini, jadi aku tidak kesal atau bagaimanapun. “Kok kamu tumben menyuruhku untuk main kerumahmu Rachel?” tanya Aulia memulai percakapan kami. “ Ya tidak apa-apa aku hanya mengobrol denganmu.” Balasku. “Ya kalau sekedar ingin mengobrol, kan di sekolah bisa. Pasti kamu kangen ya sama aku. Ayo ngaku, pasti kamu kangenkan sama aku. Makanya kamu suruh aku main kerumahmu.” Ejek Aulia. Aku hanya tertawa mendengar perkataan Aulia. “Eh, kamu sama Adhit seperti apa sih?” tanyaku. “Ha? Maksud kamu apa Rachel? Aku? Adhit? Aku tidak mengerti.” Jawab Aulia. “Ya maksud aku, perasaanmu kepada Adhit itu seperti apa? Kamu suka kan dengan nya? Jujur saja.” Ujarku. “Aku dan Adhit tidak ada hubungan apa-apa Rachel, sebatas teman. Sama seperti aku denganmu. Lagian aku tidak suka orang seperti Adhit.” Balas Aulia.

Mendengar ucapan Aulia itu aku semakin bingung, jadi selama ini mereka sering jalan bersama-sama dan menghabiskan waktu bersama itu artinya apa? aku bingung bagaimana untuk menceritakan kejadian malam kembang api itu. Disaat Adhit menyatakan perasaannya kepadaku. Aku senang kalau ternyata Adhit dan Aulia tidak memiliki hubungan apa-apa. Aku sebenarnya juga suka dengan Adhit tapi aku hanya ingin berteman dengannya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menceritakan tentang kejadian malam itu. Aku bingung, Aulia seolah tidak senang mendengar itu semua, Aulia tidak setuju bila aku bersama Adhit. Aulia mengatakan bahwa dia tidak mempunyai hubungan apapun dengan Adhit dan dia juga tidak suka dengan orang seperti Adhit, tapi dia sangat marah dan kesal begitu tahu kalau aku juga punya perasaan yang sama dengan Adhit.

Semenjak malam di taman kota itu, aku dan Adhit semakin dekat di sekolah maupun di luar sekolah. Tetapi sebaliknya aku mulai jauh dengan Aulia. Aulia sangat tidak suka melihatku bersama dengan Adhit. Aku sedih dengan hal ini, aku ingin bersama-sama Aulia seperti dulu lagi. Akhir pekan ini adalah ulang tahunku, aku tidak tahu apakah Aulia akan merayakan ulang tahunku tahun ini seperti tahun-tahun sebelumnya atau tidak. Aku berharap dia masih mengingat hari ulang tahunku. Sedih rasanya jauh dari sahabat seperti Aulia.

***

Hari ini tiba, hari ulang tahunku yang ke 16. Ayah dan bunda membangunkanku pada saat tengah malam dan membawakanku sebuah kue coklat yang cukup besar dan ada lilin angka 16 di atasnya. Seusai aku meniup lilin, bunda menutup mataku dan membawaku ke suatu tempat. Aku tidak tahu ini dimana, tapi aku rasa sekarang aku berada di luar rumah karena aku merasakan angin yang berhembus cukup kencang. Bunda membuka penutup mataku dan di hadapanku sudah ada Adhit yang membawakanku sebuah kue tart dengan lilin angka 16 yang menyala di atasnya dan boneka beruang besar, di sana juga ada teman-temanku yang lain, tapi tidak ada Aulia. Aku meniup lilin dan membuat permohonan dengan memejamkan kedua mataku, aku memohon agar Aulia ada di sini ikut merayakan ulang tahunku juga. Setelah itu aku membuka mata, aku melihat Aulia dibelakang kerumunan teman-temanku, membawa kue dan sebuah kotak. Aku memanggilnya, tetapi dia lari. Aku mengejar Aulia tanpa menggunakan alas kaki dan masih menggunakan pakaian tidur. Adhit juga menyusulku.

Akhirnya aku berhasil melalui Aulia, dan aku menghentikannya dengan memeluknya, ia menangis. “Aulia kamu kenapa? Aku kangen sama kamu. Kenapa kamu tiba-tiba menjauhi aku?” tanyaku pada Aulia. Aulia tidak menjawab, masih terdiam dalam tangisannya. Di belakang kami Adhit memperhatikan, Adhit memberi waktu untuk kami berdua. “Kamu jangan jauhin aku lagi Aulia.” Pintaku. “Aku tidak mau merusak hubunganmu dengan Adhit Rachel. Aku ingin melihat kamu bahagia dengannya, walaupun sulit untukku.” Lirih Aulia. “Tidak Aulia, aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan Adhit. Hingga sekarang kami hanya berteman biasa. Aku tidak tahu kalau ternyata kamu suka dengan Adhit, maafkan aku.” Ucapku. “Tidak Rachel, tidak. Aku tidak mempunyai perasaan apapun kepada Adhit.” Balas Aulia. “Lalu? Mengapa kamu bilang sulit untukmu melihatku bersama Adhit?” tanyaku bigung. “Karena, aku suka sama kamu Rachel.” Ucapan Aulia sontak membuatku terkejut. Ternyata selama ini Aulia menyukaiku, Aulia menyukai sesama jenis. Adhit yang mendengar hal tersebut juga sangat terkejut.

***

Hari ini aku akan berpisah dan tidak bertemu untuk waktu yang lama dengan Adhit. Hari ini Adhit berangkat ke London dan menetap disana bersama keluarga besarnya. Adhit berjanji untuk tetap menghubungiku, bahkan kalau ia punya waktu untuk berlibur, dia akan kembali ke Indonesia untuk menemuiku dan Aulia. Aku dan Adhit akan menjadi teman baik sampai kapanpun. Sejak malam itu Aku, Aulia, dan Adhit berjanji untuk tidak memberi tahu siapa-siapa tentang penyakit Aulia yang menyukai sesama jenis. Aku dan Adhit juga bersepakat untuk membantu Aulia agar ia sembuh, dan akhirnya sekarang Aulia punya pacar. Aku sangat bahagia bisa mempunyai sahabat-sahabat seperti Aulia dan Adhit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun