Mohon tunggu...
Annisa Nurul Koesmarini
Annisa Nurul Koesmarini Mohon Tunggu... Wirausaha - Do Good, Feel Good

Saya Senang Membaca-Menulis-Menonton-Berbisnis Jika membaca diibarat menemukan harta karun. Maka menulis seperti menjaga harta karun itu tetap abadi. Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya - Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pengalaman Menelusuri Forbidden City hingga Perjalanan Mencari Jodoh di Negeri Cina

23 Maret 2020   01:39 Diperbarui: 14 April 2020   18:02 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tembok besar China.(Thinkstock)

Hal ini berlangsung ketika saya berkeliling kota Beijing dengan menggunakan becak khas Cina di pagi yang dingin itu (setelah keluar dari bandara, kurang lebih terpapar udara dingin selama 20 menit saja dan mulai diketahui gatal merah bengkak saat jam 3-an). 

Alhamdulillah, beruntungnya saya tetap bisa nanjak dan menyusuri Tembok Besar Cina itu hingga ke puncak yang terbilang cukup tinggi dengan menggunakan sandal hotel penyelamat itu.

Angin kencang dingin di atas, kaki terasa gatal di bawah, tidak menyurutkan niat pendakian dan naluri bertualang saya saat itu. Tuhan Maha Baik, saya pun sampai ke bawah dengan selamat. 

Ada cerita terdengar oleh saya dari tour guide, bahwa siapa pun yang menyusuri Tembok Besar Cina akan dianggap pahlawan. Saya paham cerita itu, karena saya lumayan merasakan "sedikit" perjuangan ketika akan melakukan pendakian ke atas dan menyusurinya, hingga bisa selamat sampai ke bawah. Sayang cuma dibatasi 2 jam-an, mungkin kalau tidak dibatasi, saya sudah sampai di bagian kota lain. Hahaha...

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Di akhir sesi trip ke Cina ini, saya merasa mendapatkan banyak bonus, karena menemukan tempat-tempat yang tidak pernah saya duga sebelumnya (tempat itu tidak ada dalam itinerary tour, namun rasa penasaran yang cukup tinggi dan naluri untuk bertualang ke tempat baru membuat saya beranjak pergi).

Di sana, saya merasakan kereta bawah tanah di Cina, berjalan-jalan di malam hari yang super dingin keliling sekitaran hotel dan menemukan pohon unik di sana, lalu menemukan sebuah taman dekat suatu kuil, yang mana ramai sekali orang di dalamnya, namun hening suaranya, dan ternyata oh ternyata guys...di sana merupakan tempat orang mencari jodoh. Hehehe...

Cara mencari jodoh yang terbilang cukup unik buat saya, jadi para orang tua membawa data diri dalam sebuah kertas HVS A4 yang sudah di-laminating tentang anaknya yang ingin dijodohkan, ditaruh lengkap disitu nama, tempat tanggal lahir, shio, pekerjaan, kriteria jodoh yang diinginkan, dan hal-hal berbau data diri lainnnya. 

Kemudian antara orang tua saling berkomunikasi di sana, jika cocok kriteria dan negosiasinya, berarti pernikahan bisa segera diselenggarakan. 

For your information saja guys, biaya hidup, lalu tanah dan space untuk tempat tinggal yang lumayan mahal di Beijing Cina membuat para muda mudi di sana menikah pada usia yang terbilang cukup matang dan memilih untuk tidak memiliki banyak anak (cukup 1-2 anak saja). Saya jadi merasa beruntung karena tinggal di Indonesia yang mana biaya hidup untuk tinggal tidak semahal di Beijing Cina.

Oh ya guys, ada kejadian yang unik dan cukup terkenang buat saya di taman itu, sebab ada beberapa orang tua yang memanggil saya dan berusaha mengajak saya berbicara bahasa Mandarin (bahkan hal ini sudah sering saya temui semenjak saya nanjak rada ke atas, jauuuhhhh dari rombongan, waktu menyusuri Tembok Besar Cina itu. 

Hampir semua orang yang bertatapan muka, senyum dengan saya, akhirnya mengajak saya berbahasa Mandarin cas cis cus panjang bin lebar kosa katanya, mungkin karena melihat paras wajah saya yang terlihat sedikit mirip dengan orang Cina yak, padahal mata saya nggak cipit cipit banget lho guys).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun