Mohon tunggu...
Annisa Fitria
Annisa Fitria Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkunjung di Kota Seribu Pintu dan Kota Lama

18 Juni 2016   05:57 Diperbarui: 18 Juni 2016   09:20 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan saya kali ini bersama teman-teman kampus ATVI dimulai dari Jakarta (26/05). Perjalanan yang dituju adalah Masjid Agung Jawa Tengan, Museum Kereta Api Ambarawa, Candi Gedong Songo, Gereja Blenduk, Kota Lama, Masjid Cheng Ho ( Sam Poo Kong ), Lawang Sewu dan Tempat membatik di Pekalongan. Tetapi dari semua perjalanan tersebut saya lebih tertarik untuk menceritakan Kota Lama dan Seribu pintu atau lebih dikenal dengan Lawang Sewu. Perjalanan untuk sampai kesana satu hari bila tidak beristirahat, karena saya menuju tempat lain dahulu dan beristirahat di hotel, 2 hari kemudian saya sampai di Kota Lama.

Kota Lama Semarang adalah awal mula ibukota Jawa Tengah berdiri di sini dan sebagai tempat pusat perekenomian warga Jawa dan Belanda pada zamannya. Bangunan bergayakan Eropa. Layaknya Kota Lama Jakarta, peninggalan Belanda juga dan hampir sama dengan Kota Lama Semarang. Kota yang penuh dengan sejarah yang tidak terlupakan. Sungguh indah jika berkunjung ketempat ini, tidak begitu ramai jika masuk ke dalam gang-gang kecil yang ada. Berkeliling melewati bangunan peninggalan zaman Belanda, indah walaupun lumut sudah mengelilingi sebagaian bangunan yang ada. Banyak sekali tempat-tempat yang dapat dikunjungi di kawasan Kota Lama yaitu Gereja Blenduk, Gedung Marabunta, Titik Nol KM Semarang, Kantor pos pusat, Samudera Indonesia dan juga Stasiun Tawang. 

Jika ke tempat ini bisa anda jumpai beberapa cafe yang gedungnya masih peninggalan Belanda, hanya diubah bagian dalamnya. Banyak juga jajanan di pinggir jalan yang sangat enak dan khas Semarang, cukup murah. Kota yang penuh kenangan dan keindahan yang terlihat, betapa nyamannya tempat ini. Bisa sambil bersantai makan siang di café atau tempat makan yang tersedia. Berkunjung kesini pasti akan menemukan tempat makan yang enak.

Tetapi sangat disayangkan gedung-gedung inisudah tidak terawat lagi karena umurnya yang sudah lama. Banyak yang dicoret-coret, temboknya hancur dan retak. Sebaiknya Pemerintah kota Semarang melindunginya. Masih banyak pula sampah dipinggiran jalan raya, apalagi yang ada disaluran air. Ada pula orang-orang yang masih kurang mampu tinggal di pintu luar toko. Seharusnya pemerintah kota Semarang lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dan tempat tinggal untuk orang-orang yang masih kurang mampu. Cukup disayangkan tempat ini masih kurang diperhatikan.

Tempat ini juga cocok untuk dijadikan pengambilan foto, karena bangunan yang ada sangat indah dijadikan sebagai backgroundfoto. Jadi tidak akan menyesal jika berkunjung ke Kota Lama. Untuk bisa sampai ketempat ini bisa menggunakan bus umum ataupun becak jika hotel yang di tempat tidak begitu jauh jadi bisa sambil menikmati jalan. Bila hotel jauh dari Kota Lama lebih baik menyewa mobil dari jauh-jauh hari.

Perjalanan saya berlanjut ke Seribu pintu atau Lawang Sewu. Untuk bisa masuk ke Lawang Sewu cukuplah murah hanya dengan biaya Rp. 10.000,- dan bila ingin menyewa jasa guidecukup menambah Rp. 30.000,- . Saya dan teman-teman memulai di pintu masuk. Melihat bangunan yang bergaya Belanda, bagus, dan indah. Memasuki setiap lorong dan saya memperhatikan detailnya masih kokoh. Padahal bangunan ini sudah cukup tua, bukan bangunan baru.

Sejarah di tempat ini cukuplah banyak, dahulu Lawang Sewu adalah tempat PT. Kereta Api Indones menjadi saksi ketika peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang terjadi. Di mana saat peristiwa itu terjadi telah membunuh banyaknya korban. Jepang, Belanda dan para pemuda bertarung hebat, membunuh tanpa ada rasa kasihan sedikitpun. Di mana Jepang yang membunuh Belanda dan para pemuda yang melawannya. Ada beberapa penjara, tempat penyiksaan dan pembuangan mayat yang terdapat disana, sebagai berikut ;

  • Penjara ruang bawah tanah ialah tempat untuk menaruh tahan di sana dan membuat mereka mati di tempat,
  • Penjara berdiri ialah tempat untuk menaruh para tahanan di sana dan membuat mereka mati di tempat, karena tempat ini kecil dan oksigen yang didapat pun sedikit,
  • Pemasungan kepala dan rantai untuk tangan ialah untuk memasung para tahanan,
  • Sumur tua ialah tempat untuk membuang mayat yang sudah dibunuh dan dibuang ke dalam sumur.
  • Sungai kecil yang berada di belakang Lawang Sewu ialah tempat untuk membuat potongan-potongan anggota badan para musuh.

Cukup tragis cerita di balik Lawang sewu dahulu yang saya ketahui, di mana Belanda dan para pemuda dijajah oleh Jepang tanpa ada rasa belas kasihan. Membuat seluruh penghuni Lawang Sewu jadi kehilangan nyawa mereka. Membuat para arwah tinggal di tempat mereka dibantai oleh Jepang. Tetapi kini kisah itu sudah tidak terlalu menyeramkan bagi sebagian orang. Para pengunjung biasanya lebih tertarik dengan arsitektur setiap bagian-bagian yang ada di dalam gedung. Dan menghiraukan kisah mistisnya, tetapi sebagian tetap ingin mengetahui kejadian-kejadian apa saja yang telah terjadi di tempat itu. Jika malampun tiba tempat ini akan terlihat bagus karena dihiasi oleh lampu-lampu yang melingkar di pohon atau bagian gedung yang ada. Terlihat lebih indah dan menghilangkan kesan seram yang ada.

Bagian kamar mandi yang ada cukup bersih dan rapih. Walaupun tempat ini sering dikunjungi banyak orang, tetap kebersihan selalu dijaga agar pengunjung yang datangpun puas. Beberapa tempat ada yang harus direnovasi. Ada satu tempat yang sedang dalam proses pengerjaan, ketika saya bertemu dengan seorang bapak tua yang sedang merapikan tempat itu dia tidak ingin menjawab untuk apa tempat itu nantinya karena ini masih menjadi rahasia. Cukup ramai di datangi banyak pengunjung dari kalangan anak kecil hingga orang tua. Tak heran kalau Lawang Sewu ini menjadi alternatif tempat untuk berlibur. Ada juga turis dari mancanegara yang berkunjung ke sini. Karena seribu pintu ini sebagai sumber ilmu dan rekreasi juga untuk warga sekitar atau luar daerah. 

Di sini juga terdapat pohon beringin besar di bawah pohon itu ada lelaki tua dengan temannya memainkan alat musik dan sambil bernyanyi. Alunan melodi dan suara yang terdengarpun sangatlah merdu, ditambah dengan angin yang berhembus membuat para pengunjung tak ingin beranjak dari tempat. Jika ingin bersantai menikmati pemandangan dan alunan melodi yang indah sambil membeli makanan dan minuman pun bisa. 

Di sini tidak hanya keluarga saja yang kumpul, seperti komunitas fotografi mereka berkunjung kesini untuk mengambil foto-foto di bagian yang sangat bagus dan biasanya orang kantor berkumpul di sini sambil menikmati keramaian yang ada untuk menghilangkan penat atau kerjaan yang ada. Jadi mereka menghabiskan waktu bersama teman-teman kantornya di sini dan biasanya membuat games agar lebih seru untuk berkumpul bersama. Anak-anak muda biasanya juga berpacaran di sini untuk menghabiskan malam minggunya sambil mengelilingi Lawang Sewu. Tempat ini tidak hanya dikenal dengan kisah mistisnya, dikenal juga sebagai tempat wisata dan berlibur yang sangat murah, nyaman dan pasti menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun